Skip to main content

Blue Eyes Café Menghujat Hindu ?

Tampaknya cara-cara lama untuk memprovokasi Umat Hindu lewat status pada Jejaring Sosial FaceBook belum jua bisa hilang. Cerita kali ini datangnya dari halaman Blue Eyes Café, sebuah tempat nongkrong yang beken di kalangan remaja dan kalangan ‘berpunya’ yang berlokasi di By Pass Ngurah Rai Sanur Bali.

FUCK HINDU

Kurang lebih begitu status yang dilontarkan sang Admin halaman Blue Eyes Café pagi tadi. Status ini secara kebetulan tertangkap basah oleh seorang pengguna akun FaceBook lainnya dan berinisiatif untuk menyimpan tampilan halaman sebagai bukti otentik, untuk selanjutnya dikonfirmasi balik. Sayangnya, status tersebut dengan segera dihapus oleh si Admin halaman.

Bisa ditebak, bukti screenshot yang menampilkan halaman Beranda/Home dengan status dari Blue Eyes Café tersebut langsung beredar dimana-mana. Saya sendiri mendapatkannya dari sebuah Thread KasKus yang sepertinya merupakan sumber pertama cerita ini. Seperti bisaa, saya pribadi mencoba menulusuri kronologisnya.

Per 1 Januari 2010, tampaknya akun Page Blue Eyes Café masih terlihat aman tentram. Beberapa pengguna akun FaceBook masih sempat meninggalkan beberapa pertanyaan seputar event atau kegiatan Blue Eyes Café terakhir. Kondisi tersebut segera berubah ketika Arief Ridwan Nur meminta pertanggungjawaban Admin halaman atas kebenaran status yang dilepas pagi tadi dengan menyisipkan halaman Thread KasKus yang saya maksud diatas tadi. Dan selayaknya kasus provokasi atau penghujatan Agama Hindu lainnya, komentar dan pertanyaan dari pengguna akun FaceBook lainpun mulai banyak tampil di halaman depan.

Meski demikian, Guz Ari Adnyana tampaknya mencoba untuk memberikan klarifikasi terkait halaman Blue Eyes yang baru. Hal ini didukung pula oleh pernyataan Yantee Aja Deyh yang mengatakan bahwa halaman Blue Eyes Café merupakan halaman milik Blue Eyes saat masih dikelola oleh Manajemen Lama. Sedangkan halaman Blue Eyes yang dikelola Manajemen Baru, menggunakan nama Blue Eyes Bali.

Terlepas dari benar tidaknya perubahan halaman lantaran perubahan Manajemen Blue Eyes, apapun status yang dilepas di halaman lama, sebenarnya masih merupakan tanggung jawab dari Blue Eyes. Jikapun memang menganggap bahwa halaman itu sudah tidak berlaku lagi, seharusnya Pihak Blue Eyes dengan segera menghapus atau menutup halaman dan memberitahukan ‘anggota’nya untuk dengan segera berpindah ke halaman yang baru.

Saya menyadari bahwa sebuah halaman atau akun FaceBook sangat rentan akan percobaan pembajakan dari Hacker ataupun sekedar orang iseng seperti yang terjadi pada akun teman saya, Gede Suwartana sore kemarin. Bisa jadi lantaran user ID yang bisaanya menggunakan alamat email bisa ditemukan dengan mudah di halaman Info, dan menggunakan password  tanggal lahir atau tanggal yang spesial dan mudah ditebak, penipuan ataupun provokasi dengan dalih penjatuhan Citra, persaingan bisnis atau apapun itu bisa dilakukan dengan mudah. Namun tetap saja pihak Blue Eyes tetap harus bertanggung jawab, mengingat sifatnya yang merupakan fasilitas publik.

Mumpung belum melebar jauh, sudah sepatutnya pihak Blue Eyes Café baik dari manajemen lama maupun pihak manajemen baru Blue Eyes Bali, wajib menanggapi kasus Penghujatan terhadap Agama Hindu kali ini secara bijak dan menyelesaikannya dengan baik-baik. Mengingat keberadaan Blue Eyes Café yang notabene berada di Bali, dimana umat Hindu merupakan mayoritas penduduk asli, dan pepatah lama seharusnya masih digunakan ‘Dimana Bumi diPijak, disitu Langit diJunjung’.

Jikapun Blue Eyes Café atau Blue Eyes Bali lantas lepas tangan dan menganggap bahwa ini hanyalah sebuah percobaan provokasi dengan dalih penjatuhan citra ataupun persaingan bisnis lantas tidak berbuat apa-apa terhadap halaman lama ataupun tidak memberi tanggapan dan permintaan maaf di Media atas keteledoran mereka, mungkin sudah saatnya bagi para remaja atau kalangan ‘berpunya’ yang kerap nongkrong ditempat tersebut, bisa lebih mempertimbangkan lagi keputusan mereka untuk bermain-main disitu.

Comments

Popular posts from this blog

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian