Ada kebanggaan tersendiri ketika hasil kerja keras kita dihargai oleh orang yang kita bantu sekalipun itu hanya berupa ucapan terima kasih. Minimal apa yang telah dipinta dapat dilakukan dan diselesaikan dengan baik.
Saya akui tanpa embel-embel sikap yang profesional barangkali yang namanya rejeki ga’bakalan datang, kendati apa yang saya lakukan dan dihasilkan belum bertaraf sejauh itu. Profesional bagi saya bukan melulu berarti bekerja dengan baik dan selalu dibayar, seperti halnya pengertian yang diyakini seorang rekan kerja di kantor hingga hari ini. Namun bagaimana kita bersedia menjalankan apa yang sudah kita setujui dengan sungguh-sungguh sekalipun itu tidak dibayar karena memang sedari awal tidak berkomitmen untuk itu. Bukan materi yang ingin kita capai, mungkin bisa begitu dikatakan.
Entah sudah berapa kali saya melakukannya untuk orang lain dan saya begitu menikmatinya. Lagipula ga’banyak biaya yang harus saya keluarkan. Paling banter ya stamina yang fit. Ngomongin soal stamina apa yang saya lakukan bukan yang berhubungan dengan syahwat loh, salah kalo sampe berpikir kearah situ. Hehehe…
Berangkat dari hobi mengambil foto Istri sedari belum menikah dahulu saya bisa memiliki hampir ribuan gambar dalam berbagai situasi. Dari mencuci piring, serius menulisi buku besar, hingga ketahuan ngupilnya. Hahaha… Demikian juga dengan hobi mengabadikan momen jahil secara sembunyi-sembunyi dan mempermaknya sedemikian rupa, rata-rata mengundang decak kagum sekaligus makian heran dari sang obyek ‘sempat-sempatnya kamu ngambil foto ? kapan ya ?’ hehehe…
Akhirnya mengantarkan saya ke tingkat tukang poto amatiran entah itu untuk momen serius seperti pernikahan ataupun hanya untuk ulang tahun. Saya katakan amatiran karena hasil fotonya gak selalu bagus atau gak selalu indah dan memperhitungkan tingkat cahaya serta istilah fotografi lainnya. Cuma menyalurkan hobi asal njepret dan memilihkannya hasil yang terbaik.
Maka dari itu ya ga’heran kalo dalam satu kali event ataupun permintaan saya bisa melakukan puluhan atau ratusan kali pengambilan gambar. Yang hasilnya ternyata cukup beragam. Apa yang saya lakukan ini tentu saja ada sisi positip dan negatipnya. Positipnya saya mendapatkan dua tiga gambar alternatif yang bisa saya pilih dan padukan untuk sebuah pengabadian momen terbaik. Tak jarang saya musti melakukan cropping digital satu foto dengan foto lainnya, terutama jika itu berkaitan dengan ekspresi wajah yang tidak sesuai dengan harapan. He… Negatipnya stamina saya kadang terkuras habis dan memerlukan pemulihan satu dua hari penuh, tentu jauh beda dengan mereka yang telah menyandang status profesional. Tapi it’s okay, namanya juga menyalurkan hobi dan membantu orang lain.
Jika dahulu saya dibantu dengan sebuah kamera pocket kecil tipis Konica Minolta X31, per pertengahan Agustus mulai berganti dengan yang sedikit gembul, Kodak EasyShare C1013. Perbedaan hasil fotonya sangat mengejutkan setidaknya bagi saya pribadi. Jauh lebih cerah dan tajam. Ini sangat wajar bagi saya, wong tahun rilis produk yang selisih hampir lima tahun dan yang namanya teknologi hitungan lima tahun itu tentu saja banyak hal yang bisa saya dapatkan.
Dengan menggunakan kamera digital baru ini saya tidak lagi harus menunggu jeda lama untuk berpindah dari satu frame ke frame yang lain. Demikian pula dengan minimnya cahaya, ga harus mengalihkannya ke tempat terang dahulu baru mengambil gambar dari obyek yang saya inginkan. Kendati terkadang hasilnya terlihat agak gelap di layar preview kamera, tidak demikian halnya dengan saat dilihat melalui PC. Saya bahkan tidak banyak melakukan editing gambar lagi hanya untuk mendapatkan ketajaman yang maksimal. Untuk seorang tukang poto amatiran ini jelas saja sangat memuaskan. Saya pribadi biasanya menambahkan sedikit sentuhan lagi saat hasilnya hendak dicetak dan disajikan. Nanti saya ceritakan.
Maka ketika apa yang saya lakukan sehari sebelumnya sudah bisa dinikmati oleh orang-orang yang memberikan kepercayaannya pada saya dalam hitungan jam, banyak hal yang saya dapatkan saat itu. Dari peluk erat, jabat tangan yang lama dan mencengkram hingga selipan beberapa uang merah yang tak pernah saya sangka sebelumnya. Namun ada yang jauh lebih berarti dari semua itu, ucapan Terima Kasih yang tulus dan wajah yang senang sumringah merupakan penghargaan paling tinggi buat saya. Setidaknya untuk saat ini.
Comments
Post a Comment