Aaahhh…. Perasaan sedikit lega hari ini agaknya sudah bisa saya ungkapkan. Sebagai rasa syukur atas segala hal yang sudah saya jalani selama dua bulan belakangan menjelang detik-detik terakhir perkuliahan di semester 3. Ya, ternyata bisa juga saya tiba disini. Padahal rasanya baru kemarin saya menjalani ujian TPA (mirip test psikologi) dan matrikulasi (pengenalan materi awal sekaligus penyegaran). Rasanya baru kemarin saya memiliki beberapa teman baru yang beragam usia dan aktivitasnya.
Terkait dengan awal mula kenekatan saya mengikuti kuliah Pasca Sarjana ini, barangkali ada beberapa rekan blogger Bali yang masih ingat tulisan saya terdahulu tentang ‘Gelar yang tak lagi membanggakan’. Sempat diculik untuk Bale Bengong miliknya Om Anton kalo ndak salah. Waktu itu saya masih belum punya rumah sendiri seperti sekarang. Masih numpang di Blogspot.
Jika saya membaca tulisan lama tersebut, barangkali bisa dikatakan apa yang saya yakini masih sama. Seandainyapun kelak gelar dari perkuliahan Pasca Sarjana ini dapat saya raih, gak ada tuh yang namanya ‘bakalan selalu saya pampang dan gunakan dalam setiap momen atau event, termasuk pencalegan barangkali. He…
Jujur saja, kadang untuk menyandang sebuah gelar bagi saya pribadi adalah sesuatu yang memberatkan. Walaupun saya tidak menutup mata, bahwa gelar bagi sebagian orang itu sangat keren jika sampai diketahui oleh sebagian yang lain. Dianggap lebih berpendidikan, dianggap lebih mampu, dianggap lebih layak menjadi pimpinan barangkali ? Bagi saya, TIDAK.
Kata orang bijak, diatas langit masih ada langit. Tak selamanya orang yang menyandang gelas Pasca Sarjana itu akan jauh lebih mampu dari pada orang yang hanya tamatan sarjana ataupun sma misalnya. Barangkali pada pengetahuan beberapa ilmu dan teori, bisa dikatakan sedikit lebih tinggi. Buin a setrip. Tapi pada pengalaman tertentu ? hohoho…. Jangan salah.
Jangan jauh-jauh. Ambil contoh ya saya sendiri.
Dari sekian banyak ilmu yang diberikan dimana masing-masing bidang ilmu hanya diberikan waktu untuk pemahaman hanya satu semester, yang kalo dihitung barangkali hanya sekitar enam belas kali pertemuan kisaran 4 bulanan, belum tentu kesemua ilmu yang didapat itu bisa nyantol dikepala. Walaupun yah saya yakin, ada satu dua yang masih bisa diingat saat akhir semester 3 tiba didepan mata. Coba bandingkan dengan mereka yang hanya tamatan sarjana, tapi lebih banyak memiliki pengalaman di salah satu bidang yang saya pelajari. Berani bersaing ? Saya yakin, jika itu pake taruhan nyawa misalnya, saya bakalan mundur. Tapi kalo sebatas saling mengisi, okelah, saya mau.
Satu lagi yang dapat dikatakan paling riskan.
Nilai pada mata kuliah tertentu. Saya yakin seyakin-yakinnya, bahwa kemampuan seseorang pada suatu mata kuliah, tidak dapat diukur hanya dari nilai ujian saja. Atau nilai akhir yang dikeluarkan oleh sang pengajar. it’s just my lucky…. Secara kebetulan dari delapan mata kuliah yang sudah dikeluarkan nilainya, ada enam yang saya dapatkan dengan nilai sangat memuaskan. Kenapa saya katakan sangat memuaskan ? dan bagi siapa ?
Ya tentu saja bagi saya sendiri, dimana merupakan salah satu dari sekian mahasiswa yang keluar jalur mengambil bidang di jenjang Pasca Sarjana. Saya lulusan Arsitektur yang lebih banyak berkutat pada konsep ataupun desain. Loncat pagar ke bidang Sipil, dimana bidang Statistik, Finansial, dan hal-hal yang sama sekali belum pernah saya dapatkan pada jenjang sebelumnya, dipaksa melahap semuanya dalam waktu satu semester. Can You imagine that ?
Padahal pada awal semester dimulai, saya sempat merasakan frustasi pada pilihan yang saya ambil secara nekat. Sempat pula saya ungkapkan pada tulisan dengan topik kuliah, maupun corat coret gak karuan selama jam perkuliahan. Kini setelah apa yang saya jalani, dengan nilai yang saya dapatkan, apakah sudah bisa mencerminkan bahwa saya mampu dan menguasai semuanya dalam waktu singkat ? Bagaimana pula saya bisa mempertanggungjawabkan nilai tersebut kelak pada setiap orang yang begitu berharap banyak lantaran mereka melihat pada gelar dan nilai yang saya dapatkan ?
Secara kebetulan saya bersua dengan beberapa orang alumnus jenjang Pasca Sarjana. Ternyata kegelisahan saya ini juga dirasakan oleh mereka dahulu. Menjalani masa perkuliahan Pasca Sarjana hanya untuk sekedar lewat dulu. Tak peduli dengan nilai yang didapatkan. Jangan berharap banyak pada keakuratan tata cara penulisan dalam setiap tugas yang dibuat, ataupun sedalam apa analisa yang dilakukan saat penelitian Tesis sebagai kewajiban akhir masa studi mereka.
Waktu yang akan menjawab itu semua.
Pelan tapi pasti. Saya yakin, apa yang saya jalani selama tiga semester ini, plus waktu untuk menyelesaikan Thesis tahap akhir masa studi saya kelak, bakalan bisa saya ambil satu persatu ilmunya, jauh setelah gelar itu bisa direngkuh. Dengan catatan, ilmu yang ditawarkan itu memang menarik minat saya untuk mempelajarinya lebih dalam lagi.
Saya yakin, beberapa bidang ilmu yang dilahap selama satu setengah tahun ini bakalan berguna satu saat nanti. Tentu saja tidak Hap ! langsung usai wisuda, atau usai gelar tersebut disandang. Katakanlah mata kuliah Finansial misalnya. Dari ilmu ini, saya bisa tahu proses suatu keluar masuknya uang secara sederhana, ternyata dipengaruhi oleh banyak faktor. Bahkan dari salah satu bagian perkulaiahn ABC system misalnya, saya bisa mendapatkan gambaran tentang apa saja yang harus diperhitungkan untuk mendapatkan harga jual suatu produk.
Ini tentu melengkapi kegamangan saya sebelumnya, perihal berapa harga yang harus saya patok atau tetapkan untuk sebuah jasa atau produk gambar rencana kerja sebuah bangunan misalnya. Padahal selama ini saya hanya mengandalkan ‘oh, biasanya sih dibayar segini….’ Atau ‘oh, standarnya sih sekian rupiah per meter persegi atau sekian rupiah per lembar gambar’.
Kembali pada pertanggungjawaban saya akan gelar maupun nilai yang kelak saya dapatkan, barangkali hanyalah sebuah perjalanan yang harus saya lalui, untuk mendapatkan sedikit gambaran tentang hal-hal diluar pengetahuan saya selama ini. Ditambah sedikit bumbu pertemanan baru yang saya dapatkan, suasana kuliah yang jauh lebih bersahabat, dan juga keinginan untuk belajar dan terus belajar timbul dengan sendirinya.
Yah, perkuliahan Pasca Sarjana yang tinggal sedikit lagi, bagi saya pribadi bukanlah sebagai satu pembuktian bahwa saya mampu dan layak menyandang gelar tersebut nantinya. Atau malah hanya untuk mendapatkan pengakuan ditengah masyarakat, atau barangkali hanya untuk syarat agar cepat naik pangkat/golongan hingga jabatan misalnya. He….
> PanDe Baik tumben-tumbenan bisa melahirkan tulisan terkait aktivitas mengikuti perkuliahan lagi. Yah, sudah lama gak menyinggungnya di BLoG, seperti harapan seorang rekan kuliah yang secara mendadak pamit meninggalkan perkuliahan diakhir semester satu, berkumpul kembali bersama keluarga (suami dan anak-anak) di Jakarta sana…. Bahkan, hingga akhir semester tigapun, saya belum mampu melahirkan satu tulisan yang khusus mengenai sobat saya sejak kecil ini. Ya, Kusuma Dewi. “Apa Kabarnya D ?” <
Salam dari PuSat KoTa DenPasar…
Comments
Post a Comment