Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2009

Benny & Mice so far by PanDe Baik

Setelah melahap satu persatu kumpulan kartun strip Benny & Mice sejauh ini, kini tiba saatnya saya menampilkan mereka kembali satu persatu. He…. Kali aja masih ada yang penasaran. Kok saya ini begitu memuja-muji Benny & Mice sih ? *** Buku pertama yang saya rekomendasikan adalah Benny & Mice “Lagak Jakarta” edisi koleksi bagian 1. Isinya merupakan kumpulan kartun strip dari tiga buah buku atau tema yang telah diterbitkan sepuluhan tahun lalu, yaitu “Trend & Perilaku” by Mice, “Transportasi” by Benny dan “Profesi” by Benny. Bagi yang penasaran silahkan melihat kembali tulisan saya sebelumnya, disini . *** Buku kedua ini merupakan edisi koleksi lanjutan “Lagak Jakarta” diatas. Pula merupakan kumpulan strip kartun ala Benny & Mice dari tiga buku atau tema berkisar saat Indonesia dilanda krisis dan perubahan tempo hari. Meliputi “Krisis… oh… Krisis” , “Reformasi” dan “(Huru-Hara) Hura-Hura Pemilu’99” . Disini kegetiran hidup yang dirasakan oleh sebagian besar

IdoLa masa LaLu

Siapa sih anak-anak yang besar pada tahun 80-an gak kenal dua sosok ‘pahlawan’ berikut ini ? He…. Ksatria Baja Hitam RX daaaannnn….. Gaaaabaaaaan….. Saebariaaaaan….. (dengan gaya Shincan kalo lagi berpose ala Pahlawan Bertopeng) Huhahahaha…..

ViLLa Maya Sayang KuTa

Sebelumnya, perlu saya jelaskan dulu bahwa tulisan ini bukanlah bersifat promosi dari sebuah tempat yang berlokasi di seputaran Kuta, hanya sebatas mengenang masa lalu. Masa dimana saya masih bekerja pada orang Jepang sekitar tahun 2003 lalu bersama dua orang rekan yang kini telah menjadi suami-istri, Ary karuna dan Surya Dewi. Salah satu perencanaan untuk kegiatan fisik yang diambil waktu itu adalah Villa Maya Sayang. Sebuah areal yang berisikan beberapa buah Villa dengan style Bali sederhana lengkap dengan kolam renang kecil pada tiap-tiap Villa yang disediakan. Pada sisi paling depan, terdapat sebuah Bar dan Restaurant berlantai 2, yang saat perencanaan waktu lalu menjadi pemicu utama bagi saya untuk memutuskan resign dari tempat bekerja. Si orang Jepang ngotot meminta desain Bar dan Restaurant berbahan dasar kayu dengan jarak antara dua tiang struktur (modul) adalah 12 meter (dengan alasan bahwa di negaranya adalah bukan hal yang mustahil). Satu hal yang saya sanggah waktu itu, sa

SIXSMA tentang PanDe Kodok

Teman-teman memanggil saya, PanDe Kodok . Nama yang saya sandang sejak SMP itu ternyata masih tetap dipakai begitu saya memasuki masa-masa SMA di SMAN 6 Denpasar atau SIXSMA . Saya menjatuhkan pilihan pada sekolah ini sebagai pilihan pertama, selain SMAN 7 Denpasar, atas dasar Nilai Ebtanas Murni tingkat SMP yang saya dapatkan sangat tidak layak untuk diajukan pada sekolah-sekolah yang berada di seputar Kota Denpasar. Biasanya jam setengah tujuh pagi, saya telah siap untuk berangkat sekolah. berhubung pada awal-awal masa sekolah saya berangkat dengan sepeda balap, teman setia sejak SMP. Hingga saya bersua dengan seorang anak yang tempat tinggalnya tak jauh dari rumah. Uco Isnaini . Uco inilah yang baik hati menolong saya (entah dalam hatinya ngerasa dongkol atau mangkel, he….), mengijinkan untuk ikutan nebeng sampe disekolahan nan jauh di daerah Sanur. Dalam perkembangannya, Uco bukanlah satu-satunya teman yang saya mintakan tolong dalam usaha nebeng dari/ke sekolahan. Baru pada tahu

SIXSMA Apa Kabar Sahabat ?

Seperti halnya ‘Laskar Pelangi’ , kompaknya teman dan juga sahabat, perlahan bisa saya temui pada masa bersekolah di SMAN 6 Denpasar . Kekompakan itu baru bisa saya rasakan semenjak dimulainya penjurusan ke bidang A1 (Fisika) sedari kelas II hingga kelulusan. Dari yang hobinya gak jelas yaitu menggosok-gosokkan tangan pada tembok sekolah, yang bahan obrolannya selalu berbau agama, yang sok playboy, yang punya julukan bisnismen karena ia mewarisi usaha ayahnya dan seperti halnya cerita novel, ada juga yang punya hobi mengikuti trend dan teknologi terkini. Tak banyak memang yang bisa bertahan. Satu persatu mereka menghilang pasca kelulusan kami. Hanya satu dua orang yang masih bisa kontak dengan baik, sisanya kabur entah kemana. Lewat Facebook , saya bisa menemukan mereka kembali satu persatu. So, Thanks to Facebook . Memang…. belum semua bisa saya temukan. Agus Suadnyana , orang yang dahulunya selalu mengikuti trend anak muda, yang mengenalkan saya pada beberapa musisi cadas jaman itu,

SIXSMA Apa Kabarnya ?

Nama yang Aneh. Begitu kira-kira bathin saya saat mengetahui nama pendek sekolah yang saya pilih pada tahun 1992 lalu. Sekolah yang musti saya capai susah payah dengan bersepeda balap dari rumah jalan Nangka ke jalan Hang Tuah Sanur, setiap harinya. Hampir 14 tahun saya meninggalkan sekolah tersebut dengan sejuta kenangan. Rasanya hari-hari saya dipenuhi senyum dan semangat yang tak pernah pupus hingga hari ini. Ya, masa SMA adalah masa awal yang paling menggembirakan bagi saya. Masa dimana saya bisa berekspresi dengan bebas…. Masa dimana untuk pertama kalinya saya berkenalan dengan cikal bakal hobi saya kini. Menulis. Bersama sobat terbaik saya Eko Hariyanto, saya belajar terjun ke dunia Jurnalistik, dipandu oleh IGP Artha yang belakangan saya ketahui bekerja di Bali Post dan kini menjadi anggota KPU Bali. Melanjutkan kiprah majalah sekolah ‘Candra Lekha’ untuk bisa bersaing dengan majalah sekolah lainnya. Satu kenangan manis saya waktu itu adalah, bisa bergabung sebagai wartawan sek

Selamat ULang Tahun PanDe Baik : Angka 31 dan Bersih-bersih

Sebetulnya saya bukannya bermaksud mendompleng nomor urut Partai yang kabarnya memperoleh suara terbanyak pada Pemilu kemarin, bukan juga karena secara kebetulan nomor rumah saya itu berada dalam urutan 31 di ruas Jalan Nangka. Tidak, bukan itu maksudnya… Ini hanya kebetulan saja kok, saya akhirnya dikarunia juga umur yang panjangnya hingga angka 31 tahun… Angka yang dalam pandangan saya sudah cukup dewasa untuk menentukan jalan pilihan hidup yang sebetulnya juga sudah ditentukan sebelumnya… Ya, hari ini saya berada pada usia 31 Tahun. Kalo ndak salah seingat saya saat kuliah dahulu ada juga beberapa rekan yang berusia sama dengan saya. Yah, beda satu dua hari lah… tapi ada juga yang satu tahun. He… Yah, paling ndak masih dalam angka satu kan ? Nah, dalam rangka hari ke-31 tahun inilah, saya memulai aktifitas ‘bersih-bersih’ berbagai hal yang ada dalam kehidupan saya selama ini. Dimulai dari yang paling gampang yaitu bersih-bersih laptop, dari nyuciin hingga nyetrika laptop biar jadi l

Menertawakan Diri Sendiri bersama Benny & Mice “Lagak Jakarta” buku 1

Menantikan jadwal maju ‘Seminar Kelayakan Thesis’ kemarin rasanya cukup membuat mumet kepala dan seakan membutuhkan obat yang mujarab demi mengembalikan mood seperti semula. Pilihannya tentu saja Benny & Mice . Hehehe…. “Lagak Jakarta” Buku 1 Seperti halnya tulisan saya sebelumnya terkait buku 2 “Lagak Jakarta”, bundelan ini tampaknya juga merupakan kumpulan kartun strip ala Benny & Mice, yaitu dari buku terdahulu “Trend & Perilaku” , “Transportasi” dan “Profesi” . Dari cover bukunya harapan saya jauh lebih besar dari yang sebelumnya untuk mendapatkan obat penawar mumet kepala hasil ramuan Benny & Mice. Apakah berhasil ? He…. Tentu saja !!! Dimulai dengan gambaran awal tentang ‘Orang Jakarta’ yang ternyata memang benar seperti dugaan saya. Hanya 30% yang masih mau memberikan senyum ramahnya. Itupun barangkali datang dari golongan menengah keatas yang gak mempersoalkan lagi kesulitas ekonomi dalam hidupnya. Sisanya ? sama dengan wajah kota Jakarta. Semrawut ! ugh !!

