Mata seakan terpaku tak percaya akan sekian banyak perubahan yang terjadi, sabtu pagi menuju sekolah almamater kami SMAN 6 Denpasar.
Perlu 15 (lima belas) tahun untuk dapat menginjakkan kaki disekolah ini lagi. Demikian ungkap seorang rekan yang kebetulan ikut serta dalam kunjungan kami, sehari sebelum perayaan Hari Kasih Sayang.
Berawal dari jalan masuk menuju sekolah dahulunya kami lalui dengan penuh kehati-hatian. Yang namanya lubang menganga, sapuan debu, barisan sapi hingga banjir selutut adalah hal biasa yang kami temui. Bagi mereka yang beruntung sudah bisa membawa kendaraan bermotor barangkali tidak masalah, lantaran beberapa jalan tikus siap menjadi alternatif pilihan, tapi bagi mereka yang menempuh jarak dengan bersepeda dan berjalan kaki, tentu saja mau tidak mau harus dilewati. Pagi itu jadi terasa berbeda, jalan yang sudah diperlebar dan ditinggikan, dilapis aspal Hotmix dan dibarengi dengan pengadaan drainase got dikedua sisi dalam ukuran yang cukup besar, agaknya sudah mampu menangani semua permasalahan yang dahulu kerap kami temui.
Banyak yang berubah disepanjang jalan ini. Sawah dan lahan hijau sudah mulai banyak berkurang, dipenuhi rompok rumah penduduk, tempat ibadah dan sekolah anak-anak. Jalan yang dahulunya buntu disebelah sekolah kami, kini sudah berlanjut hingga kebelakang sekolah.
Mata makin tak percaya menyaksikan perbedaan yang terjadi didalam lingkup sekolah kami. Bangunan yang penuh sesak, dijejali oleh ratusan sepeda motor serta beberapa mobil yang memenuhi halaman kosong disekitarnya. Tak ada lagi lahan luas yang dahulu sempat menerbitkan panas dan debu. Hijau, sekolah ini jadi semakin teduh dengan banyaknya pohon perimbun disekitar bangunan dan ruangan kelas. Banyak yang berubah. Total ruang kelas yang dimiliki adalah sebanyak 18 buah. Itupun ditambah dengan fasilitas laboratorium yang sudah tergolong memadai, Lab Fisika, Kimia, Bahasa dan Multimedia siap digunakan lengkap dengan pendingin ruangannya.
Kami disambut hangat oleh pihak sekolah, Bapak Wayan Subyakta yang dahulunya setia menunggui ruang BP, kini menjabat sebagai Ka.Kesiswaan. Demikian juga ada beberapa guru dan staf yang rupanya masih mampu mengingat nama kami, satu kehormatan tentu saja. Beliau memberikan kebebasan kepada kami untuk membongkar lemari arsip, mencari data siswa Angkatan 1992 yang menjadi tujuan kedatangan kami sedari awal. Usaha ini membuahkan hasil. Sekitar 5 buku besar data siswa kami temukan dan semua itu masih tersimpan dengan baik. Padahal saya pribadi sempat ragu pada awalnya, melihat beberapa data yang terpampang ditembok ruangan kantor, masih merupakan data lama (tahun 2007), yang artinya pihak sekolah kurang peduli untuk memperbaharui data yang mereka miliki.
Beberapa bangunan kini sudah berlantai dua. Rata-rata yang berada disisi selatan sekolah, termasuk ruangan kelas yang dahulu kami tempati. Kantin kini sudah diperluas, demikian pula dengan parkir kendaraan. Kalo tidak salah dari keterangan yang kami dapatkan, jumlah siswa sekolah tahun ini sekitar 1.000-an orang. Pantas saja hampir semua sudut terisi. Lapangan olah raganya pun kini bertambah luas, dan sepertinya berfungsi ganda untuk lapangan upacara bendera. Sawah yang dahulunya menghias areal belakang sekolah kamipun kini sudah dipenuhi rumah penduduk. Jadi tidak seseram dulu lagi.
Kendati banyak perubahan pada fisik sekolah, ada juga yang rupanya tidak berubah. Meme kantin dan dua pegadang lainnya yang dahulu sering kami hutangi, tetap setia menunggui warung mereka. Menakjubkan, fisiknya masih terlihat sehat, walaupun sudah sedikit renta, 15 (lima belas) tahun Kawan, kami meninggalkan sekolah, tapi mereka masih mampu mengenali salah satu diantara kami.
Banyak kenangan yang kami dapatkan disekolah ini. Banyak kenangan pula yang masih mampu kami gambarkan ketika mengunjungi kembali sekolah ini. Satu dua diantaranya bahkan boleh dikatakan sangat menentukan dalam perjalanan hidup yang kami lalui. Semoga kelak kami dapat memberikan sesuatu untuk almamater yang kami cintai ini.
Comments
Post a Comment