Waktu terasa begitu cepat berlalu... Baru kemarin Bapak anteng rebahan di kursi kayu ruang tamu sembari manggil De Titih, meminta agar ia segera mendekat, sekarang sudah sepi saja ini rumah. Gak ada lagi yang teriak-teriak di pagi hari. Gak ada lagi suara batuk berdahak yang terdengar. Semua kini dilanda rasa Kangen mendadak. Dari si bungsu Ara, mantu yang kerap menyapa, hingga Ibu yang sering diajak bertengkar. Semua mengaku kehilangan. Saya pribadi mulai merasakannya ketika Bapak sudah masuk kamar jenazah di peti nomor 16 RS Wangaya Selasa siang kemarin. Lalu berlanjut merasa hampa ketika membersihkan diri Rabu pagi sebelum berangkat kerja. Memang agak beda jadinya. Dan perlu waktu lama untuk bisa menuangkan isi pikiran di tengah kesibukan menerima tamu yang datang dan juga melaksanakan kewajiban akan jalannya upacara hingga Selasa petang kemarin. Tidak mudah untuk bisa melewatinya dengan baik. Sejak awal kepergian Bapak, saya merasa mungkin ini memang sudah jalan Terbaik ...