Skip to main content

Satu Bulan beraktifitas di Mangu Praja Mandala

Ruangan masih terasa dingin ketika matahari mulai beranjak tinggi, satu siang di Mangu Praja Mandala, Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung. Padahal awalnya ada sedikit keraguan pada benak kami lantaran untuk ruangan sebesar ini hanya diberikan 2 (dua) buah pendingin ruangan.

Bergabungnya beberapa dinas, badan atau kantor dalam satu unit gedung secara efisiensi waktu dan biaya merupakan ide yang bagus, kami tak lagi memerlukan waktu lama untuk bisa saling mengunjungi apabila ada hal-hal yang perlu dibicarakan. Tak ada lagi alasan-alasan klise yang disampaikan seperti macet misalnya saat satu kepentingan yang membutuhkan kehadiran eselon dalam mengambil keputusan.

Melayangkan pandangan keluar jendela pula merupakan satu hal yang positif yang kami miliki saat ini. Hamparan sawah dan alam yang hijau tampak hingga kejauhan kaki langit, memberikan kesejukan suasana hati setiap harinya. Belum lagi areal kawasan yang luas cukup membuat penasaran untuk mengetahui bagaimana situasi sekitar kami. Benar-benar lingkungan perkantoran yang ideal.

Sayangnya, suara kami saat berbicara saling beradu menimbulkan kebisingan, untuk bisa terdengar dengan baik tak jarang kami harus sedikit menaikkan level naca bicara, bagi yang tak paham bisa jadi malah salah sangka. Entah karena kesalahan desain ruangan bisa juga karena ruangan yang melompong tanpa keberadaan bundel arsip. Bahan yang sekiranya mampu meredam suara dan kebisingan yang tercipta.

Beberapa meja kerja yang ditata sedemikian rupa -sedikit melenceng dari desain dan kesepakatan awal-  tampak sudah ditinggalkan oleh penghuninya. Sebuah pemandangan ironis mengingat jam kerja belumlah usai. Aku pikir ini hanya terjadi diruangan ini saja, ternyata demikian pula dengan ruangan dan gedung lain. Gedung mewah dan megah rupanya bukan menjadi satu jaminan perubahan perilaku, yang barangkali sudah begitu melekat dengan pribadi masing-masing.

Menatap cat tembok interior gedung yang terlihat belang karena tampaknya penambahan lapisan cat atau plamir dilakukan untuk menutupi retak-retak rambut di permukaan dinding. Hal yang kerap terjadi pada proyek fisik pemerintah. Keanehan ini sayangnya terlihat dengan sangat jelas disepanjang koridor yang dilalui. Beberapa pekerja masih tampak hilir mudik, menjebol tembok guna memasang instalasi pendingin, memperbaiki permukaan lantai keramik yang tampak tak rapi atau hanya sekedar memeriksa ruangan satu persatu.

Aroma debu masih tercium dengan sangat khas, terutama ketika kami berjalan melalui area tangga dan selasar. Bisa jadi telah melekat dengan baik sedari awal gedung ini dibangun, disela railing, lekukan batu paras hingga pojokan lantai yang sulit untuk dibersihkan. Sangat jauh berbeda dengan aroma yang kami cium begitu memasuki gedung perkantoran modern yang kerap ada di kota besar.

Memasuki areal basement sempat menggelitik pikiran ketika menyaksikan jubelan kendaraan saling menutupi jalur sirkulasi yang sedianya dilalui kendaraan keluar masuk, mengakibatkan kebingungan bagi mereka yang berkeinginan mencari areal parkir. Memaksa untuk memutar kendaraan dengan cara mundur teratur. Entah apakah para pengendara yang tidak paham dengan alur sirkulasi kendaraan di areal basement, ataukah minimnya rambu atau tanda pemandu yang sepatutnya tampak dengan jelas baik di lantai maupun jajaran kolom yang ada.

Satu bulan beraktifitas di Mangu Praja Mandala Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung, banyak hal manis dan getir yang kami dapatkan. Berharap bisa dipahami dalam perjalanan nanti.

Comments

Popular posts from this blog

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.