Gak terasa ya, masa pemilihan kepala daerah sudah dalam hitungan hari. Setahun lalu ketika Negara ini melakukan hal yang sama, sayapun tak ketinggalan ikut serta mensukseskan pemilihan baik dengan berpartisipasi mencontreng juga sebagai seorang BLogger tentu saja melahirkan tulisan terkait. Demikian pula kali ini.
Lantaran memiliki dua latar belakang hal yang berbeda, untuk kali ini saya mengalami masa-masa kampanye dua calon kepala daerah yang berbeda pula. Berdasarkan Pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Badung, mau tidak mau saya musti ikut serta dalam beberapa event kampanye dari yang terselubung hingga yang nyata. Sebaliknya berdasarkan domisili atau tempat tinggal di Pusat Kota Denpasar, mau tidak mau ya berhadapan juga dengan kampanye kedua kandidat yang sama-sama memiliki keterkaitan.
Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, kakak beradik ini Selasa besok bakalan secara bersama-sama melakukan pemilihan kepala daerahnya yang kebetulan sama-sama mempertaruhkan Incumbent dan penantangnya. Melibas Incumbent (begitu istilah orang), rupanya bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan. Karena biasanya sang Incumbent ini akan menggunakan cara-cara pengerahan massa jajaran staf yang ada dibawahnya meskipun secara formal mereka mengatakan ‘bagaimana kami bisa melarangnya lha wong mereka juga yang mau…’ tapi kalo mereka gak mau ya siap-siap saja di-mutasikan. Hehehe…
Menjadi Incumbent ada untungnya juga, akan terlihat saat masa kampanye dimulai. Dari kata-kata yang digunakan baik sebagai jargon maupun program adalah keberhasilan pembangunan yang sebelumnya mereka lakukan sebagai kepala daerah tentu saja. ‘Kami sudah membuktikannya…’ atau ‘Bukan sekedar Janji-janji…’ lha wong kalo sudah gitu, gimana bisa para penantang mereka itu bisa ngomong ? ya ‘gak ica ngomong…’ :p (kata-kata dari Upin & Ipin)
Tapi salut juga dengan kandidat yang menantang sang Incumbent. ‘Kami sudah siap kalah…’ ungkap mereka, walaupun tujuan utama ya tetap ‘harus bisa memenangkan pertarungan. Maka segala carapun lantas digunakan untuk meraih simpati dari masyarakat. Dari merangkul mereka yang selama ini terpinggirkan, mencari celah kelemahan lawan hingga berusaha mencuri suara dengan ‘serangan rupiah’ dimana-mana. Tak lupa mencomot tembang rakyat ataupun dari Top 10 Indonesia yang kemudian disesuaikan liriknya agar pas saat dilantunkan sebagai Mars Kampanye.
Momen ini tentu saja dimanfaatkan betul oleh masyarakat. Mereka berlomba-lomba mengajukan proposal memohon sumbangan, pengaspalan jalan, sembahyang bersama dan sebagainya dengan satu tujuan, mengeruk keuntungan dari sang kandidat. Kapan lagi coba ?
Terlepas dari kampanye dan pernak perniknya, apabila saya berpaling jauh kebelakang, melihat kenyataan yang ada saat pemilihan Calon Legislatif ataupun Pemimpin Bangsa, masih banyak masyarakat yang bersikap ‘tidak mau tahu’ dengan urusan pemilihan ini dan memilih untuk ‘tidak memilih’. Alasannya karena tidak ada yang ‘saje sujati –benar-benar murni membela suara rakyat saat mereka sudah menduduki kursi yang diidam-idamkan, ada juga yang beralasan ‘toh hidup dan kesejahteraan saya tak jua berubah, kendati siapapun pemimpinnya. Yah, itu semua memang benar, tapi bukankah wajar jika pada kandidat yang maju nanti tetap kita bebankan ‘perubahan tersebut’ ketimbang berdiam diri ?
Kali ini saya yakin masyarakat sudah tidak kesulitan lagi dalam memilih siapa kandidat yang nantinya bakalan memimpin masing-masing daerahnya, baik itu Kota Denpasar maupun Kabupaten Badung. Karena toh kandidatnya masing-masing Cuma dua paket saja. Kalo tidak si A ya si B. bakalan makin susah kalo kita tetap pada pendirian yaitu Golput alias ‘tidak memilih’. Seperti banyolannya sang Dalang CenkBlonk, ‘yen sing milih ya sing dadi ikut memiliki… artinne sing dadi protes yen seumpama ade kebijakan-kebijakan yang tidak sejalan dengan pemikiran. Kurang lebih begitu kira-kira.
Maka ya (kalo boleh), saya pinta sih mbok ya gunakan Hak Pilih Anda kali ini, karena bagaimanapun juga satu suara sangat penting artinya bagi kedua kandidat. Lumayan buat nambah-nambahin biar bisa beda-beda tipis antara kalah menangnya… kata para Tim Suksesnya. Kalopun masih tetap milih Golput ya apa boleh buat… Terserah Anda deh mau bagaimana besok. Hehehe…
Kalo tidak salah bukan mencontreng lagi loh… tapi mencoblos !
“inga inga…”
Comments
Post a Comment