Keputusan untuk memilih RS Wangaya sebagai tempat Rawat Inap saat MiRah putri kedua kami positif Demam Berdarah kemarin, bisa dikatakan tanpa rencana. Mengingat sebenarnya MiRah memiliki akses Asuransi Prudential yang siap memberikan pelayanan Klaim lebih baik ketimbang Askes PNS yang kami miliki.
Tapi Ngomong-ngomong soal penggunaan Askes, ini gara-gara celetukan seorang Rekan Kantor yang memang berusaha untuk memanfaatkan kemudahan Askes kantor semaksimal mungkin meski gejala sakit hanya soal Batuk dan Pilek. Makanya, pas melarikan MiRah, minggu 3 Februari lalu, pikiran pertama langsung tertuju ke Askes, padahal di RS yang sama, berlaku pula kartu PruMed nya Prudential…
Ah sudahlah, semua sudah terlanjur terjadi. Maka kini yang ada adalah menjalani masa perawatan di Sal Praja Amertha-nya RS Wangaya, tepatnya di Kamar 105.
Ada beberapa perbedaan yang saya rasakan saat menjalani masa-masa menunggui pasien disini. Pertama, soal kenyamanan Pasien dimana di RS Wangaya, tidak ditemukan pedagang yang sliwar sliwer menjajakan dagangannya, hinga masuk tanpa ijin untuk menawarkan kepada para penunggu kamar. Memang ini kadang memudahkan penunggu pasien untuk berburu makanan ketimbang berjalan jauh seperti situasi yang pernah dialami saat 9 hari berada di RS Sanglah 5 tahun lalu. Namun saat persoalan Kedua, terkait dengan pencarian Obat Askes, maka jalan yang dahulu saya ambil adalah mengunci pintu kamar pasien, dan menitipkannya ke Perawat agar pedagang tidak bisa seenaknya membuka pintu kamar saat ditinggal pergi. Lha, kenapa musti pergi ?
Ini terkait dengan perbedaan kedua, yaitu akses pencarian Obat kategori Askes, dimana saat berada di RS Sanglah, penunggu pasien lah yang diharapkan aktif mencarinya ke apotik DPHO di sebelah Utara kampus Fakultas Hukum, atau di sisi Barat areal RS dekat kantin. Padahal kamar yang kami tempati saat itu tergolong kelas VIP, yang berisikan satu pasien dan bed tambahan bagi Penunggu. Sama dengan RS Wangaya. Namun disini, penunggu Pasien, tidak dikenai aturan tersebut sehingga saya lebih mudah untuk meninggalkan neneknya MiRah sendirian menunggui cucunya sedari pagi, pergantian jaga, hingga siang/sore harinya.
Jadi ceritanya, semua obat selama masih ada dan bisa didapatkan di Apotik DPHO areal RS, pebcarian diHandle oleh petugas Askes/Perawat, sehingga penunggu Pasien hanya akan menerima bill hijau sebagai tanda bukti.
Ketiga, terkait Pelayanan dari Tim Perawat, yang memang secara khusus memberikan Service (dalam arti Positif loh ya) kepada para Pasien dan Penunggunya lewat jasa yang Terbaik. Sehingga bisa dikatakan kami sangat excited dengan Keramahan RS Wangaya kali ini.
Namun, selama 5 hari berada di RS Wangaya, barangkali satu-satunya hal yang paling khawatir dirasakan adalah…
Terkait Lokasi Kamar Rawat Inap yang berada cukup dekat dengan Kamar Mayat. Okelah, memang selama itu saya pribadi seakan dipaksa untuk selalu berpikir positif sehingga mampu merasakan aman untuk menjaga MiRah sejak sore hingga pagi menjelang. Tapi yang namanya perasaan khawatir toh tetap ada. Khawatir terjadi apa-apa dengan putri kami, apalagi kalo sampai ia tahu tentang keberadaan Kamar Mayat tersebut. *kebanyakan nonton film Horror dia, maka itu hingga waktu kepulangan, saya berusaha tidak menyampaikan hal tersebut agar tidak menurunkan mentalnya. Cukup Bapaknya saja yang ketar ketir :p
Comments
Post a Comment