Tangan kecil itu mencubitku ditengah malam yang panas, bibirnya masih ditemani dot panjang berisi air putih biasa, keringat pada dahinya terlihat membintik membuatku hanya bisa tersenyum dan membiarkannya. Sudah menjadi kebiasaan si kecil ketika ia akan beranjak tidur.
Sungguh tak pernah kami bayangkan sebelumnya bahwa bayi kecil yang dahulu ditimang dan dibelai kini telah tumbuh menjadi seorang gadis kecil penuh tawa canda yang terkadang dihiasi teriakan lengking tangisnya. Gadis kecil itu bernama MiRah.
Siapapun gak bakalan menyangka bahwa tubuhnya MiRah akan berkembang begitu cepat, tinggi besar untuk anak batita seusianya. Jadi maklum kalo kemudian banyak orang yang salah kaprah mengira MiRah sudah mulai sekolah. Padahal secara usia Mirah baru saja menginjak 2,5 tahun.
Terkadang kami begitu terheran-heran menatapnya saat ia tertidur, tak mengira bahwa si kecil yang telah lama kami nantikan kehadirannya kini telah mampu mendatangkan tawa lantaran aksi jahil yang tiada habisnya.
Kata orang, perilaku anak lebih banyak meniru perilaku orang yang mengasuhnya. Tidak heran apabila ada satu cerita tentang ibu muda yang mengeluhkan anaknya kok makin mirip perilaku pembantu mereka. bahkan si anak tidak akan mau diam kalo belum mendapatkan pelukan pembantu yang notabene merupakan sang pengasuh sejak kecil. Demikian pula dengan Mirah. Perilakunya kini tak jauh berbeda dengan perilaku neneknya. Cenderung keras dan tak mau mengalah. Walaupun perilaku ini terkadang terlihat mirip pula dengan perilaku orang tuanya. :p
MiRah yang tak mau mengalah, kerap berteriak ketika mainannya diambil atau bahkan lagu yang ia putarkan pada layar televisi dinyanyikan orang. Sebaliknya MiRah akan selalu bersikap manis dan ngemong pada adik sepupunya yang baru berusia 1,5 bulan. Kendati demikian rasa sayangnya paling besar diberikan pada Moo, boneka pink berbentuk Piglet yang salah nama sejak awal ia dibelikan. Moo adalah boneka sapi hitam putih yang dibeli beberapa bulan setelah Piglet. Sedangkan Piglet yang hingga kini dipanggilnya sebagai Moo aku belikan sepulang kuliah dahulu untuk teman bobonya MiRah saat kutinggal belajar.
Hampir setiap saat, kemanapun tujuan, Moo selalu ada dalam pelukannya. Moo adalah satu-satunya yang tak pernah dimarah dan dicubit pula kerap didandani dan diberi susu layaknya ngemong adik bayi. Alasannya ‘kasian masiy kecil… Meski demikian Moo terkadang mendapatkan pula perlakuan yang ‘gak bener’ seperti saat Moo ditenggarai bakalan pipis didalam mobil (khayalan MiRah tentu saja), ibunya MiRah sempat nyeletuk ‘jangan sampe kena kursinya ya…’ eh MiRah langsung bilang ‘besok aja ya pipisnyaaaa…’
Dibandingkan bonekanya yang lain, bisa dikatakan hanya Moo yang mendapat perlakuan khusus. Entah mengapa, boneka beruang besar yang dibelikan kakek atau boneka mini mouse yang tak kalah besar hadiah dari uwaknya tak pernah ia pedulikan sekalipun. Moo adalah yang terbaik, setidaknya demikian bagi si gadis kecil MiRah…
Comments
Post a Comment