Ruangan masih terasa dingin ketika matahari mulai beranjak tinggi, satu siang di Mangu Praja Mandala, Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung. Padahal awalnya ada sedikit keraguan pada benak kami lantaran untuk ruangan sebesar ini hanya diberikan 2 (dua) buah pendingin ruangan.
Bergabungnya beberapa dinas, badan atau kantor dalam satu unit gedung secara efisiensi waktu dan biaya merupakan ide yang bagus, kami tak lagi memerlukan waktu lama untuk bisa saling mengunjungi apabila ada hal-hal yang perlu dibicarakan. Tak ada lagi alasan-alasan klise yang disampaikan seperti macet misalnya saat satu kepentingan yang membutuhkan kehadiran eselon dalam mengambil keputusan.
Melayangkan pandangan keluar jendela pula merupakan satu hal yang positif yang kami miliki saat ini. Hamparan sawah dan alam yang hijau tampak hingga kejauhan kaki langit, memberikan kesejukan suasana hati setiap harinya. Belum lagi areal kawasan yang luas cukup membuat penasaran untuk mengetahui bagaimana situasi sekitar kami. Benar-benar lingkungan perkantoran yang ideal.
Sayangnya, suara kami saat berbicara saling beradu menimbulkan kebisingan, untuk bisa terdengar dengan baik tak jarang kami harus sedikit menaikkan level naca bicara, bagi yang tak paham bisa jadi malah salah sangka. Entah karena kesalahan desain ruangan bisa juga karena ruangan yang melompong tanpa keberadaan bundel arsip. Bahan yang sekiranya mampu meredam suara dan kebisingan yang tercipta.
Beberapa meja kerja yang ditata sedemikian rupa -sedikit melenceng dari desain dan kesepakatan awal- tampak sudah ditinggalkan oleh penghuninya. Sebuah pemandangan ironis mengingat jam kerja belumlah usai. Aku pikir ini hanya terjadi diruangan ini saja, ternyata demikian pula dengan ruangan dan gedung lain. Gedung mewah dan megah rupanya bukan menjadi satu jaminan perubahan perilaku, yang barangkali sudah begitu melekat dengan pribadi masing-masing.
Menatap cat tembok interior gedung yang terlihat belang karena tampaknya penambahan lapisan cat atau plamir dilakukan untuk menutupi retak-retak rambut di permukaan dinding. Hal yang kerap terjadi pada proyek fisik pemerintah. Keanehan ini sayangnya terlihat dengan sangat jelas disepanjang koridor yang dilalui. Beberapa pekerja masih tampak hilir mudik, menjebol tembok guna memasang instalasi pendingin, memperbaiki permukaan lantai keramik yang tampak tak rapi atau hanya sekedar memeriksa ruangan satu persatu.
Aroma debu masih tercium dengan sangat khas, terutama ketika kami berjalan melalui area tangga dan selasar. Bisa jadi telah melekat dengan baik sedari awal gedung ini dibangun, disela railing, lekukan batu paras hingga pojokan lantai yang sulit untuk dibersihkan. Sangat jauh berbeda dengan aroma yang kami cium begitu memasuki gedung perkantoran modern yang kerap ada di kota besar.
Memasuki areal basement sempat menggelitik pikiran ketika menyaksikan jubelan kendaraan saling menutupi jalur sirkulasi yang sedianya dilalui kendaraan keluar masuk, mengakibatkan kebingungan bagi mereka yang berkeinginan mencari areal parkir. Memaksa untuk memutar kendaraan dengan cara mundur teratur. Entah apakah para pengendara yang tidak paham dengan alur sirkulasi kendaraan di areal basement, ataukah minimnya rambu atau tanda pemandu yang sepatutnya tampak dengan jelas baik di lantai maupun jajaran kolom yang ada.
Satu bulan beraktifitas di Mangu Praja Mandala Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung, banyak hal manis dan getir yang kami dapatkan. Berharap bisa dipahami dalam perjalanan nanti.
Comments
Post a Comment