BLackBerry ? iPhone ? Coba dulu… Baru beLi…

Gak cuman sekali saya membaca komentar para pengguna ponsel ditanah air terkait kebiasaan gonta ganti ha pe ponsel, baik di media cetak maupun di dunia maya. Tampaknya kebiasaan pengguna ponsel di Indonesia ini terbaca jelas oleh sekian banyak produsen ponsel atau ha pe hingga ada juga beberapa malahan memprioritaskan Indonesia sebagai tempat peluncuran produk pertama mereka. Katakanlah seperti Nokia E90. Ponsel communicator kelas bisnis nan mahal ini kabarnya dirilis pertama kali di Indonesia dan dibeli oleh seseorang yang kelebihan duit denan harga 45 juta. Kini harga baru ponsel lipat itu masih saja nangkring di atas angka 5 juta rupiah. Ngomongin ponsel dengan harga diatas 5 juta rupiah, belakangan negara kita ini lagi booming dengan ponsel cerdas (smartphone) yang bernama Blackberry. Saking meledaknya, hingga anak sekolahanpun kini sudah mulai terlihat menenteng ponsel ini. Entah apakah penggunaannya hanya sebatas sms dan telepon saja ataukah memang berdaya guna seperti fungsinya.

Demam FaceBook nyaris menumbangkan BLoG

‘hare gene gak kenal FaceBook ? kemana aja ?’ Ungkap seorang teman kerja, sesaat setelah ditanyakan ‘apa siy FaceBook ituh ?’ Padahal sumpah mati, si rekan sendiri hingga kini masih blom punya account di FaceBook . Alasannya simpel, ‘ga ada waktu…’ . Minimal ia tahu kalo Facebook itu isinya apa saja. Wong rata-rata para keponakannya pada keranjingan Facebook katanya. He… Terlepas dari berbagai alasan setiap orang yang mencoba menjajal Facebook, sepertinya aktifitas kali ini mampu membuat orang yang terlanjur berkenalan menjadi ketagihan bahkan nyaris melupakan aktifitas yang ia lakukan sebelumnya. Entah kapan saya pernah membaca bahwa ada satu dua perusahaan swasta yang melarang karyawannya untuk mengakses Facebook saat jam kerja berlangsung hingga memblokir akses menuju Facebook dari pc masing-masing pekerjanya. Ini karena keranjingan ber- Facebook ternyata membuat rata-rata penggunanya lupa akan tugas dan pekerjaan utama mereka. Waaahh… Kalau sekedar Facebook-an saat jam kerja sih

Terima Kasih sudah menggunakan Hak Pilih Anda dengan Baik

Akhirnya jadi juga saya ikut serta dalam Pemilu 9 April yang sedianya digunakan sebagai ajang pemilihan para Wakil Rakyat, wakil yang diharapkan mampu menyuarakan aspirasi pula memperjuangkan nasib kita sebagai rakyat kecil. Begitu kira-kira Teorinya. Padahal, kalo diingat-ingat, beberapa waktu lalu saya masih memutuskan untuk memilih semuanya, alias GoLput. Atas dasar pemikiran bahwa yang maju dalam PilCaLeg kali ini rata-rata adalah orang yang saya kenal sebagai saudara dan mereka semua datang memohon dukungan. Trus yang mana dong harus saya pilih kalo gitu ? Setelah dipikir matang-matang, ‘mengapa pula saya harus ikutan GoLput ?’ Padahal saya telah diberikan mandat dan kewenangan untuk ikut serta dalam menentukan nasib Bangsa ini kelak ? Saya katakan begitu, karena nama saya dan keluarga telah tercantum dalam Daftar Pemilih Tetap tanpa ada keluhan apa-apa. Lantas siapa lagi yang bakalan dipercaya untuk menentukannya kalau bukan Kita ? Kamis pagi 9 April, pada TPS (Tempat Pemungutan

