Pagi ini rupanya ada sesuatu hal yang menarik perhatian lagi di akun jejaring sosial pertemanan dunia maya FaceBook. Seorang warga Muslim bernama JulianTo Madura tertangkap basah temannya telah meng-update status akun FaceBook dengan isi yang mengancam warga Bali di Perantauan. Adapun akar permasalahan yang merupakan pemicu kekesalannya ini adalah Larangan membangun Mushola di Kampung Kodok Tabanan Bali beberapa waktu lalu.
Sedikit penasaran ingin tau seperti apa sih ‘update status’ yang dimaksud dan seperti apa profile orang yang bersangkutan, sayapun segera meluncur ke akun Profile sang bintang baru, JulianTo Madura.
Seorang pria tanggung dengan hisapan rokok ditangan kiri tampak jelas di foto yang terpasang, tanpa baju atas tampaknya. Berdasarkan informasi tambahan yang ada, Mas JulianTo Madura ini merupakan alumnus siswa SMU TP45 Tabanan Tahun 1994 (entah yang dimaksudkan merupakan Angkatan 1994 atau Lulusan 1994). Keliatannya BeLiau ini baru saja membuat dan bergabung di akun FaceBook. Hal ini saya simpulkan lantaran history yang ada pada wall atau dinding yang bersangkutan masih sedikit adanya.
Sedari awal ‘update status’ yang dilontarkan rata-rata mengeluhkan situasi dan keadaan sekitarnya yang masih diramaikan suasana Pilkada Tabanan. Buktinya ada hujatan yang ditujukan pada pasangan calon Bupati Eka-Jaya yang diplesetkan menjadi (Maaf) Eka Janda. Bang JulianTo Madura juga mengeluhkan perihal pelarangan pembangunan Mushola di wilayah Banjar Tegal Delodan Tabanan dan kemudahan pembuatan KTP yang pada akhirnya mensyaratkan pemilihan oknum tertentu. Tanggapan yang disampaikan jelas saja sangat beragam. Ada yang menyetujui ‘jalan dan pola pemikirannya’ tersebut sebaliknya ada juga yang memilih untuk berseberangan.
Yang menarik adalah melihat daftar teman yang ia miliki beberapa merupakan akun (kemungkinan tidak resmi atau Tim Sukses) calon Bupati yang maju pada Pilkada Tabanan kemarin. Ada juga terlihat beberapa rekan Warga Bali yang kemudian memberikan tanggapan juga saran atas ‘Update Status’ yang dilontarkan.
Menanggapi ilustrasi diatas, Pertama secara pribadi saya menganggap bahwa apa yang disampaikan oleh yang bersangkutan, JulianTo Madura hanyalah setaraf obrolan warung kopi yang seharusnyalah tidak ditanggapi secara serius. Walaupun saya yakin ini adalah satu diantara sekian banyak suara arus bawah yang tak puas dengan kondisi sekitarnya, dan itu adalah wajar.
Kedua, apa yang disampaikan oleh mas JulianTo Madura merupakan satu provokasi yang cukup kita sikapi secara bijak dan duduk bersama. Tidak perlu sampai membuat ribut antar agama, suku dan ras. Apalagi sampai membuat Grup Usir JulianTo Madura dsb. Tinggal menghubungi aparat setempat, hubungi yang bersangkutan dan pecahkan semua masalah.
Ketiga, saya sangat menyesalkan hal-hal yang seperti ini terjadi lagi di sebuah jejaring sosial pertemanan dunia maya, FaceBook. Apalagi pasca kasus Ibnu Farhansyah dan Evan Brimob kemarin. Karena hal-hal seperti inilah yang berpotensi menyulut anggapan masyarakat bahwa FaceBook patut diharamkan. Padahal bukan FaceBook-nya yang salah namun oknum yang menyalahgunakannya.
Keempat, saya kira kita tinggal menunggu waktu saja hingga masalah seperti ini muncul ke permukaan dan media. Karena tidak setiap orang memiliki pemikiran untuk mengabaikannya.
Ngomong-ngomong soal beginian, rupanya diawal bulan Mei Lalu diluaran ada juga kasus serupa. Update Status seorang Mahasiswa ITB Dzulkiflry Imadul Bilad dari Program Studi Kimia yang menjelek-jelekkan saudara kita yang berada di Papua pasca yang bersangkutan menonton pertandingan Persib – Persipura. Informasi terkait ada di BLog milik Soleno disini dan Vivanews disini. walah… gak kapok-kapoknya…
Tetap bersemangat.
Comments
Post a Comment