Laporan LPSE Badung
tentang Virtualisasi dan Cloud Computing
Peliknya permasalahan yang sering terjadi pada server milik LPSE Badung sebagai akibat dari proses pembaharuan (Update atau Upgrade) aplikasi sistem SPSE yang dilakukan oleh Tim Pengembangan LKPP Pusat, maupun bugs atau gangguan akibat ketidaksempurnaan sistem, menyebabkan banyak pihak yang terlibat mengalami kesulitan dalam mengakses maupun berinteraksi dan beraktifitas didalamnya.
Pertama, dari pihak intern pengelola Server LPSE Badung, diharuskan melakukan pemeliharaan, proses reboot atau restart secara berkala atau sesuai permintaan yang dapat dipertanggungjawabkan, untuk menormalkan kembali lalu lintas kunjungan ke halaman LPSE. Ini dapat dilakukan secara remote (jarak jauh) atau langsung dengan sentuhan fisik ke ruang Server LPSE Badung. Kedua, Kelompok Kerja pada unit ULP Badung dalam usaha mengakses halaman LPSE serta beraktifitas dengan paket lelang yang menjadi bagian tanggungjawabnya. Ketiga, LKPP Pusat yang secara rutin dihadapkan pada permasalahan serupa di seluruh LPSE se-Indonesia dalam rentang waktu tertentu. Keempat, Penyedia atau Rekanan yang melakukan aktifitas serupa dengan Kelompok Kerja ULP Badung. Kelima, PPK atau Pejabat Pembuat Komitmen dan masyarakat umum yang ingin memantau jalannya lelang.
Berangkat dari permasalahan tersebut, Tim Pelaksana LPSE Badung sedang berusaha untuk mencari solusi terbaik agar semua pihak yang terlibat sebagaimana disebutkan diatas sama-sama dapat beraktifitas seperti biasa, tanpa adanya gangguan akses dan aktifitas lain yang dapat memperlambat proses pengadaan barang/jasa.
Salah satu jawaban atau solusi yang kemudian kami dapatkan untuk mengatasi permasalahan diatas adalah Virtualisasi dan Cloud Computing, sebuah mekanisme teknologi memungkinkan para Administrator di perusahaan atau lembaga atau institusi untuk mengelola sistem komputerisasi secara lebih mudah serta mampu memberikan kinerja yang optimal.
1. Apa itu Virtualisasi dan Cloud Computing
Virtualisasi bisa diartikan sebagai pembuatan suatu bentuk atau versi virtual dari sesuatu yang bersifat fisik, misalnya sistem operasi, perangkat storage/penyimpanan data atau sumber daya jaringan.
Cloud Computing adalah sistem komputerisasi berbasis jaringan/internet, dimana suatu sumber daya, software, informasi dan aplikasi disediakan untuk digunakan oleh komputer lain yang membutuhkan.
Mengapa konsep ini bernama komputasi awan atau cloud computing? Ini karena internet sendiri bisa dianggap sebagai sebuah awan besar (biasanya dalam skema network, internet dilambangkan sebagai awan) yang berisi sekumpulan besar komputer yang saling terhubung, jadi cloud computing bisa diartikan sebagai komputerisasi berbasis sekumpulan komputer yang saling terhubung.
Cloud computing bisa dianggap sebagai perluasan dari virtualisasi. Perusahaan bisa menempatkan aplikasi atau sistem yang digunakan di internet, tidak mengelolanya secara internal. Contoh cloud computing untuk versi publik adalah layanan-layanan milik Google seperti Google Docs dan Google Spreadsheet. Adanya kedua layanan tersebut meniadakan kebutuhan suatu aplikasi office untuk pengolah kata dan aplikasi spreadsheet di internal perusahaan.
2. Keuntungan Menggunakan Virtualisasi dan Cloud Computing
1) Pengurangan Biaya Investasi Hardware. Investasi hardware dapat ditekan lebih rendah karena virtualisasi hanya mendayagunakan kapasitas yang sudah ada. Tak perlu ada penambahan perangkat komputer, server dan pheriperal secara fisik. Kalaupun ada penambahan kapasitas harddisk dan memori, itu lebih ditujukan untuk mendukung stabilitas kerja komputer induk, yang jika dihitung secara finansial, masih jauh lebih hemat dibandingkan investasi hardware baru.
2) Kemudahan Backup & Recovery. Server-server yang dijalankan didalam sebuah mesin virtual dapat disimpan dalam 1 buah image yang berisi seluruh konfigurasi sistem. Jika satu saat server tersebut crash, kita tidak perlu melakukan instalasi dan konfigurasi ulang. Cukup mengambil salinan image yang sudah disimpan, me-Restore data hasil backup terakhir dan server berjalan seperti sedia kala. Hemat waktu, tenaga dan sumber daya.
3) Kemudahan Deployment. Server virtual dapat dikloning sebanyak mungkin dan dapat dijalankan pada mesin lain dengan mengubah sedikit konfigurasi. Mengurangi beban kerja para staff IT dan mempercepat proses implementasi suatu sistem
4) Mengurangi Panas. Berkurangnya jumlah perangkat otomatis mengurangi panasnya ruang server/data center. Ini akan berimbas pada pengurangan biaya pendinginan/AC dan pada akhirnya mengurangi biaya penggunaan listrik
5) Mengurangi Biaya Space. Semakin sedikit jumlah server berarti semakin sedikit pula ruang untuk menyimpan perangkat. Jika server ditempatkan pada suatu co-location server/data center, ini akan berimbas pada pengurangan biaya sewa
6) Kemudahan Maintenance & Pengelolaan. Jumlah server yang lebih sedikit otomatis akan mengurangi waktu dan biaya untuk mengelola. Jumlah server yang lebih sedikit juga berarti lebih sedikit jumlah server yang harus ditangani
7) Standarisasi Hardware. Virtualisasi dan Cloud Computing melakukan emulasi hardware sehingga proses pengenalan dan pemindahan suatu spesifikasi hardware tertentu tidak menjadi masalah. Sistem tidak perlu melakukan deteksi ulang hardware sebagaimana instalasi pada sistem/komputer fisik
8) Kemudahan Replacement. Proses penggantian dan upgrade spesifikasi server lebih mudah dilakukan. Jika server induk sudah overload dan spesifikasinya tidak mencukupi lagi, kita bisa dengan mudah melakukan upgrade spesifikasi atau memindahkan virtual machine ke server lain yang lebih powerful
3. Kerugian Menggunakan Virtualisasi dan Cloud Computing dalam satu Server
1) Satu Pusat Masalah. Virtualisasi dan Cloud Computing bisa dianalogikan dengan menempatkan semua telur didalam 1 keranjang. Ini artinya jika server induk bermasalah, semua sistem virtual machine didalamnya tidak bisa digunakan. Hal ini bisa diantisipasi dengan menyediakan fasilitas backup secara otomatis dan periodik atau dengan menerapkan prinsip fail over/clustering
2) Spesifikasi Hardware. Virtualisasi dan Cloud Computing membutuhkan spesifikasi server yang lebih tinggi untuk menjalankan server induk dan mesin virtual didalamnya
3) Satu Pusat Serangan. Penempatan semua server dalam satu komputer akan menjadikannya sebagai target serangan. Jika hacker mampu menerobos masuk kedalam sistem induk, ada kemungkinan ia mampu menyusup kedalam server-server virtual dengan cara menggunakan informasi yang ada pada server induk
Pada kunjungan kami ke Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) hari kamis lalu tanggal 4-5 Oktober 2012, teknologi Virtualisasi dan Cloud Computing memang merupakan solusi terbaik untuk saat ini, demi menjawab tantangan dan persoalan pengelolaan server, karena semua aktifitas dapat dilakukan secara simultan dan otomatis tanpa mengganggu akses penggunaan sistem. Ini bisa disimpulkan setelah kami menyaksikan secara langsung pemanfaatan teknologi Virtualisasi dan Cloud Computing dalam infrastruktur milik PENS, yang telah diadopsi sejak tahun 2008 lalu.
Dalam studi kasus yang kami alami, teknologi Virtualisasi dapat diadopsi untuk membuat satu virtual server berlaku sebagai aplikasi SPSE yang nantinya dapat difungsikan sebagai cadangan produksi. Sehingga ketika Tim Pengembangan dari LKPP berkeinginan untuk melakukan penyempurnaan atau pembaharuan (Update atau Upgrade) sistem, mereka dapat melakukannya pada salah satu server tersebut tanpa mengganggu proses aktifitas dari para pelaku yang terlibat, baik intern LPSE Badung, Kelompok Kerja ULP Badung, Penyedia atau Rekanan, Pejabat Pembuat Komitmen maupun masyarakat umum. Ketika proses penyempurnaan atau pembaharuan selesai dilakukan, serta telah melewati masa pengujian, server tersebut dapat berpindah fungsi menggantikan yang sedang berjalan hanya dalam hitungan menit.
Sedangkan teknologi Cloud Computing dapat diadopsi untuk memposisikan aplikasi SPSE dalam satu tempat untuk kemudian diakses oleh puluhan bahkan ratusan unit LPSE di seluruh Indonesia. Hal ini akan jauh lebih menghemat waktu, biaya dan juga tenaga dibandingkan dengan kondisi saat ini yang masih melakukan penyempurnaan atau pembaharuan (Update atau Upgrade) sistem, secara satu persatu. Selain itu untuk faktor gangguan atau ketidaksempurnaan sistem, dapat dipantau secara keseluruhan sekaligus.
Satu-satunya kelemahan dari pemanfaatan teknologi Virtualisasi dan Cloud Computing saat ini adalah besarnya dana investasi yang harus dikeluarkan pada awal perencanaan. Namun bila dilihat dari segi manfaat serta kemudahan yang dihasilkan dalam jangka panjang, pengeluaran biaya yang dimaksud bukanlah menjadi satu nilai yang besar.
Bagi LPSE Badung, saat ini adalah waktu yang paling tepat untuk mengimplementasikan teknologi Virtualisasi dan Cloud Computing dalam pengelolaan server LPSE, mengingat secara besaran space data kegiatan Pengadaan Barang/Jasa yang tersimpan dalam database yang ada saat ini, masih tergolong sedikit. Sehingga proses migrasi yang dilakukan akan menjadi lebih mudah dibanding bila jumlah datanya sudah cukup besar.
Berkaitan dengan itu, dibutuhkan pula satu aplikasi tambahan yang berfungsi sebagai manajemen informasi akses kontrol, yang dapat dimanfaatkan untuk memantau sejumlah aktifitas maupun kondisi perangkat yang berada dalam jangkauan LPSE Badung secara real time serta dapat diakses kapanpun dan dimanapun, lewat perangkat komputer maupun mobile tablet.
Referensi :
1. Panduan Virtualisasi dan Cloud Computing pada Sistem Linux, Masim “Vavai” Sugianto http://www.vavai.com/, 06 Januari 2011
2. Wawancara, Kepala UPT Komunikasi dan Sistem Informasi Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Idris Winarno, SST., Mkom, 4 Oktober 2012
3. PT. Karlin Mastrindo, Proposal Project Virtualisasi LPSE Badung, 23 Juli 2012
Mangupura, 9 Oktober 2012
Sekretaris LPSE Badung
(Pande Nyoman Artawibawa, ST., MT.)
NIP. 19780416 200312 1 012
Comments
Post a Comment