Skip to main content

Tak Ada Kesejahteraan Tanpa Desa di Anugerah Jurnalisme Warga 2019

Siaran Pers

Tidak ada kesejahteraan tanpa desa. Demikian makna Jer Basuki Mawa Desa, tema yang diangkat Anugerah Jurnalisme Warga (AJW) tahun 2019 ini. Kali ini akan memberikan apresiasi pada pewarta warga, media warga, dan pegiat literasi digital di seluruh Indonesia.

AJW tahun ini dilaksanakan oleh BaleBengong dan Combine Resource Institution (CRI), dua organisasi pengampanye media warga yang berbasis di Denpasar dan Yogyakarta. BaleBengong adalah media jurnalisme warga di Bali dan membuat sejumlah program peningkatan kapasitas warga serta literasi digital sejak 2007. Sementara CRI telah bergiat bersama media komunitas di seluruh nusantara selama delapan belas tahun serta turut mengembangkan sistem informasi desa (SID) sejak tahun 2008.

Dalam AJW tahun ini, warga diundang mengirimkan karya baik tulisan, video, dan audio terkait praktik baik dan inspiratif dari desa seperti tata kelola pemerintahan, kesukarelawanan, transparansi, pelestarian lingkungan, akses disabilitas, potensi desa, dan lainnya. Ada tiga kategori yang bisa diikuti yakni pewarta warga, media warga, dan pegiat literasi digital.

Media Warga adalah media yang diprakarsai dan dikelola secara mandiri oleh kelompok warga non-perusahaan pers (non profit), tidak berafiliasi dengan partai politik, maupun pejabat publik. Selain mendaftarkan diri, warga juga bisa mengusulkan media warga favoritnya yang berkontribusi terhadap perubahan sosial di komunitasnya.

Sementara kategori Pewarta Warga bisa diikuti siapa saja yang memiliki produk jurnalistik yang dipublikasikan melalui media daring (online) dan non daring (offline) tergantung aksesibilitas di media warga seluruh Indonesia. Pendaftar menunjukkan minimal satu produk jurnalistik yang dinilai telah membawa perubahan bagi komunitasnya. Karya dapat berupa tulisan, video, foto, dan ilustrasi (komik, infografis, dll).

Kategori Pegiat Literasi Digital adalah individu atau komunitas yang mendorong perubahan aktif dan memadukan penggunaan media daring (online) dan aktivitas luring (offline). Perubahan aktif ini terkait praktik baik dan inspiratif dari desa, atau menyebarkan literasi digital yang dilakukan atau digaungkan melalui media daring seperti media sosial, blog, dan lainnya.

Uraian syarat dan ketentuan, serta form pendaftaran bisa diunduh di website balebengong.id dan combine.or.id paling lambat 20 Mei 2019. Atau mengirimkannya ke email: kabar@balebengong.id dan redaksi@combine.or.id.

Pengumuman peraih apresiasi AJW akan dilaksanakan saat puncak AJW 2019, 29 Juni di Bali. Pemenang juga akan diundang ke Bali menghadiri sejumlah kegiatan. Di antaranya diskusi bersama Dewan Pers tentang situasi dan kondisi media warga serta pertemuan nasional pegiat media warga.

AJW tahun ini mengundang Dandhy Dwi Laksono (Videografer), Ahmad Nasir (Pegiat Media Warga), Luh De Suriyani (BaleBengong), dan ICT Watch sebagai penyeleksi karya. ICT Watch, perintis kampanye Internet Sehat ini adalah lembaga pendukung AJW 2019 khususnya di kategori Pegiat Literasi Digital.

Masa depan media warga
Internet memberikan banyak peluang, termasuk bagi berkembangnya media-media komunitas di Indonesia. Seiring tumbuhnya media-media berorientasi bisnis, subur pula media-media berbasis sangat lokal (hyper local) yang dikelola secara nirlaba. Media-media ini tumbuh sebagai wakil warga atau ruang warga untuk bersuara.

Secara sederhana karakter media komunitas ini antara lain dikelola dari oleh untuk warga, tidak berafiliasi kepentingan ekonomi korporasi maupun politik praktis, dan menjadi alat untuk advokasi warga sekitarnya. Dalam aras yang sama media komunitas ini bisa berupa media jurnalisme warga ataupun yang dikelola komunitas.

“Untuk memudahkan, kami menyebutnya media warga (citizen media), di mana media jurnalisme warga dan media komunitas, termasuk di dalamnya,” ujar Anton Muhajir, Pemimpin Redaksi BaleBengong.
Namun, media-media warga ini menghadapi banyak tantangan. Selain tantangan keberlanjutan, media-media yang sebagian berbasis internet ini juga menghadapi risiko kriminalisasi terhadap pengguna internet (warganet). Tidak hanya kepada pengelolanya itu sendiri, tetapi juga pada warga sebagai kontributor.

Penyebabnya, antara lain, karena belum adanya pengakuan secara legal formal terhadap media warga seperti halnya perusahaan media dari Dewan Pers. Media warga masih ditempatkan di kuadran “abu-abu”. Media warga diharuskan memenuhi syarat administratif yang sama dengan media arus utama.

Padahal, dalam perjalanannya, media-media warga ini bisa menjadi penyeimbang ketika media-media arus utama makin terjebak pada komersialisasi. Dengan karakter khasnya, dikelola secara nirlaba dan terbuka pada partisipasi warga, media-media komunitas mampu memperjuangkan kepentingan warga, menyampaikan kabar baik, atau mengawasi pelayanan publik yang mereka alami sendiri sehari-hari.

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia sendiri beberapa tahun ini sudah merangkul pewarta warga sebagai anggota dengan syarat khusus misalnya memiliki karya minimal 12 per tahun, mendapat rekomendasi, dan lainnya.

Berangkat dari tantangan tersebut, media jurnalisme warga BaleBengong dan Combine Resource Institution (CRI), berkolaborasi untuk memberikan apresiasi melalui Anugerah Jurnalisme Warga (AJW) 2019. “Semoga semangat warga berdaya meluas, meningkatkan kualitas karya, dan memberi dampak langsung,” pungkas Imung Yuniardi, Direktur CRI.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak, ya wajar s

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja