Skip to main content

Studi Investasi untuk Bahan Thesis ? Oh No !

Akhir pekan… Hari yang begitu saya nantikan dalam satu minggu terakhir ini. Apalagi kalo bukan untuk mendapatkan waktu luang dan bersantai bareng Istri juga putri kecil kami, MiRah GayatriDewi. Hanya saja, untuk mengawali sebuah liburan saya mengambil sebuah kegiatan baru, yaitu ikutan hadir dalam ujian seminar mahasiswa pasca sarjana yang berkesempatan mempresentasikan hasil penelitiannya dihadapan para penguji. Sangat mengasyikkan tentu bathin saya sedari rumah.

Kegiatan baru ini bukan tanpa alasan saya rela melakukannya, tapi karena merupakan salah satu prasyarat kalo mau mengikuti ujian proposal Thesis nantinya. Minimal setiap mahasiswa mengantungi 10 kali sesi semacam ini, atau bahkan bisa jauh lebih besar lagi seperti Seminar Regional, hingga invasi ke Program Studi lain, sangat dianjurkan malah.

Tujuan sebenarnya bukan malah menghambat sang mahasiswa yang akan mengikuti ujian proposal (ujian tahap pertama), tapi (ini juga pendapat saya pribadi loh) dapat digunakan sebagai bahan referensi baik tata cara mengikuti ujian seminar, uji nyali (baca: membiasakan diri) berbicara didepan banyak orang, hingga apa saja yang berpotensi menjatuhkan rasa percaya diri saat mengikuti ujian nanti. Misalkan saja, dosen yang telat dateng hingga satu jam, alat yang gak siap hingga presentasi materi seperti tertampil didinding ternyata gak sesuai dengan keindahan pada layar laptop.

Bagi saya semua itu sangat pantas untuk dijalani, lantaran saya sendiri mengakui masih suka nervous kalo diminta berbicara didepan umum. Seperti saat Launching BBC di Popo Danes kemaen. Gugup luar biasa. Apalagi dipandangi sekian pasang mata yang sama sekali belum saya kenal.

Ujian pertama yang saya hadiri ini dilakoni oleh Ida Bagus Adyatmaja, mahasiswa pasca Teknik Sipil angkatan 2006, yang mengetengahkan topik ’Studi Kelayakan Investasi Pembangunan Pasar Galiran Klungkung’. Dari obrolan seorang teman dengan sang mahasiswa, kabarnya Beliau ini merupakan alumnus Teknik Arsitektur angkatan 2000, yang baru saja lulus S1-nya langsung melanjutkan ke jenjang pasca yang beda jurusan. Pantas saja dari penampilan hingga gerak geriknya sempat menipu mata saya yang menyimpulkan kalau orang ini akan mengikuti Ujian Skripsi S1. Ha…. meleset rupanya.

Adanya rasa nervous sangat jelas terlihat dari raut wajah sang mahasiswa. Barangkali Beliau ini gak kena aturan baru yang 10 kali kehadiran di ujian seminar, sehingga agak terkejut saat ditonton banyak orang. Apalagi seperti yang saya katakan tadi, Beliau inilah yang mengalami hambatan seperti tersebut diatas. Satu pelajaran buat saya tentunya. Harus sudah siap sebelumnya.

Dari pemaparan yang dipresentasikan, terlihat jelas sang mahasiswa ini tak menguasai inti materi yang diambilnya sebagai bahan Thesis. Studi Investasi. Satu ilmu yang saya anggap sama sekali baru, apalagi untuk seorang yang menjalani pendidikan Arsitektur sebelumnya. Tentu gak pernah menyentuh perihal Cash Flow, Bunga, Pajak dan lain sebagainya. Studi Investasi ini pula yang akhirnya menghantarkan saya pada ‘mengigau tak jelas’ di akhir semester satu lalu. Karena suer, beneran baru. Hingga kalkulator yang khas milik anak Sipilpun (Casio seri fx-85ES) akhirnya saya beli agar memudahkan saya dalam menghitung kalkulasi studi seperti ini.

Balik pada ujian seminar, walaupun secara teori, apa yang dipaparkan sudah masuk akal, rupanya ada satu hal yang Beliau lupakan. Aspek Lapangan atau kenyataannya. Hal ini jelas terlihat saat sang penguji mencecar pertanyaan perihal kebijakan pajak, pinjaman bunga bagi investor hingga ke dasar pemikiran penyusunan skenario investasi yang memang kelihatan jelas hanyalah sebuah asumsi si mahasiswa. Pantes aja kalo jawaban yang diberikan atas pertanyaan sang penguji menjadi sangat aneh terdengar ditelinga. Sampai-sampai ketiga Penguji sempat menyatakan kesediaan mereka menjadi Investor pada asumsi skenario pinjaman yang dipaparkan.

Memang sangat disayangkan sekali, kalau sebagai mahasiswa tidak berusaha menyadarkan diri sendiri, sejauh apa kemampuan diri sebenarnya dan tidak malah ikut-ikutan teman dalam mengambil ide untuk Thesis diakhir studi pasca sarjana nantinya.

Hal ini sempat dilontarkan oleh seorang rekan, Bli Oka Parmana yang menyarankan saya untuk mengambil bahan Studi Investasi sebagai topik Thesis saya. Tapi dengan tegas saya jawab, TIDAK. Mengapa ?

Walaupun teman saya itu mengatakan bahwa siapa tahu usai S2 ini, saya bisa mencoba yang namanya berinvestasi diluaran pekerjaan utama saya sebagai seorang pegawai negeri, tentu mengasyikkan. Tapi alasan saya jauh lebih bisa saya terima dengan nalar dan akal sehat, yaitu saya tak akan mempertaruhkan waktu saya yang sempit ini untuk sesuatu yang sama sekali tidak saya kuasai. Buat apa ? sudah jelas ketiga penguji tadi ilmunya sudah jauh diatas awan, mengapa saya harus mengambil sesuatu yang jangankan berjalan, merangkakpun saya belum bisa.

Maka sayapun memutuskan untuk mengambil satu topik, dimana saya bisa mengetahui pola pikirnya, data yang mudah didapat serta cara analisa yang barangkali bisa saya titipkan pada yang jauh lebih mampu dibidangnya. Yah dengan harapan, saya bisa melewati tahap akhir dari studi saya ini dengan baik. Itu saja.

Do’a kan ya.

PanDe Baik kali ini ditemani alunan sendunya Michael Jackson ’She’s Out of My Life’ yang kabarnya sudah pindah keyakinan menjadi seorang Muslim.

Salam dari Pusat Kota Denpasar

Comments

Popular posts from this blog

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.