Skip to main content

Pengalaman Baru Palembang

Saat kami tiba di kota Pempek ini, satu hal yang terbayang di benak adalah… Kota Denpasar.

Ya, situasi dan kondisimya gag beda jauh dengan kota kelahiran, baik dari model bangunannya yang masih sangat jarang ditemukan gedung tinggi, juga soal kebersihan dan lingkungannya. Jadi bisa dikatakan gag banyak perubahan hati ataupun mata yang dirasakan.

Palembang punya luasan 40ribu Ha kalo gag salah ingat. Tidak jauh dari luasan Kabupaten Badung, tempat kerja kami di Bali. Akan tetapi jika mau disandingkan dari sisi lainnya, di Palembang tidak kami temukan yang namanya Sampah berserakan, Pengemis berkeliaran dan Pak Polisi yang berjaga di setiap persimpangan jalan. Mungkin menurut kalian bisa berbeda kelak.

Soal sampah, kami akhirnya tahu mengapa bisa sedemikian hebat. Palembang infonya pernah mendapatkan predikat Kota Terjorok di tahun 2005 lalu. Akan tetapi berkat komitmen pemimpinnya saat itu, trofi Adipura sebagai lambang kebersihan akhirnya bisa diraih tahun berikutnya. Hingga kini mereka adalah langganan peraihan trofi dan tahun terakhir mendapatkan Adipura Kencana bersama 2 Kota lainnya, Tangerang dan Surabaya. Kagum ? Jelas…

Rahasia dibalik itu rupanya ada peran serta kesadaran masyarakat yang bisa dikatakan hal yang paling mendasar harus dikuasai. Bahwa pemerintah melibatkan segenap komponen dari siswa SD, SMP dan SMA serta lingkungan Kelurahan yang mendapatkan sosialisasi secara berkala tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungannya sendiri dan Kota Palembang tentu saja. Bahkan sosialisasi ini informasinya  disampaikan pula dalam salah satu sesi materi Diklat PIM sebagaimana yang kami lakukan sejauh ini. Dengan lingkup 16 Kecamatan serta 107 Kelurahan tentu saja ini adalah sebuah tantangan berat bagi para pemimpin yang ada di garda depan Kota Palembang.

Menurut bapak Agung Nugroho, Kepala Dinas Kebersihan Kota Palembang, dukungan diberikan tidak hanya dari masyarakat saja, tapi juga lingkungan SKPD horisontal dan tentu saja vertikal. Bahkan untuk melakukan koordinasi antar instansi, mereka tak segan untuk mendatangi satu persatu instansi lain serta merangkulnya dan melahirkan SK Bersama dalam konteks menjaga kebersihan. Intinya, tugas ini tak hanya diemban oleh Dinas secara khusus, tapi melibatkan semua stakeholdernya.

Kedua soal Pengemis. Entah karena Kota Palembang belum memiliki satu bidang yang menarik untuk dijual, kebutuhan tenaga kerjanya pun rasanya belum setinggi kota besar lainnya seperti Surabaya atau bahkan Badung sekalipun. Maka itu entah apakah tingkat exodus atau perpindahan penduduk ke Kota Palembang ini memang belum dirasa banyak sehingga tingkat kesenjangannya pun tak terlalu jauh terasa.

Dan soal polisi ? Entah ya… heran juga sebenarnya. Tapi tetap asyik untuk berkeliling kota.

Macet, gag begitu banyak. Bahkan saat saya lihat dari jendela pesawat Senin siang lalu, lalu lintas di Kota Palembang ini masih terasa lengang untuk ukuran sebuah Kota. Kemacetan memang terjadi di beberapa titik, tapi kebanyakan ada alasan atau penyebabnya. Sehingga ketika hal itu ditemukan, kemacetan pun bisa terurai dan perjalanan kembali menyenangkan.

Palembang Kota Kuliner ? Bisa jadi.

Selain pempek Palembang yang kami bisa nikmati pertama kalinya saat bertamu di Badan Kepegawaian Daerah dan Diklat Kota Palembang, bersua dengan bapak Kurniawan, Kepala BKD dan Diklat, serta di Dinas Kebersihan dengan bapak Agung Nugroho tadi, rupanya masih banyak yang bisa kami cicipi dan rasakan selama berada disini.

Katakanlah Nasi Minyak. Nasi yang penampakannya mirip Nasi Goreng ini, rasanya sangat jauh berbeda. Agak aneh jika belum terbiasa, dan ada tebaran butiran kismis diantara bulir nasi kemasannya. Belum lagi Tekwan, sejenis bakso ikan ya barangkali ? Ada lagi Mie Celor, mie yang diseduh dengan air panas dan ada santannya, musti hati-hati bagi yang gag kuat pencernaan :p Trus Pindang Ikan Patin, yang saat disajikan, berada diatas kompor kecil menyala, jadi tetap panas saat dimakan.

Camilannya ada Kemplang, kerupuk bulat yang mungkin masih bisa ditemui di kota masing-masing… Kue Maksubah, legit dan manis…Kue Srikaya, nah ini… kue ijo yang mirip puding berbahan dasar telor,  Enak tapi agak aneh, ditemui hampir di setiap acara makan. :p Yang punya Diabetes, seperti musti tambah hati-hati lagi deh :p

Tapi yang lebih menarik lagi adalah soal Perijinan. He… kembali ke topik kunjungan kami. Kalo sempat diperhatikan, sebelum terbentuknya KPPT, Kantor Pelayanan dan Perijinan Terpadu Kota Palembang, pendapatan daerah Kota Palembang kalo gag salah sekitar 4 Milyar sekian. Dan pasca terbentuknya KPPT hingga sosialisasi dsb, PAD meningkat menjadi 50 Milyar sekian. Salah satu faktor peningkatannya ya karena perijinan tadi.

Cepat, Mudah dan Transparan. 3 hal tersebutlah yang mereka anut sedari awal hingga kini. Pelayanan Cepat, terdapat batas jadwal yang ketat untuk dapat menyelesaikan layanan perinjinan, minimal 3 kali datang ke KPPT maka urusanpun selesai. Mudah, semua sudah ada langkah-langkahnya dan jelas. Transparan, semua pembayaran administrasi dilakukan melalui loket bank yang ada di sebelah ruang perijinan. Dari 32 jenis perijinan yang ada, sekitar 28 diantaranya kalo gag salah digratiskan alias tanpa biaya. Itu sebabnya, saat kami berkunjung dan ditemani oleh bapak Amirrudin, Kepala Seksi Pelayanan KPPT Kota Palembang, beberapa warga keturunan tionghoa, terlihat anteng menunggu giliran bahkan infonya ada juga yang kelas kakap.

Semua proses dilakukan secara online. Jadi bisa terpantau darimanapun, kapanpun dan oleh siapapun. Jika kalian menjadi salah satu konsumen dari KPPT ini, untuk memeriksa proses pengajuan ijin yang sudah didaftarkan, tinggal mengaksesnya lewat halaman website dengan cara menginputkan nomor referensi yang didapat.

Sistem online juga terpantau di Badan Kepegawaian Daerah dan BKD Kota Palembang. Utamanya di bidang kelengkapan administrasi pegawai, yang jujur saja sempat dikeluhkan selama ini lantaran persyaratan yang mutlak dipenuhi, masih harus berulang padahal syarat yang sama sudah pernah diajukan dan diserahkan sebelumnya. Jadi mirip-mirip akun onlinenya Rekanan Penyedia di LPSE. Sehingga harapannya, saat dibutuhkan untuk melengkapi persyaratan, pegawai tinggal masuk ke akun yang bersangkutan, mencentangkan pilihan administrasi yang dipersyaratkan, dan telah didigitalisasi serta masuk dalam server sistem, untuk dikirimkan plus menambahkan beberapa dokumen yang belum ada. Done.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian