Skip to main content

20 to 40

Untuk menempuh jarak sejauh 9 sampai 10 km di pagi hari diperlukan waktu sekitar rata-rata setengah jam, kurang lebih begitu analisa saya tempo hari dalam tulisan ‘Jalan Panjang menuju Puspem Badung’. Itu artinya secara matematis kecepatan rata-rata kendaraan bermotor yang saya pacu adalah minimal 20 km/jam. Satu kecepatan yang barangkali jarang saya lakukan saat muda dahulu.

Kini, kenyataannya memang demikian. Tipe pengendara yang biasanya dialamatkan teman pada saya adalah ‘alon-alon asal klakon’ -biar lambat asal selamat- kata orang. Untuk berangkat kerja paling banter kecepatan motor saya pacu hingga 40 km/jam itupun jika jalanan tergolong lancar. Sedangkan jika lengang, kecepatan 60 km/jam baru bisa dicapai, itupun hanya terjadi di beberapa titik.

Bisa jadi kecepatan laju kendaraan motor yang saya gunakan terkena imbas laju kendaraan roda empat yang kerap saya lakoni lima tahun terakhir. Ya baru setelah menikah saya mulai merasakan ada perubahan laju kendaraan dari yang biasanya ngawur, zig zag dan gak terlalu peduli dengan keselamatan, berubah jadi kalem setenang sapi yang melewati ruas jalan seramai Teuku Umar barat sekalipun. Mungkin karena setelah menikah itu yang namanya nyawa mutlak dibagi dua bahkan tiga ataupun lebih. bergantung pada situasi dan kondisi keluarga. Satu untuk diri sendiri, sisanya untuk istri, anak hingga orang tua.

Bisa juga lantaran sejauh ini belum ada jadwal mendesak yang harus saya kejar setiap pagi berangkat kerja (kendatipun terlambat) ataupun sore sepulang kerja. Posisi sebagai seorang PNS yang biasa-biasa saja merupakan salah satu penyebabnya. Mengambil pekerjaan semampunya tanpa memaksa diri atau menargetkan sebuah jabatan misalnya. Hehehe…

Membiasakan diri dengan laju kecepatan kendaraan bermotor 20 km/jam hingga 40 km/jam selain bertujuan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain, pula menjaga kemungkinan terjadinya kecelakaan dengan tingkat kerusakan dan luka berat. Disamping itu ya melatih kesabaran serta emosi yang barangkali hingga kini masih kerap melonjak secara mendadak. Bagaimana dengan Anda ?

Comments

Popular posts from this blog

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian