Skip to main content

Social Distancing, Ubah Wajah Kota, Kebiasaan dan Budaya

Sudah hampir seminggu anak-anak sekolahan di Denpasar Bali mengerjalan tugas dan ujiannya dari rumah. Begitupun para pekerja kantoran dan ASN, khususnya mereka yang bertugas di bidang pelayanan publik, secara bergantian masuk kantor sementara sisanya melaksanakan himbauan WFH.
Work From Home.
atau bahasa lokalnya, bekerja dari rumah.

Semua ini merupakan salah satu tindaklanjut dari keputusan Presiden RI, pak Joko Widodo yang memilih untuk melakukan Social Distancing atau kebijakan untuk menjaga jarak antar warga masyarakat dimanapun mereka berada. Yang pemberlakuannya masih lebih halus daripada tindakan Lockdown atau penutupan akses masuk sebagaimana yang sudah dilakukan oleh beberapa negara di belahan dunia lainnya.

Namun demikian, tetap saja penerapan aturan yang mulai diputuskan sejak Senin lalu ini, secara perlahan mengubah wajah Kota Denpasar, dan diyakini pula menjangkiti kota kabupaten lain, yang mana jelang perayaan Tawur Kesanga identik dengan pengarakan ogoh-ogoh,lalu lintas biasanya akan jauh lebih ramai dari sebelumnya. Mengingat sebagian besar masyarakat akan mulai berkeliling bersama keluarga, melihat-lihat hasil kreasi anak-anak muda warga banjar, dalam pembuatan ogoh-ogoh terkini.

Tapi semuanya sudah berubah.

Jalanan sudah mulai terasa sepi, jauh lebih sepi dari hari-hari sebelumnya. Tak heran bila bathin beranggapan ‘Nyepi datang lebih cepat’. Entah itu pagi, siang juga malam.
Waktu akses perjalanan jadi bisa disingkat hampir setengahnya. Tidak ada macet yang mengular, atau desak-desakan kendaraan di perempatan jalan. Semua lancar.

Social Distancing ternyata ampuh juga mengubah kebiasaan kita.
Orang kini jadi lebih rajin mencuci tangan, baik dibawah air mengalir ataupun membersihkan tangan dengan sanitizer, yang dibeli resmi dari apotik ataupun minimarket terdekat, hingga yang dibuat sendiri lantaran stok pada gerai komersial kosong melompong.
Demikian halnya penggunaan masker dan juga selop tangan.
Orang yang sebelumnya terbiasa menerima uang kembalian dengan cara memasukkan semua dalam saku, termakan broadcast dari whatsapp group, memilih memasukkan semua uang itu kedalam kantong plastik dan menjemurnya.
Begitu pula dengan kebiasaan mandi dan berganti pakaian setiap kali pulang dari bepergian atau mereka yang benar-benar tak mau bersentuhan langsung dengan media keras pada area fasilitas umum.
Sangat mengagumkan.

Bahkan belakangan, pemberlakuan Social Distancing inipun sanggup mengubah budaya yang selama ini secara rutin dilakukan oleh umat beragama dimanapun mereka berada. Dari kebaktian minggu di gereja, sholat berjamaah, hingga perubahan pola eedan perayaan Nyepi pun tak luput darinya.
Melasti dilaksanakan dalam jumlah peserta yang sangat terbatas. Mengakses tempat suci terdekat dengan desa atau banjar, sedangkan sisanya dipersilahkan melakukan prosesi persembahyangan dari rumah.
Demikian halnya dengan pengarakan ogoh-ogoh yang sudah ditiadakan melalui keputusan parum Bendesa Adat se-Kota Denpasar, dilanjutkan dengan surat edaran dari Prajuru Banjar masing-masing.
Sebagian kecewa, sebagian lainnya mensyukuri keputusan itu.

Toh di tahun berikutnya, masih ada peluang besar untuk kembali melakukan budaya dan kebiasaan yang sama. Karena Kesehatan adalah yang Utama.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian