Saya mengenalnya secara gak sengaja saat Kemah Ilmiah Mahasiswa Fakultas Teknik yang diadakan pada tahun 1995 silam. Ajang penempaan para mahasiswa baru sebagai rentetan dari kegiatan Orientasi (OPSPEK) saat itu. Kami berdua merupakan mahasiswa yang berada di bawah payung Arsitektur yang lolos melalui jalur PMDK.
Tahun 1995… Sudah empat belas tahun yah… Gak terasa… seperti baru kemarin kami masih kuliah bareng, mengerjakan tugas kelompok, begadang hingga berantem.
Ya, persahabatan sepertinya kurang afdol kalo gak ada berantemnya.
Selisih paham yang kami alami pada awal masa-masa perkuliahan lebih disebabkan karena kami belum saling mengenal sifat satu sama lain. Cara berbicara yang ceplas ceplos, gak memikirkan perasaan orang adalah bayangan saya untuk pertama kalinya untuk sobat saya ini. Satu kebiasaan yang belakangan makin disadari dan mulai dikurangi dalam setiap kesempatan.
I Putu Swihendra, putra sulung Bapak Putu Swiyasa ini sepintas lalu terlihat slengean, apalagi kalo dilihat dari cara penampilannya dahulu. Satu hal yang menjadi pertimbangan pandangan sekian banyak mahasiswa lain (baik dari satu angkatan hingga angkatan diatas dan dibawah kami) mencemburui keberadaannya yang saat itu berhasil menggaet salah satu kembang di angkatan kami, yang merupakan sobat saya saat SD dulu. Namanya gak usah disebut deh, ntar malah yang ada saya bisa dituntut dengan UU ITE oleh Swik.
Kami memanggilnya Swik. Satu-satunya tanda pengenal sekaligus menjadi bahan ledekan kami seangkatan adalah rambut keriwilnya (bahasa halus dari rambut keriting). Bahkan entah karena saking malesnya diledekin oleh teman, sobat saya ini sempat me-luruskan rambutnya. Ternyata beneran mau lurus, cuma hal itu berlaku saat rambutnya dalam keadaan basah. Trus saat kering ? hwahahaha… bisa ditebak. Hihihi…
Pertengahan masa perkuliahan hubungan kami sempat terjadi clash. Alasan pertama yang mengakibatkan hubungan kami menjadi seperti itu adalah ketertinggalan saya untuk mengambil salah satu mata kuliah yang mensyaratkan harus diulang di semester depan. Kalo ndak salah mata kuliah tersebut adalah Perancangan Arsitektur III. Apalagi saat itu adalah masa-masa indah bagi sobat saya ini, sebaliknya merupakan masa nge-jomblo bagi saya. Hidup Jomblo ! hihihihi….
Swik merupakan orang yang paling berjasa dan berperan dalam kelulusan saya tempo hari. Sedari awal ia membantu dan selalu mensupport, agar saya tetap maju sebagai orang kedua yang menggunakan bantuan aplikasi AutoCAD untuk menyelesaikan Studio Tugas Akhir. Bahkan hingga hari menjelang pengumpulan skripsi dan hasil studiopun, ia tetap ada dan membantu saya membuatkan gambar 3 Dimensi (sebagai syarat terakhir yang harus dilengkapi) dari gambar perancangan yang saya buat. Demikian pula dengan maketnya (perwujudan gambar rancangan dalam bentuk fisik dengan skala kecil). Sementara saya ? tumbang karena sakit akibat terlalu memforsir tenaga untuk bisa melewati semua itu.
Kenangan paling membekas adalah saat kami mem-print out gambar rancangan dengan plotter, bantuan dari Paman setelah usaha saya melobi pihak kampus untuk bisa melakukan print out dalam ukuran kertas A3 milik kampus secara gratis tak jua berhasil. Kalo ndak salah jumlahnya sekitar 11 lembar.
Usai perkuliahan bisa dikatakan periode pertemuan kami makin jarang. Alasan terbesar adalah kami berdua sudah memiliki pekerjaan masing-masing plus pasangan baru. Hehehe… Paling banter saat kami bareng menghadiri undangan pernikahan teman.
Perhatian Swihendra sebagai seorang sahabat makin dekat bahkan kami sudah seperti saudara saja. Kerap kami bertukar pikiran dan pandangan disela kesibukan masing-masing, tentang aktifitas, tentang pasangan, tentang masa depan dan khayalan kami masing-masing.
Bersua di rumahnya yang baru, sebuah area studio pribadi sekaligus digunakan sebagai studio musik, sekitar lima ratus meter diselatan rumah tinggalnya dulu, masih di jalan yang sama. Jalan Drupadi.
Saat si putri kecil Mirah Gayatridewi hadir dalam kehidupan rumah tangga saya, bisa dikatakan Swihendra merupakan satu-satunya teman yang memberikan perhatian lebih pada kehadiran si kecil. Bisa saya maklumi, lantaran sobat saya ini memang menyukai kehadiran anak-anak dalam kesehariannya.
Kini, setelah empat belas tahun pertemanan kami, Swihendra memutuskan untuk mengakhiri masa lajangnya, dengan meminang sang gadis pujaan hati (Ni Made Ayu Widiastuti) yang kerap menjadi cerita indahnya. Tentang kue-kue buatan si gadis, tentang masa-masa menanti hingga semaraknya hubungan mereka.
Maka sudah sepatutnyalah, saya selaku salah satu teman, sahabat dan saudara yang ikut merasakan kebahagiaannya berusaha memberikan satu apresiasi tentang kehadiran seorang I PUTU SWIHENDRA dalam empat belas tahun terakhir, melalui media yang saya miliki.
Semoga kalian berdua berbahagia dan menemukan cinta yang sejati untuk diberikan pada putra putri kalian kelak.
Salam dari Pusat Kota Denpasar, dari
PanDe Baik
ALit Ayu Kusumadewi
Pande Putu Mirah Gayatridewi
beserta keluarga Pande Ketut Arka
Comments
Post a Comment