SeLamat berjuang untuk ParpoL dan para CaLeg

Terhitung besok pagi jutaan rakyat Indonesia ini akan mencoba menentukan nasibnya sendiri dalam jangka 5 tahun kedepan. Apakah akan memiliki para Wakil yang berani dan mampu memperjuangkan nasib mereka dihadapan pembesar negeri, ataukah akan bernasib sama dengan waktu-waktu lalu, lebih cenderung menuntut agar mereka ‘dihargai’ dan memilih plesiran ke luar negeri berbalut studi banding ? Hari ini adalah hari terakhir dalam fase Minggu (masa) Tenang. Masa dimana ratusan hingga ribuan baliho, spanduk, poster, selebaran atau apapun itu namanya, yang dahulunya menghiasi wajah kota, perempatan jalan, batang pohon hingga tembok disepanjang jalan, dengan segera di’enyah’kan dari pandangan mata masyarakat. Memang harus disadari, bahwa tak semua para CaLeg maupun ParpoL bersedia meluangkan sedikit waktunya untuk menurunkan sarana kampanye yang masih saja menampilkan wajah penuh senyum manis padahal beberapa minggu belakangan negeri ini tertimpa bencana dan kecelakaan. Lumayan membuat senyum say

Meringis bareng Benny & Mice “Lagak Jakarta” buku 2

Setelah terpingkal-pingkal dengan kartun strip ala Benny & Mice pada beberapa buku yang sempat saya tuliskan kemarin, kini saya seakan dipaksa untuk meringis bahkan maksimal ekspresi yang saya hasilkanpun hanya senyum yang miris. “Lagak Jakarta” Buku 2 Dari covernya dapat diketahui bahwa bundelan kartun strip karya Benny & Mice kali ini adalah kumpulan karya-karya mereka seperti “Krisis… oh… Krisis”, “Reformasi” dan “(Huru Hara) Hura-Hura Pemilu’99”. Jika jeli mengingat bahkan bagi yang pernah melewati dan mengalami ketiga masa tersebut, barangkali saat menikmati kartun strip ala Benny & Mice ini, ekspresinya yakin banget bakalan mirip saya. Miris dan Meringis. Bagaimana tidak ? Ditengah situasi tak menentu pertengahan tahun 1998 lalu, apalagi pra dan pasca Presiden Soeharto mengundurkan diri, bangsa ini termasuk rakyat-nya mengalami hal boleh dikatakan tak masuk akal sehat. Harga-harga melambung, bahkan jauh tinggi diatas awan. Honda Tiger 1998 saya itu saja, dua tiga

Pemilihan Umum Telah Memanggil Kitaaaa

“Cukup satu surat suara…. Cukup satu kali contreng…” Begitu kira-kira (kalo ndak salah) penggalan lirik lagu thema Pemilu 2009 kali ini, disuarakan oleh orang Bali (yang memakai destar/udeng) sambil menuntun sepedanya yang kemudian dilanjutkan oleh orang tionghoa dengan kata khasnya “Cincai lah….” Tidak salah jika telinga ini makin familiar mendengar iklan Pemilu ‘contreng’, wong kerap tayang di layar teve, apalagi bentar lagi PilCaleg bakalan digelar. Kabarnya bakalan menentukan nasib bangsa ini kelak loh. Jadi jangan sampe GolPut yah… Lepas dari gegap gempita kampanye full artist yang diselenggarakan sekian banyak parpol dinegeri ini, kok kalo ngomongin lagu Thema (Mars) Pemilu, malahan membuat saya kangen dengan lagu thema Pemilu JaDul yah ? “Pemilihan Umum telah memanggil kitaaaa…. Sluruh Rakyat menyambut Gembiraaaaa…. Hak Demokrasi Pancasilaaaa….” Wah Wah Wah… Rasanya kalo mengingat Mars Pemilu yang dahulu itu, rasa patriotisme saya langsung menggelegak muncul ke permukaan dan gak

Gaji PNS Naik 15%

Kira-kira begitu ‘Headline News’ yang saya dengar awal April ini. Satu berita yang menggembirakan bagi saya pribadi. Menggembirakan karena dari sisa gaji yang saya terima selama hampir dua tahun ini, bisa dikatakan sangat-sangat tipis kemungkinannya untuk bisa meningkatkan taraf hidup keluarga. Maklum, dari sejumlah gaji yang seharusnya saya terima untuk setiap bulannya, harus dipotong sepertiganya untuk membayar cicilan tiap bulan atas pinjaman uang sebesar 20 Juta di Bank Pembangunan Daerah. Uang ini saya pinjam sekitar pertengahan tahun 2007 lalu, untuk membiayai kuliah lanjutan saya di tingkat Pasca Sarjana… Dalam perjalanannya ternyata harus dibagi pula dengan biaya persalinan, upacara untuk putri kami dan biaya Rumah Sakit saat Istri terkena Demam Berdarah setahun lalu. Bisa ditebak, uang pinjaman ini tak cukup lagi untuk membayar SPP perkuliahan saya… Bila boleh dibagi ceritanya, sisa dua pertiga gaji yang saya terima, musti dibagi lagi untuk biaya air, listrik dan telepon, b