Sejauh ini untuk me-review ponsel, penulis gak menganut paham seperti halnya Tabloid ponsel macam PuLsa dan SmS, yang demi menjaga independensi, ponsel dibeli sendiri dan bukan bantuan dari pihak vendor. Namun baru di-review setelah penulis berkesempatan memegang ponselnya secara langsung, entah dengan cara meminjam sebentar, dimintakan tolong atau milik sendiri (walopun dibeli second).
Maka keseringan review yang dihasilkan baru muncul, jauh setelah rilis ponsel secara resmi diluncurkan. Entah jadi basi bagi orang lain yang membacanya, tapi bagi diri sendiri, ini bisa jadi satu pengalaman baru dan dapat diarsipkan.
Kali ini ponsel Nokia seri 6120 Classic didapat saat si pemilik minta tolong dicarikan cara buat ngerekam suara seperti lagu ataupun nyanyian anaknya agar bisa dijadikan sebagai Nada Dering.
Ni ponsel rupanya punya form factor mirip ponsel Nokia N73 yang waktu lalu sempat pula di-review. Hanya saja punya spec warna layar yang jauh lebih tinggi, namun berdimensi lebih mungil, sehingga rasanya hanya pantas dipegang oleh tangan si wanita pemilik ponsel dibanding penulis. He… Jelas aja.
Keypad yang jauh lebih mungil dibanding Nokia N73 menyulitkan aksi pencat pencet terutama saat mengakses Menu mencari fitur Perekam, yang ternyata gak berfungsi. Sehingga wajar aja sipemilik kebingungan saat ingin melakukan perekaman suara.
Dengan layar yang juga lebih mini, namun konsentrasinya jauh lebih tinggi, masih memperlihatkan garis gradasi warna, sedikit mengganggu tentunya. Tapi kalo sekilas sih rasanya gak beda dengan ponsel seri N tadi. Bobotnya juga lebih ringan.
Kamera berkekuatan 2 MP, disematkan dibagian punggung, lengkap dengan self mirror dan flash tanpa autofokus, mengakibatkan hasil jepretannya mirip-mirip dengan ponsel cdma 6275i milik penulis, terlihat jelas bedanya kalo melihat hasil jepretan lensa Carl Zeiss milik Nokia N73. padahal rentang harga yang ditawarkan gak jauh-jauh banget.
Hiburan lain seperti musik player, ternyata ni ponsel cuma punya 1 buah speaker. Walopun bgitu, suara yang dihasilkan cukup jernih dibandingkan ponsel sejenis. Gak Mono istilahnya.
Koneksinya cukup lengkap, setara dengan Nokia seri N lainnya, Bluetooth dan sudah 3G pula. Kinerjanya gak lemot, karena kabarnya ni ponsel sudah disuntikkan prosesor 369 MHz setara dengan seri E90. plus kapasitas memory RAM dan ROM pula layaknya PDA Pocket PC. Jadi cukup pantas kalo dipake buat browsing dll. Sayangnya gak nyediakan fitur Wi-fi, padahal ponsel BenQ yang dibanderol lebih murah dengan OS Windows Mobile Smartphonenya sudah mengadopsi koneksi yang memerlukan free titik panas ini.
Ohya, beberapa keluhan mengatakan bahwa saat dilalukan aktifitas browsing, font yang terlihat malah kotak-kotak yang sebenarnya bisa diantisipasi dengan mengubah Bahasa yang dipergunakan, dikembalikan ke Default (Inggris).
Seri ini sering dikatakan sebagai ponsel kelas bisnis termurah, lantaran segudang fitur yang disediakan didalamnya, termasuk pula frekuensi Quadband yang artinya bisa dibawakan ke belahan negara manapun.
Satu lagi kekurangan yang paling disayangkan adalah kapasitas batere yang dibekali oleh Nokia, cuman 890 mAh. Yang tentu gak mampu menyediakan waktu Standby lama standar Nokia, disebabkan oleh layar yang 16 juta warna tadi serta kinerja prosesornya. Walopun diyakini gak banyak membantu, jika tak diperlukan koneksi Bluetooth juga 3G-nya bisa di-non aktifkan kok. Kali aja bisa manjangin dikit umur standbynya. He…
Eh, perekam suara Default yang gak berfungsi tadi rupanya memerlukan flash ulang lagi di Nokia Service Centre kali ya. Tapi kalo gak mau repot, installkan aja aplikasi ALon Dictaphone yang mampu merekam suara dengan kualitas MP3. Dijamin jauh lebih oke. J
Comments
Post a Comment