Playboy lagi, Playboy lagi. Tapi yakin deh, ini tulisan terakhir saya yang menceritakan tentang aksi heboh www.pandebaik.com selama bergelut dengan Torrentz, Playboy Magazine hingga PentHouse.
PentHouse ?
Kata terakhir yang saya sebutkan diatas, bagi yang masih belum familiar, kurang lebih bermakna sama dengan halnya Playboy Magazine. Sebuah majalah yang kabarnya dianggap sebagai kategori Pornografi dan katanya mampu merusak pikiran generasi muda bangsa Indonesia hingga sampai sel terkecil sekalipun sehingga dirasa perlu untuk dibabat habis dengan ancaman Undang-Undang. Sayapun baru teringat dengan PentHouse ketika edisi Playboy yang terdownload sudah mencapai space 3 GB.
Dibandingkan dengan Playboy Magazine baik itu yang merupakan edisi rilis resmi USA, Argentina, Cheko, Greece, Philipina, Mexico hingga Slovenia ataupun edisi bonus tahunannya, ternyata PentHouse jauh lebih vulgar baik dari tema, isi tulisan, data pendukung hingga pose wanita telanjangnya. Hingga jujur saja saya malah jadi enegh saat berusaha menikmatinya halaman demi halaman. Bikin panas dingin…
Aura vulgarnya bahkan sudah terasa ketika pembaca membuka halaman demi halaman sedari awal. Makin menjadi ketika halaman makin dalam. Meski Tema yang diangkat beragam, namun gambar ataupun foto pendukungnya jauh lebih menantang bahkan sudah mengarah pada (maaf) hubungan seks. Berbeda jauh dengan apa yang disajikan dengan Playboy.
Kartun atau gambar sket khas majalah luarpun tergolong banyak tertampil di Playboy Magazine, lengkap dengan satu kalimat di bagian bawah gambar, yang lumayan membuat pembaca tersenyum simpul. Tidak demikian halnya dengan PentHouse. Nyaris 75 persen gambar ataupun foto yang terpampang, mampu membuat para pria normal yang membacanya (termasuk saya tentu saja) menelan ludah dan cepat-cepat membuka halaman berikutnya. Bukan bagaimana, tapi khawatir jika pikiran malah mulai keterusan mengarah ke aksi Pornografi.
Tidak hanya pada liputan utama, tapi juga tulisan pendukung dan iklan tentu saja. Lay outnya sendiri mengingatkan saya pada sebuah majalah gadget local yang kerap menurunkan liputan hal-hal konyol di seputaran kita, hanya sekedar mengingatkan betapa bodohnya manusia percaya pada hal-hal yang bisa dikatakan fenomenal. Begitu pula dengan PentHouse.
Menjual gambar atau pose wanita sexy telanjang dan terekam dalam satu eksemplar majalah barangkali tergolong ‘menarik’ untuk ukuran pria normal di Indonesia yang dikungkung oleh Undang-Undang dan Peraturan serta norma Agama. Sayangnya sepengetahuan saya, larangan itu hanya diperuntukkan bagi Playboy Indonesia saja. Barangkali jikapun kelak PentHouse berkeinginan sama dengan Playboy, ingin melebarkan sayap ke Indonesia, saya yakin bakalan bernasib sama. Dikepruk sebelum diterbitkan. Apalagi seumpama masih mempertahankan gaya liputan mereka seperti yang saya gambarkan diatas.
Padahal kalo Pemerintah dan juga para pembela Norma itu mau jeli, banyak kok tabloid esek-esek yang dijual walau secara sembunyi-sembunyi tak kalah menyajikan pose syur, cerita mesum atau bahkan iklan yang mampu menaikkan syahwat pembacanya. Tapi terlepas dari itu, Playboy Magazine (ternyata) jauh lebih sopan ketimbang PentHouse. Gag percaya ? Donlot aja via Torrentz. Hehehe…
Comments
Post a Comment