Masa pacaran kami ada pada hitungan bulanan, tergolong kilat jika yang dibicarakan adalah jalan menuju sebuah pernikahan.
Karena disekitar kami, ada banyak pasangan lainnya yang membutuhkan waktu tahunan sebelum mengambil keputusan untuk menikah.
Sebuah cerita yang kelak akan diturunkan pada anak-anak kami.
Bisa dikatakan, kami termasuk dalam golongan remaja jaman old, dimana komunikasi saat berpacaran dilakukan masih dalam bentuk kertas, tulisan tangan dan selembar foto.
Kalaupun mau yang lebih canggih, ya paling banter SMS. Short Messaging Service. Sebuah pesan singkat yang dikirim dengan potongan pulsa 350 rupiah saja.
Hal yang kadang masih suka saya lakukan pada orang-orang dengan nomor ponsel tanpa dukung Whatsapp.
Kertas, tulisan tangan dan selembar foto.
Jadi ingat filem Ada Apa Dengan Cinta.
He-em.
Begitu kertas dengan tulisan tangan dan selembar foto sudah didapat meski dengan cara sembunyi-sembunyi, hati kakak langsung berbunga-bunga. Dompet tipis dan sisa uang yang hanya beberapa lembarpun seakan tak ada artinya.
Gak macam jaman jani, dimana tikung menelikung bisa dilakukan sambil ngopi bersama teman dekat yang curhat akan hubungannya dengan sang pacar lagi renggang, sementara chat yang dikirim, tujuannya ya pacar si teman. Siapa tau kena.
Senyum manis yang terpampang dalam foto pun, masih tampak natural tanpa tambahan filter penghalus wajah, dan juga aksi selfie bertabur bintang. Jauh lebih menarik dan mendebarkan dada. Gak ada keharusan untuk nge-like, subscribe dan komen. Semua kiriman hanya untuk kebahagiaan kakak sendiri.
Semuanya memang berawal dari Kertas, Tulisan Tangan dan selembar Foto.
Lima belas tahun yang lalu.
#WeddingAnniversary
Comments
Post a Comment