Skip to main content

Mengenang Laskar Pelangi by Andrea Hirata

Awalnya setiap kali saya mendengar kata Laskar Pelangi, yang terbayang dalam otak saya ini adalah cerita anak-anak serupa buku komik terbitan Elex Media. Begitu pula saat mendengar cerita bahwa Laskar Pelangi akan difilmkan oleh sineas muda negeri ini.

Histeria yang terjadi pasca pemutaran film bioskop ‘Laskar Pelangi’ ditambah nyanyian anak-anak yang melantunkan tembang gres Nidji bertemakan sama, akhirnya membuat rasa penasaran saya timbul akan novel yang kabarnya menjadi ‘Best Seller’ dimana-mana. Sayangnya untuk mendapatkan pinjaman dari adik sepupu, musti menunggu terlebih dahulu, berhubung sedang beredar kemana-mana (istilahnya : dipinjem).

Sambil menunggu kembalinya novel tersebut, saya diberikan satu buku yang bercerita ‘di balik layar Laskar Pelangi’. Tentang perjuangan Riri Reza dan Mira Lesmana dalam mewujudkan karya epik film negeri ‘Laskar Pelangi’.

Membaca cerita perjalanan awal pembuatan sebuah film negeri seperti halnya ‘GIE’ terdahulu, saya akui makin membuat saya makin penasaran dan tak sabaran untuk membaca karya pertama dari sebuah Tetralogi yang dilahirkan oleh seorang Andrea Hirata.

Pada awalnya saya kira ‘Laskar Pelangi’ bukanlah novel karya anak negeri, mengingat nama ‘Andrea Hirata’ lebih familiar pada budaya Jepang. Satu pemikiran yang akhirnya saya sangkal saat membaca versi e-Book nya terlebih dahulu dibanding novelnya sendiri.

Cerita tentang perjuangan sepuluh anak sekolah tingkat dasar di Belitong, benar-benar membuat saya merasakan keasyikan betapa nikmatnya membaca sebuah karya seperti ‘Balada si Roy’ dan mimpi Gola Gong lainnya. Tak lupa pula seorang HilMan yang membuat kisah begitu mengalir, mudah dicerna dan melupakan waktu.

‘Laskar Pelangi’ akhirnya menjadi novel favorit saya pada masa pendewasaan diri kali ini. Mengingatkan pada masa-masa lalu, masa-masa kecil yang penuh dengan gelak tawa riang saat bersua dan menyaksikan keajaiban teman-teman yang saya miliki.

‘Laskar Pelangi’ juga mampu mengingatkan saya pada masa kegilaan akan sebuah novel, cerpen, fiksi yang rutin tampil dalam berbagai bacaan saya masa remaja. Dilahap tanpa peduli segmen peruntukan sebuah majalah.

Hai, Gadis, Aneka, Anita, Mode, Kartini, hingga merambah media koranpun saya lahap demi sebuah kegilaan yang saya sendiri amat sangat menikmatinya.

Karya Gola Gong adalah satu favorit saya waktu itu. Hingga rela melakukan perburuan disela jam kuliah ke berbagai perpustakaan negara dan juga penyewaan buku lama.

‘Laskar PeLangi’ saya akui memang sebuah karya yang mampu mengobati kerinduan saya akan sebuah cerita yang menyentuh hati, tak hanya berkhayal seperti ‘Harry Potter’ karya J.K. Rowling. Membuat saya menghabiskan waktu hampir seminggu untuk membaca, membayangkan dan mengingat kembali masa-masa yang diceritakan hingga ketertarikan mencari versi e-Book karya Andrea Hirata yang lain.

Tak heran jika buku ini kabarnya dirilis juga dalam bahasa lain dan menjadi Best Seller pula di negeri orang.

Aaah…. Tak percuma juga saya menunggu dan menikmati ‘Laskar PeLangi’, sebuah karya awal Tetralogi by Andrea Hirata.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian