Skip to main content

Belajar Bersyukur akan cobaan-Nya

Ada dua pelajaran yang patut kami syukuri ketika mendapatkan cobaan yang mengharuskan MiRah GayatriDewi putri kecil kami dirawat di Rumah Sakit Sanglah tempo hari. Pertama bahwa cobaan yang Beliau berikan pastinya mampu kami pikul seberat apapun itu. Hal ini kami sadari ketika berada dalam sebuah atmosfer lingkungan yang dipenuhi pasien seusia MiRah namun mengalami cobaan yang jauh lebih berat. Hal yang Kedua adalah bahwa ketika kami mendapatkan cobaan ini, teman dan keluarga takkan pernah berhenti memberikan semangat dan uluran tangan. Kedua hal diatas makin menguatkan keyakinan kami selama ini. Bahwa Tuhan tidak akan pernah memberikan cobaan atau ujian melebihi dari kemampuan hamba-Nya.

Hari pertama, beberapa saat sebelum MiRah disuntikkan jarum infus, seseorang yang tadinya masih dirawat di pojokan ruang IRD sudah mulai dibungkus kafan sekujur tubuhnya. Terlihat betapa terpukulnya wajah kerabat yang ditinggalkan. Kami bersyukur bahwa harapan kami agar MiRah segera mendapatkan pertolongan pertama sudah dikabulkan. Demikian pula saat kami dinyatakan positif mendapatkan kamar perawatan meski harus berbagi dengan pasien lain, lagi-lagi syukur kami panjatkan mengingat masih banyak pasien lain yang terlihat dirawat di sepanjang lorong yang kami lewati.

Hari kedua ketika MiRah sudah mulai menunjukkan senyum manisnya saat digoda teman sekamarnya, mata kami mulai dibukakan pada lingkungan sekitar. Pada seorang anak kecil yang cedera mata namun masih bisa bermain sesukanya. Pada seorang anak yang dililit selang infus pada bagian kepalanya namun masih bisa tertawa. Ah, kendati MiRah sakit, agaknya cobaan ini belum seberapa dibanding mereka.

Hari ketiga ketika MiRah sudah mulai menunjukkan tabiat aslinya saat difoto dengan kamera digital, penuh pose gaya centil, hati kami kembali diingatkan pada seorang anak yang dikabarkan dalam kondisi koma pasca operasi mata. Malam hari saat saya menjenguk MiRah kembali, sang anak dinyatakan telah tiada dan sang orang tua tentu saja histeris mengamuk.

Hari keempat ketika MiRah sudah dinyatakan diperbolehkan pulang, puji syukur kami panjatkan selama proses penyelesaian administrasi, berapapun biayanya akan kami bayarkan dan berapapun lamanya akan kami tunggu dengan sabar. Mengingat disebelah ruang perawatan yang kami ambil, ada pasien lain yang sejak tanggal 15 Juni lalu masih belum diperbolehkan meninggalkan Rumah Sakit. Demikian halnya ketika akhirnya kami mengetahui siapa dan untuk alasan apa teman sekamar MiRah dirawat.

Kami yakin yang namanya Cobaan dari-Nya akan tetap ada sampai kapanpun. Berharap kami bisa melewatinya dengan baik.

Comments

Popular posts from this blog

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.