Skip to main content

Memahami Anak secara Fleksibel

Waktu merupakan salah satu hal terpenting yang jarang saya miliki untuk menemani MiRah sehari-hari. Kendati hanya memanfaatkan lima hari kerja dalam satu minggu untuk rutinitas pekerjaan, terkadang saat-saat berada dirumah, rentang pertemuan kami hanya sebentar. Mungkin itu sebabnya ketika akhir pekan saya pribadi selalu berusaha memberikan perhatian pada putri kecil kami ini.

Dalam usianya yang kini telah menginjak usia dua setengah tahun, kenakalan dan bandelnya MiRah GayatriDewi sebagai seorang anak kecil sudah mulai terlihat. Bahkan tidak jarang aksinya dalam keseharian kerap mendapatkan komplain baik dari sepupu kami yang kebetulan anak-anak mereka merupakan teman main MiRah atau malah dari kakek neneknya yang merupakan pengasuh utama MiRah sejak bayi. Setiap kami pulang kerja hampir selalu ada laporan khusus yang disampaikan terkait aktifitas MiRah yang memecahkan kesabaran mereka.

Memahami anak di masa kini saya pikir tidak bisa dengan menerapkan satu pola tertentu seperti halnya jaman dulu ketika tempat-tempat bermain belum banyak ditemukan diseantero kota. Setidaknya begitu pemahaman saya ketika membaca beberapa majalah yang menuliskan perihal perilaku anak. Faktor Lingkungan merupakan salah satu hal yang paling mempengaruhi tingkah laku mereka.

Menerapkan pola keras pada anak memang hampir selalu dianggap manjur oleh sebagian besar orang tua untuk mendidik anak secara disiplin. Melarang ini itu, membentak bahkan tidak jarang menghukum sang anak ketika ia melakukan kesalahan. Padahal secara usia bisa jadi anak-anak malah belum tahu mana hal yang benar dan baik dilakukan, mana pula hal yang barangkali tidak dianjurkan. Kendatipun kemudian mereka dimarahi, barangkali kata-kata yang disampaikan belum mampu dipahami dengan baik. Jangan-jangan malah menimbulkan trauma atau dendam secara diam-diam.

Membebaskan pola perilaku anak juga bukan satu hal yang bijak. Alangkah baiknya kebebasan itu tetap berada pada batas atau jalur yang barangkali tetap dipegang teguh oleh orang tua dalam mengawasi anak-anaknya. Memberikan pengertian secara halus sebenarnya tidak susah kok. Biasanya si anak yang memang belum paham dengan aktifitasnya ya bakalan menurut ketika diberitahu.

Dalam memahami perilaku anak terkadang orang tua dan juga pengasuh dituntut mau tidak mau agar mampu menjadi seorang anak kecil ditengah tuntutan kedewasaan dalam berhadapan dengan lingkungan dan pekerjaan. Tidak ada salahnya membagi dua pikiran dan perilaku, membedakan mana yang sebaiknya digunakan saat bekerja mana pula yang diambil saat berhadapan dengan seorang anak. Berusaha menjadi seorang anak kecil sesungguhnya tidak susah, hanya saja orang kadang cenderung kehabisan kesabaran lantaran waktu yang sempit sedangkan si anak bertingkah seperti seorang penguji disertasi. Rasa ingin tahu mereka inilah yang kadang sangat besar.

Pernah berhadapan dengan seorang anak yang hobinya bertanya ? Bisa dikatakan MiRah sudah sampai pada tahap tersebut. Ini apa pak ? itu apa pak ? bapaknya mana ? ibunya mana ? niniknya mana ? gak dimarah dia pak ? kok dia gitu pak ? dan seterusnya. Jika sang pengasuh tidak mampu memahami keingintahuan anak dalam usia dan tahap ini, bukan tidak mungkin amarah dan kata-kata bernada tinggi langsung terlontar saat itu juga.

Dalam usaha ini saya pribadi hampir selalu menyempatkan diri membaca majalah-majalah yang diperuntukkan bagi orang tua seperti Parents Guide yang biasanya menyajikan informasi perkembangan dan perilaku anak sesuai jenjang usia, AyahBunda yang sedari kecil memang saya gemari, atau syukur-syukur satu dua artikel tentang anak di beberapa tabloid atau buku yang saya temukan di ruang tunggu praktek dokter, rumah saudara hingga koran disela jam kantor. Kalopun menarik, mudah dipahami dan berguna untuk saya pribadi dalam usaha saya memahami MiRah kelak, artikel atau majalah tersebut segera saya pinta atau beli. Selanjutnya dikumpulkan dalam sebuah map khusus sehingga dapat dibaca kembali saat senggang.

Sungguh senang ketika anak merasa betah dengan keberadaan orang tua meski yang namanya waktu masih tetap berasa kurang kendati liburan lebaran yang hampir lima hari lamanya tempo hari itu terlewati. Bukankah indah ketika dunia yang dilakoni dapat begitu berwarna dengan senyum dan tawa canda si kecil setiap saat ?

Comments

Popular posts from this blog

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian