Ehem… judul diatas sih sebenarnya agak aneh untuk diambil, tapi memang perjalanan kali ini beneran aneh kalo dipikir-pikir. Liburan saat libur Lebaran yang kalo diumpamakan jadi mirip Labirin, nyari jalan muter-muter untuk nyari destinasi akhir, pulang ke rumah, meski dalam prosesnya musti mampir kemana-mana dulu. Hehehe…
Hari pertama rutenya sederhana. Berenang (atau lebih tepatnya ‘nyemplung, karena gag bisa renang) di kolam renang Segara Madu Canggu, miliknya bapak Wakil Bupati Badung terpilih masa jabatan 2014-2015, Made Sudiana. Yang main air cuma bertiga, saya, mirah dan adiknya, intan. Awalnya sih kedua putri saya itu agak takut saat diajak nyemplung kolam anak-anak 60 cm, tapi langsung ketagihan di menit ke-30. Bahkan saking gag mau berhentinya, si Intan sampe kedinginan dengan bibir yang membiru. Duuuh… dan Mirah, senang bukan main saat mengalahkan rasa takutnya untuk perosotan luncuran pendek meski sempat terlihat kaget saat nyebur ke air. Hehehe… musti dijagain nih anak baru beraninya muncul :p
Usai berenang, kami gag punya planning lanjutan. Akhirnya memilih beristirahat di rumah Mertua dan membiarkan sesama orang tua bercengkrama. Saya sendiri memilih rebahan di lantai sambil nonton ‘the Lone Ranger’ di Note 3. Balik sekitar pukul 4 sore, dan perjalanan lanjut ke Pantai Pandawa di daerah Kutuh. Sayangnya macet gag ketulungan. Terjadi sedari depan kantor Desa Kutuh sampai lepas perempatan. Milih balik pulang setelah liat jam sudah menunjukkan setengah enam sore. Awalnya sih diarahkan ke jalan besar menuju Bali Cliff, tapi melihat situasinya bakalan macet juga, saya lalu memutar ke arah Kampial dan pulang melalui Jalan Tol. Kami akhirnya makan malam di Ayam Trinity Renon, setelah beberapa tempat makan langganan yang disambangi pada tutup.
Rencana hari pertama, selesai. Kami sepakat bakalan lanjut hari kedua ke Bali timur. Karangasem…
Berangkat dari rumah sekitar pukul 10an. Tujuan cuma satu, Kota Karangasem, mengunjungi adik sepupu yang PKL di Rumah Sakit Karangasem, satu jalur dengan Kantor Bupati dan gedung DPRD.
Perjalanan menuju lokasi sih aman tenteram, meski agak was was juga melihat situasi jalanan yang dipenuhi masyarakat dengan agenda pengabenan masal di wilayah Ulakan dan Manggis. Berhubung ini satu satunya jalan yang ada ke/dari Denpasar, maka untuk balik sebenarnya sudah diusahakan sedapat mungkin sebelum pk.1 siang. Tapi fakta berkata lain.
Kami terjebak macet sedari CandiDasa hingga Ulakan dan pertigaan Manggis dengan total durasi mencapai 2 jam lamanya. Mih… kaget juga. Itu saja kami sudah berusaha kabur melalui jalan alternatif di tengah bukit milik warga. Bahkan saking bingungnya gag tau arah, perjalanan kami mirip menelusuri Labirin.
Ada lima sampai tujuh kendaraan yang bergabung dalam usaha kabur kali ini. Dengan pemimpin kendaraan Touring DK 1665 yang ternyata sempat nyasar juga. Bersyukur ditengah ketersesatan kami didalam areal bukit, ada beberapa warga yang berinisiatif mengantarkan kami ke jalan besar. Dimana destinasi pertama berada di pertigaan banjar Ulakan yang masih jua tampak macet tanpa ampun, lalu memaksa kami menuju destinasi kedua melalui jalan (tepatnya gang), yang secara lebar hanya pas untuk satu kendaraan roda empat model Touring atau Avanza. Syukurnya lagi, gag ada kendaraan roda empat dari arah yang berlawanan. Gag terbayang deh kalo itu terjadi.
Target kami untuk makan siang di warung Pesinggahan Klungkung sebenarnya sekitar pk.13.30, tapi bergeser ke 15.00 lantaran nyadar terjebak macet dan baru terealisasi sekitar pk.16.00. Itupun setelah berhasil kabur dari kemacetan. Gag tahu deh kalo musti menunggui macet tadi…
Perjalanan pulang pun akhirnya dilakoni dengan santai di sepanjang by pass Ida Bagus Mantra, tanpa ada perubahan planning untuk mampir-mampir lagi. Nyampe rumah, langsung tepar deh…
Comments
Post a Comment