Rasanya sedih begitu mengetahui bahwa Negara ternyata gak seserius itu mengurusi warganya, apalagi kalau itu berkaitan dengan data pribadi yang rentan disalahgunakan. Dan ketika mereka mengatakan tidak ada melakukan backup data, rasanya makin terpukul karena semua itu sudah diretas duluan.
Sudah jatuh eh kepala ketimpa durian pula.
Meskipun infonya sang hacker sampai meminta maaf lalu menggratiskan semua hasil perburuannya, tapi tetap saja jadi dagelan karena faktanya memang gak ada yang peduli. Dan tetap saja, data yang sudah didapat, masih rentan disalahgunakan. Gak ada jaminan terkait itu semua kan ?
Sementara kelas kita saat bikin skripsi sekalipun, pasti berupaya menyimpannya dalam berbagai media, demi terselamatkan saat file nantinya diserang virus. Bisa buyar dan gagal masa depan kalo sampe mesti ngetik ulang lagi. Beda kasus kalo semua dibayarin.
Dari nyimpennya di laptop sendiri, pc kantor, flash disk beberapa biji, atau google drive dan whatsapp serta telegram grup kalo bicara jaman jani.
Saya sendiri ternyata masih menyimpan file skripsi terdahulu yang rutin dibakar kedalam bentuk cd meski harus membayar mahal per kepingnya, dan pada kenyataannya malah jadi malu sendiri saat membaca ulang isi skripsi jaman masih menjadi mahasiswa tahun 2000 silam. Separah itu pemilihan kata dan penyampaiannya.
Tapi setidaknya upaya penyimpanan data dalam berbagai media sudah pernah dilakukan dari era pc masih menggunakan prosesor Pentium II 166 MMX, hingga kini era Whatsapp dan Google Drive. Termasuk data milik banjar sekalipun, yang kelak bisa dimanfaatkan lebih mudah oleh penerus kami kelak.
Dan mereka katanya tidak terpikirkan untuk melakukannya. Serius ?
Comments
Post a Comment