‘Meniti hari… Meniti Waktu…
‘Membelah langit… belah samudra…
‘ikhlaslah Sayang… kukirim kembang…
‘Tunggu Aku… Tunggu Aku…
Jika biasanya aku yang selalu bersenandung ketika sendiri jauh dari anak dan istri, kini malah sebaliknya. Sudah dua minggu… tak terasa memang. Bisa jadi lantaran banyaknya kegiatan yang aku lakoni sedari awal bulan, bisa juga lantaran terbiasa.
Jauh dari istri sebenarnya bukan pilihan, namun lantaran kewajiban toh semua harus dijalani. Jadilah aku setiap pagi dan sore berusaha untuk meluangkan waktu menemani MiRah GayatriDewi putri kami, lebih intensif. Beberapa aktifitas yang dahulu kerap kulakukan, mendadak terganti oleh pernak pernik kelucuan dan kenakalan anak kecil. Tak jarang yang namanya kesabaran itu diuji…
Kesendirian sudah mulai menjadi bagian dari hidup. Terutama ketika hari beranjak malam, saatnya MiRah bobo bersama kakek neneknya dan meninggalkanku dalam ruang kamar ini. Awalnya memang susah, hampir tak ada waktu bersantai kulewati. Pelan tapi pasti semua kembali seperti biasa lagi.
Memasuki minggu ketiga aku dilanda kesendirian masih saja tak banyak yang bisa kulakukan. Menulis dua tiga tulisan dalam sekali waktu rasanya sudah tak mungkin lagi. Mengingat sang inspirasi berada jauh dimata.
‘Rinduku dalam… semakin dalam…
‘Perjalanan… pastikan sampai…
‘Penantianmu… s’mangat hidupku…
‘Kau Cintaku… Kau Intanku…
(Ikrar/Iwan Fals/Belum Ada Judul)
Comments
Post a Comment