Ternyata lumayan banyak juga isi kedua celengan putri kami, MiRah GayatriDewi dan InTan PradnyaniDewi, padahal itu baru mulai dilakukan, sejak awal kelahiran Oktober 2012 lalu.
Memang sih untuk celengan milik MiRah, ada beberapa lembar uang merah yang memang sengaja saya simpan disitu hasil kumpulan koin receh sejak setahun lalu, jadi pas ditambah dengan koin dan uang tabungannya selama enam bulan ini, tak kurang terkumpul sekitar 650ribu plus selembar uang dollar 100an, bekal yang diberikan uwaknya yang kini sudah balik lagi ke Canada.
Sedangkan pada celengan InTan, sebetulnya agak kaget juga pas melihat isi dalemannya. Tak kurang 20an lembar uang merah yang sepertinya kalau tidak salah ingat merupakan uang yang diberi almarhum kakak perempuan saya, saat kelahirannya InTan dahulu. Dan jika ditambah dari hasil pendapatannya saat enam bulanan lalu, bertambah lagi sekitar 5 lembar uang merah dan biru. Cukup banyak…
Aktifitas untuk mulai menabungkan kedua putri kami, MiRah dan InTan memang sudah sejak lama kami pikirkan, mengingat asal muasal ide yang lahir sebenarnya adalah hanya untuk mengumpulkan koin receh hasil kembalian dari berbelanja, parkir dan lain-lain, yang secara khusus pula saya tanamkan pada MiRah, putri pertama kami dan kelak InTan nanti, untuk belajar menyimpan uang tersebut dalam celengannya masing-masing.
Memang sih tak seberapa jika dilihat dari nominal yang dimasukkan, namun jika dilakukan secara rutin, dan dikumpulkan dalam waktu yang lama (biasanya sih enam bulan sekali, isi celengan dibuka), sedikit demi sedikit itu nyatanya memang menjadi bukit… meski bukan berarti sebagai bukit sungguhan yang besar dan tinggi, apalagi bisa membeli lahan di bukit, setidaknya kami bisa mengkonversi bentuk uang receh tadi menjadi satu dua lembar uang merah, yang kemudian biasanya kami tabungkan ke rekening khusus di Bank.
Jika MiRah sudah memilikinya atas bantuan nama Ibunya, InTan sendiri hingga kini masih belum ada, dan mungkin dalam waktu dekat akan kami buatkan pula.
Apa yang kami lakukan diatas sebenarnya hal yang sepele, tapi bukankah biasanya langkah yang besar, dimulai dari hal-hal kecil dan sepele ? Siapa tahu kelak kedua putri kami bisa lebih menghemat uang jajannya nanti untuk ditabungkan atas kesadaran mereka sendiri ?
Comments
Post a Comment