Skip to main content

Made Nik ilig Otong ibi Ande

Hampir setiap malam sebelum tidur putri kami meminta Kakek Neneknya untuk mendampinginya, sekedar mendongeng, bercerita tentang ’i pepet dan busuan’ (mirip cerita Bawang Putih dan Bawang Merah) hingga cerita tentang kecerdikan binatang kancil menghadapi monyet. Saking seringnya Mirah meminta, improvisasi kedua orang tua kami itu makin berkembang ke ranah keseharian. Menyelipkan nama kami (bapak ibunya MiRah) sebagai salah dua tokoh cerita. Harapannya tentu saja, MiRah mampu melafalkan namanya sendiri beserta nama kedua orangtuanya.

Pagi hari ketika MiRah terjaga dari tidur, saya yang kerap ditugasi untuk menunggui MiRah iseng bertanya perihal isi cerita yang disampaikan malam sebelumnya. Dari binatang apa yang terlibat didalamnya, bagaimana aksi sang monyet sampai ke cerita improvisasi, siapa nama Bapak dan Ibunya MiRah. Dengan suaranya yang cepat, MiRah ternyata mampu menyebutkan namanya sendiri, nama saya (bapaknya) dan nama istri (ibunya) dengan baik. Hanya saja terkadang diikuti dengan tambahan akhiran yang panjang. ’Ande Utu MiYah Ayati Ewi wi wi wi wi….’

Tergelitik dengan kemampuan menghafalnya MiRah, disela waktu mainnya saya lantas mencoba memperkenalkannya dengan nama kakek dan neneknya. Satu persatu dan diulang agar MiRah dapat menghafalkannya dengan baik. Tinggal diberi clue (petunjuk) nama depan, MiRahpun dengan sigap dapat menyebutkannya dihadapan kakek neneknya.

’Ande Etut A’ka’ (Pande Ketut Arka) dan ’Ande Made Cudi a’sih’ (Pande Made Sudiarsih).

Ohya, apakah saya pernah mengatakan kalo MiRah itu tergolong jahil untuk anak seusianya ?

Satu kali ketika kami mengajak MiRah kerumah kakek neneknya di Canggu, iseng kami tanyakan pada MiRah hasil ’pelajaran’ yang kami berikan padanya. Hasilnya sungguh tak disangka, MiRah malah menjawabnya dengan cara diplesetkan.

’siapa nama kakek ? Ketut…’ tanya saya sambil memberi clue nama depan, eh MiRah menjawabnya ’Etut A’ka Wibawa wa wa wa…’ (nama kakek disambung dengan nama bapaknya MiRah). Tawa kamipun meledak… belum lagi usai ibunya MiRah tertawa, langsung saya sambung dengan ’trus nama Nenek ? Made…’

’Made Nik ilig Otong ibi Andeeeeee….’ teriaknya lantang. Kamipun makin tak tahan untuk tertawa. Sekedar informasi, apa yang dikatakan MiRah tadi itu adalah sepotong lirik lagu anak-anak Bali ’Made Cenik’ yang ia sukai

”Made Cenik lilig montor ibi sanje… Montor Badung ke Gianyar… Gedebeg’e muat Batu…”

Comments

Popular posts from this blog

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.