Hmmm…. Sepertinya cerita tentang Putri kecil kami ini tak pernah habis untuk dituliskan dalam BLoG. Mungkin bagi orang lain akan terasa membosankan, sebaliknya bagi kami, tumbung kembang malaikat kecil kami ini akan terasa seperti menyaksikan keajaiban dari Tuhan.
Sebuah buku dari ‘Parents Guide’ yang pernah saya baca mengatakan bahwa tumbuh kembang anak bukanlah sebuah kompetisi yang harus dikejar dari setiap anak berusia sama. Masing-masing memiliki atau membawa karakternya masing-masing. Maka tidak heran jika ada yang begini ada pula yang begitu. Kami berdua selalu berusaha menanamkan pengertian tersebut pada setiap orang yang membanding-bandingkan kemajuan yang dialami putri kecil kami dengan putra putri mereka.
Kurang lebih dalam waktu seminggu kedepan, usia MiRah sudah mencapai angka 15 bulan. Satu usia yang kabarnya sudah cukup mapan untuk bisa berjalan dengan kedua kakinya. Akan tetapi putri kami yang memiliki badan tergolong bongsor ini agaknya masih kesulitan untuk itu, masih memerlukan bantuan kami untuk ikut memegangnya.
Kemajuan si kecil lainnya adalah adanya 8 gigi depan dan bakal gigi geraham (kalo ndak salah) yang membuatnya kini sudah bisa maem sendiri. ia mulai kebiasaan ini dengan menggunakan kedua tangannya untuk memasukkan makanan kedalam mulutnya. Diantara sekian banyak jenis makanan, yang paling ia sukai adalah nasi dan krupuk. Termasuk krupuk Rambak Sapi Melu-nya Mas Hendra. He…
Ngomong-ngomong tentang kerupuk, yang makin membuat kami geregetan yakni saat MiRah dituntun untuk berjalan, ia selalu meminta kami menuntunnya ke warung depan rumah, dan selanjutnya ia tinggal mengatakan “…puk…” untuk meminta krupuk kesukaannya pada Ibu dagang. Weleh-weleh….
Selain itu, putri kami lebih menyukai makanan tradisional ketimbang modern. Ia lebih menyukai kerupuk biasa, ketimbang snack macam Chitato atau sejenis Chiki. Ia juga lebih menyukai jajan uli dan begina ketimbang kue bolu. Ubi juga merupakan salah satu makanan favoritnya ketimbang sosis. Itu sebabnya kami tidak terlalu kesulitan untuk memberinya makan. MiRah pun sudah mulai bisa memegang minumnya sendiri, dari susu botol juga air dalam gelas kecilnya.
Berkat didikan dari banyak orang –ibu, nenek juga kakak-kakak sepupunya- MiRah sudah mulai menirukan apa yang kami katakan, walau hanya satu suku kata terakhir. Mulai dari kata-kata umum seperti ibu, bapak, ninik, kakek, ubi, dan lainnya, hingga ke nyanyian anak-anak seperti ‘naik kereta api, ‘hujan, ‘topi saya bundar, dan lainnya. Sengaja kami tidak memperkenalkan lagu-lagu gaul dan trend kaum remaja agar putri kami tidak menjadi dewasa sebelum saatnya. Huahahaha….
Mainan MiRah bisa dikatakan kelewat sederhana ketimbang ketiga kakak (langsung) sepupunya. Anak dari kedua kakak saya. Selain boneka pemberian saya, Kakek dan juga sepupu-sepupu jauhnya, MiRah hanya memiliki beberapa biji miniset alat masak, bulat-bulatan donat yang bisa disusun berdasarkan besarannya, juga benda-benda yang menarik perhatiannya seperti bunga kayu yang biasanya menghias meja tamu kami, kotak kecil (box) kopi Good Day, atau buku-buku koleksi Intisari milik Kakeknya.
Pelan-pelan MiRah kami kenalkan dengan majalah, koran dan buku-buku yang ada gambar-gambarnya. Dari semua itu, MiRah mulai mengenal mana yang namanya mobil (istilahnya -bak bung- karena suara mobil itu bung bung bung…) mana pula yang namanya motor. Tapi ya itu, MiRah baru bisa mengucapkan suku kata terakhirnya saja. Untuk itu, kami selaku pengasuh tetap dituntut untuk bisa mengerti apa yang MiRah maksudkan saat berbicara dengannya.
Ngomong-ngomong tentang bicara, MiRah juga sudah mulai mengerti sedikit demi sedikit kata-kata yang kami ucapkan atau permintaan yang kami sampaikan padanya. Mulai dari kencing sebelum bobo (agar MiRah tidak ngompol nantinya), menghabiskan maem, duduk menunggu dan lainnya.
Berhubung MiRah lahir di tengah Kota Denpasar, praktis ia belum banyak mengenal jenis binatang yang familiar dengan kehidupan kami. Untuk itu, setiap hari Sabtu Minggu, kami selalu menyempatkan diri untuk pulang ke kampung di Canggu, dimana ia bisa mengenal beragam hewan dari ayam, bebek, sapi, babi, burung hingga capung. Maklum, dirumah kami hanya ada cecak, semut, tikus dan kupu-kupu.
Kakek adalah pengasuh favoritnya saat pagi dan sore menjelang. Kakek selalu dipanggilnya untuk meminta diputarkan video Tari Bali. Tarian favoritnya adalah Tari Jauk Keras. Untuk hal ini, MiRah selalu mengatakan “…gel…” untuk kata ‘ngigel’ –menari- dan meminta “…uk…” untuk Tari Jauk. Jika sudah begini, secara reflek MiRah akan menarikan kedua tangannya menirukan gerakan tari.
Ah MiRah… Rasanya tak kan habis cerita keajaiban tentang dirimu Nak….
Comments
Post a Comment