Topik bahasan Muhammad Mice Misrad kali ini seperti mengabulkan harapan saya di masa lalu akan diceritakannya sejumlah permainan masa kecil yang lebih banyak dilakukan di luar rumah, yang tentunya amatlah menyenangkan. Membuat saya kangen pada sejumlah teman masa SD yang penuh cerita.
Kisah dimulai saat hujan mendera, dimana Mice teringat pada masa kecilnya yang jika berada dalam situasi seperti ini, ia langsung melepas baju dan celana, lalu berlari keluar rumah untuk bermain hujan. Hal yang sama, namun tidak sampai telanjang, kerap saya lakukan dengan berbagai alasan, agar disempatkan ‘mekocel-kocel’ diluaran.
Masa Senapan Kayu, mungkin bukanlah masuk di jaman saya dahulu. Namun untuk Pletokan, mungkin iya. Bahkan untuk bahan baku senjatanya, kami menggunakan buah jambu yang masih muda dan kecil untuk ditembakkan ke arah lawan. Kebetulan di halaman rumah kami jaman dulu, terdapat tiga pohon jambu berukuran jumbo yang siap mengotori tanah dibawahnya dengan ‘kampuak’ dan serpihan bunga serta daunnya.
Bola Gebok, permainan yang dilakukan secara berkelompok ini sebenarnya bisa dipadukan dengan petak umpet dimana tumpukan batu dijaga dengan baik agar tidak sampai diruntuhkan oleh kelompok lawan dengan lemparan bahkan tendangan dadakan. Dan biasanya kalopun ada salah satu anggota yang ngambek akibat ‘jadi’ terus menerus, barulah permainan bubar dengan sendirinya. He…
Ada lagi permainan Gelatik, yang kalau di masa kami lebih dikenal dengan nama Tak Til. Bermodalkan batang kayu pohon terdekat, dimainkan berdua atau lebih, dengan kemampuan yang semakin hari makin diasah kehebatannya memukul batang pendek hingga bisa jatuh lebih jauh. Baik di rumah maupun sekolah, ini adalah permainan yang amat sangat saya sukai saat waktu luang tiba.
Gundu atau Kelereng, pula merupakan salah satu permainan yang begitu digemari. Sayapun termasuk didalamnya. dan di Bali, nama permainan ini lebih dikenal dengan Guli. Mengandalkan sentilan jari tengah dan telunjuk dengan kekuatan yang jauh lebih baik ketimbang jari lainnya. Istilah-istilah yang disebutkan oleh Mice disini, benar-benar mirip dengan istilah yang kami gunakan dalam permainan Guli sehari-hari. Stik, Jus, Tipis hingga Stand untuk pose berdiri, terutama bagi pemain yang berada di posisi dekat tembok. Macam-macam Guli atau kelerengpun saya miliki, dari yang bening, bermotif warna hingga susu. Dari yang ukuran normal, kecil hingga jumbo. Dan tempat yang digunakan untuk menampung kelereng jaman itu ya kaleng biskuit Khong Guan seperti yang digambarkan di salah satu halamannya.
Ada lagi kalo gag salah main Gala, benteng, kartu remi, empat satu, cangkul, joker, atau Kik (yang ini untuk anak perempuan, dengan ikatan bunga jepun yang ditendang-tendang vertikal). Atau kwartet, dimana masa itu masih dipenuhi dengan gambar Megaloman atau Voltus 5… ah, masih banyak lagi yang rupanya belum sempat dibahas.
Yang Unik, tentu saja gambaran Profil Bocah era 70-80an yang diekspresikan ingusan, dekil, berkeringat dan borokan atau koreng, tentu berbeda jauh dengan profil anak masa kini, era tahun 2000an. Jujur saja, saat kecil memang ada beberapa kawan persis seperti gambaran tersebut, gag kebayang kalo anak seperti itu masih ada di jaman kekinian kota besar. Pasti jadi heboh deh. Hehehe…
Namun yang paling menggelitik dari semua kisah yang ada, saat bagaimana diceritakan akhir buku dicapai, yaitu saat sang anak yang mengeluhkan batere ipad yang sudah lobet (lowbatt), satu gambaran yang lumrah ditemui di era kekinian. Ya, anak tak lagi ramai bermain di luaran bersama kawannya, namun asyik dalam kesendirian gadget akibat tahun lahir di jaman layar sentuh. *menarik nafas panjang
Comments
Post a Comment