Skip to main content

Nokia siap bunuh Ponsel Lokal

Tak dipungkiri bahwa harga merupakan faktor utama yang dipertimbangkan oleh sebagian besar konsumen alat telekomunikasi pada pangsa pasar menengah ke bawah. Itu sebabnya beberapa vendor China dan lokal masih tetap setia merilis ponsel terbaru mereka dengan harga terjangkau, meski ada beberapa tipe yang dibuat secara khusus menyasar kaum menengah keatas.

Booming ponsel China dan lokal terjadi bisa jadi lantaran dari segi bentuk dan rupa hampir-hampir menyerupai beberapa ponsel kelas atas keluaran vendor ternama. Katakanlah BlackBerry Bold, Nokia E71 dan E72 bahkan iPhone. Selain itu didukung pula oleh beragam fitur yang dahulu barangkali hanya bisa didapatkan pada ponsel-ponsel tertentu saja. Memory Eksternal, koneksi internet hingga tv tuner dan dual sim card.

Harga yang murah, wajah yang keren ditambah beragam fitur terkini membuat ponsel China dan lokal begitu diburu ketimbang ponsel dari vendor ternama. Hal ini bahkan sempat membuat limbung vendor sebesar Sony Ericsson bahkan Motorola yang dalam satu kurun waktu tidak merilis seri ponsel mereka dengan harga bersaing.

Direbutnya sebagian pangsa pasar yang pernah dikuasai terdahulu membuat beberapa vendor ponsel mulai kegerahan. Demi mendapatkannya kembali LG dan Samsung memberanikan diri memulainya dengan merilis ponsel QWERTY dan layar sentuh mereka dengan harga dibawah 1,5 juta saja. Hasilnya bisa dikatakan lumayan, beberapa vendor China dan lokal yang dahulunya masih bertahan pada rentang harga 1 jutaan, mulai menurunkan harga jual mereka di kisaran 800ribuan.

Tidak ketinggalan Nokia selama dua bulan terakhir ini mulai ikut serta dalam ajang pertarungan, meski kalau boleh saya katakan agak terlambat. Adapun dua langkah mereka yaitu menurunkan harga ponsel QWERTY seri E63 ke rentang harga 1,5 juta dan mengisi kekosongan harga 1 jutaan dengan seri C3.

Nokia C3 seperti yang saya ulas beberapa waktu lalu, memberikan banyak kepuasan bagi penggunanya apabila dilihat dari sergi harga yang sangat terjangkau. Koneksi Internet yang didukung dengan Wifi, kamera 2 MP berfitur Timeline dan aplikasi Ovi Mail serta Ovi Market ditambah FaceBook yang dapat meng-upload foto layaknya ponsel kelas atas sudah cukup mewakili kebutuhan pengguna disamping akses menu dan pengoperasiannya yang gegas. Silahkan dibandingkan dengan pengoperasian ponsel China atau lokal.

Kehadiran Nokia C3 ini saya rasakan bakalan digunakan untuk membunuh keberadaan ponsel China dan lokal secara perlahan jika masih bertahan pada fitur yang dahulu pernah dibanggakan. Minimal menurunkan harga jual hingga kisaran 500ribuan. Apalagi kabarnya seri X5 yang pula memiliki desain QWERTY berkonsep sliding akan dirilis dengan harga dibawah 1,5 juta. Bentukan kotak kecil persegi bakalan mengingatkan kita pada desain ponsel China atau lokal (yang kebetulan juga meniru Nokia 7705).

Apakah Nokia mampu membunuh keberadaan ponsel China dan lokal ? kita tunggu saja.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak, ya wajar s

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja