Skip to main content

Pernak Pernik Upacara Pernikahan Apakah Hanya Ajang Pamer ?

Saya yakin, judul posting diatas disadari dan diyakini sepenuhnya oleh setiap orang terutama bagi mereka yang kerap mendapatkan undangan menghadiri Pernikahan rekan saat sekolah kuliah hingga kantoran.

Pernikahan sebetulnya adalah satu upacara dimana dua insan manusia diikat dengan norma adat dan agama dihadiri oleh sanak saudara maupun rekan-rekan yang dipercaya dengan kapasitas sebagai saksi Pernikahan tersebut.

Kalau pada awalnya pernak-pernik Pernikahan bisa dikatakan sangat sederhana, ada sarana upacara yang diperlukan, pendeta/orang yang disucikan selaku pemberi restu paling utama sekaligus ‘meresmikannya’, sanak saudara maupun rekan selaku saksi dan ucapan Terima Kasih berupa hidangan.

Kini tampaknya banyak pihak yang mampu memanfaatkan situasi sebuah pernikahan menjadi sebuah tradisi yang mutlak dijalani oleh siapapun mereka, tak peduli berlatar belakang apa. Menjadikan upacara pernikahan sebagai ajang pamer antar keluarga yang menyelenggarakannya, terlepas dari kemampuan finansial mereka. Alasannya sih, toh hanya sekali seumur hidup. ( he… bagaimana dengan artis yang demen kawin-cerai yah ? )

Minimal sebuah Pernikahan biasanya diawali dengan Foto Pre Wedding, yang kemudian hasilnya bakalan muncul pada desain kartu undangan, tentu juga pada foto ukuran besar yang dipajang di sudut-sudut strategis lokasi Pernikahan.

Menjelang hari pernikahan tiba, kedua sejoli dihadapkan pada tahap perawatan, yang biasanya dilakukan ala spa. Pembersihan wajah agar tampak cling saat Pernikahan, hingga perawatan kulit sang calon pengantin.

Persiapan lain seperti pemberian souvenir pada para undangan juga merupakan salah satu hal yang dianggap penting sebagai tanda mata yang tentunya bersablonkan kedua nama mempelai hingga foto mereka.

Tak lupa tenda yang berumbai-rumbai dengan warna putih kini seringkali dilakukan pada upacara pernikahan umat Hindu sebagai pengganti Klangsah (pelepah daun kelapa yang dirangkai berfungsi sebagai atap/penutup halaman). Makin mewah Tendanya, makin megah pula image yang mampu diberikan kepada para undangan nantinya.

Ohya, tak kalah pentingnya dalam sebuah prosesi Pernikahan adalah Hiburan. Dalam Upacara Pernikahan Hindu, biasanya selain nanggap satu paket gambelan, biasanya ditambah pula dengan lawakan sebagai pencerah suasana para undangan yang lelah menunggu puncak acara. He… biasanya ini tergantung siapa yang disewa, harga/tarif yang dikenakan untuk seorang pelawak drama gong /arja muani tentu bakalan beda dengan seorang presenter kondang dalam hal ‘kualitas hidup’.

Tak semua upacara Pernikahan yang diadakan bakalan diikuti oleh Resepsi. Karena biasanya Resepsi diadakan langsung di TKP Pernikahan. He…. kayak tindak kejahatan saja. Biasanya langsung pada hari itu, tapi ada juga yang sebelum maupun sesudah Pernikahan. Tetapi ada juga yang demi sebuah nama ‘GENGSI’, ruang pertemuan sebuah Hotel ternama di daerahnya pun disewa sebagai lokasi Resepsi sang Pengantin. Bahkan ada pendapat seorang rekan yang berharap duluan bakalan dapet amplop lebih (kalo bisa balik modal) dengan jalan yang satu ini plus mengundang beberapa nama pejabat yang mereka kenal. Tak jarang mereka yang menempuh jalur ini malahan tekor dan berhutang. Hihihi…..


Yang paling menjadi porsi biaya terbesar dari seluruh rangkaian upacara Pernikahan, saya yakin sekali menduduki peringkat pertama adalah makanan dalam hal ini sering diambil alih oleh Jasa Catering. Bukan apa-apa, besarnya biaya akan makin membengkak apabila jumlah undangan mereka makin banyak. Syukur kalo hitungannya pas, satu kartu undangan mendatangkan dua orang (satu yang diundang satu lagi perannya hanya menemani, tapi tetep ikut makan). Bagaimana jika satu undangan mendatangkan sebuah keluarga yang lengkap dengan anak-anaknya ? Bagaimana pula jika ada tamu tak diundang ? Bisa-bisa untuk stok yang tersedia bakalan habis sebelum waktunya bubar.

Pengalaman ini pernah saya temukan di satu dua upacara Pernikahan, dimana sang penyelenggara ternyata memesan jumlah porsi makan sesuai dengan jumlah kartu undangan yang disebar. Maka sekian undangan yang tak kebagian jatah makan, hanya bisa menelan ludah sambil berharap-harap cemas. He….

Itu baru dari segi jumlah, belum lagi macam menu yang dihidangkan. Makin modern jenis makanannya makin mahal harga perpaket/porsinya. Makanan yang sekelas hotel berbintang misalnya, udang, tuna
plus sup dan juga hidangan penutup tentu beda harga dengan yang menyajikan lawar, jukut ares dan juga plecing. Hanya saja, sangat jarang (walaupun ada) saya temukan hidangan yang disajikan (jika menggunakan Jasa Catering) adalah menu Lokal. Paling minim, yang namanya es krim (es puter) dijamin ada.

Total Jenderal biaya yang dihabiskan untuk itu semua diyakini minimal kisaran 30-40 juta rupiah. Ini pengalaman pribadi loh, seperti dikatakan oleh beberapa rekan yang telah mendahului menjalani upacara pernikahan, belum lagi setelah mendapatkan penyesuaian harga (baca : kenaikan harga). Tak jarang untuk mempersiapkan sebuah upacara pernikahan, ada yang sampe menjual tanah/mobil hingga ternak mereka untuk menutupi biaya yang dikeluarkan, dan rela bersiap untuk kecewa saat menghitung jumlah rupiah dalam amplop yang didapatkannya, ternyata mendapatkan angka minus. Gak balik modal. He….

So, bagi rekan-rekan yang bakal memutuskan untuk menjalani sebuah upacara pernikahan, ada baiknya dari sekarang mulai mempertimbangkan apa saja yang sekiranya layak dilakukan untuk menekan cost, entah itu tahap Pre Weddingnya, desain kartu undangan yang simpel, tenda yang biasa saja, atau malah lokasi yang nyaman waaupun sederhana, plus hidangan yang sesuai dengan lidah para undangan misalnya.

Saya yakin, tak ada yang bakalan mengingat dan kagum pada sebuah upacara yang mampu diadakan di sebuah Hotel berbintang sekalipun, dibandingkan dengan kepuasan dan kenyamanan yang mampu ditawarkan saat menghadiri upacara pernikahan tersebut. Minimal sambutan yang hangat dari keluarga serta kedua mempelai, saya yakin sudah sangat mampu menghargai undangan yang rela mengorbankan waktu mereka untuk datang dan hadir.

> ini hanyalah sedikit pengalaman PanDe Baik saat melangsungkan Pernikahan akhir tahun 2005 lalu, dengan sebuah upacara yang sederhana, tanpa sebuah aksi Pre Wedding, tanpa kartu undangan dengan foto bergaya ala petani ataupun keluarga kerajaan, tanpa acara resepsi dan tanpa hidangan mewah. Setidaknya apa yang dihabiskan tak sampai membuat kami berhutang. Semampunya saja….. <

Salam dari PuSat KoTa DenPasar

Comments

Popular posts from this blog

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.