Skip to main content

Memperkenalkan Budaya Bali pada si kecil MiRah

Sejak putri kecil kami MiRah masih berada dalam kandungan ibunya, sebetulnya ia sudah kami perkenalkan dengan budaya Bali. Jika buku-buku panduan menyarankan untuk memperdengarkan musik klasik (Mozart, Vivaldi dll) sepanjang ibunya berada dirumah hingga tidur, kami mengambil opsi lain dengan memperdengarkan musik tradisional seperti rindik, jegog, angklung hingga milik tetangga seberang lautan, kecapi dan degung.

Keputusan ini kami ambil setelah mencoba berkali-kali memutarkan musik klasik namun yang kami rasakan malah ketidaknyamanan perasaan selama (berusaha untuk ikut) menikmatinya. Maka kamipun sedikit berkompromi agar apa yang kami berikan pada si kecil dalam kandungan dapat pula kami nikmati sambil beraktifitas.

Kebiasaan memperdengarkan musik ini akhirnya terus kami lanjutkan hingga kelahiran MiRah dan tumbuh kembangnya. Dari sekian banyak yang kami putar setiap harinya. Yang kemudian kerap disukai oleh Mirah sebagai pengantar tidurnya adalah Kecapi dan Degung.

Ketika MiRah sudah mulai mampu memahami indahnya musik tradisional ini, keinginannya makin bertambah dengan meminta saya untuk memutarkan gambelan Bali dari Tabuh Telu, Semarandana hingga tabuh klasik yang kerap digunakan untuk mengiringi upacara persembahyangan.

Kegemarannya akan gambelan tradisonal Bali makin menjadi ketika kami memutuskan untuk memperkenalkannya dengan video Tari Bali. Dari yang familiar bagi kami hingga yang dahulu kami sukai saat usia sekolah. Efeknya bisa ditebak, MiRah makin keranjingan menyaksikan layar video ketimbang menikmati sinetron seperti halnya anak-anak lainnya.

Hobi mengumpulkan videocd tembang anak-anak Bali sebelum kami menikah, rupanya baru dapat dirasakan saat ini. Keping vcd Bali Family yang dahulu saya simpan mulai saya tayangkan pula sebagai salah satu menu tambahan hiburan bagi MiRah. hasilnya, MiRah sangat menyukai dan mulai mampu melafalkan satu persatu tembang anak-anak Bali yang ada didalamnya. ’Mejangeran’, ’Putri Cening Ayu’, ’Sekar Emas’, ’Ratu Anom’, hingga ’Dadong Dauh’ dan Made Cenik’pun bisa ia nyanyikan kendati sedang berada diluar rumah.

Untuk mendukung kegemarannya tersebut, beberapa video yang ia sukai, kami ubah format filenya agar mampu ditonton pula lewat layar ponsel, yang kemudian saya suntikkan kedalam ponsel pribadi dan yang dibawa istri. Jadilah saat berada dalam perjalanan yang kadang mulai membosankan bagi MiRah, ia dapat pula bernyanyi sambil menonton video yang ia sukai pada layar ponsel.

Upaya memperkenalkan budaya Bali kepada MiRah sejak kecil merupakan satu cara terbaik yang dapat kami lakukan, agar nantinya keturunan kami tak lantas melupakan akar budayanya ditengah serbuan arus kecanggihan teknologi informasi dan budaya asing.

Comments

Popular posts from this blog

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.