Boleh dikatakan kalo roti isi irisan daging satu ini udah jadi favorit sejak masa kecil dahulu. Masih teringat jelas rutinitas melahap burger tiap dua minggu sekali made in Toko Asia (waktu masih berlokasi di depan rumah makan Mie Jakarta jalan Veteran), dibeli dari sisihan uang saku yang dikumpulin tiap harinya. Waktu itu (masa SMP 1990an) harganya tergolong mahal 4 ribuan, seharga komiknya Tiger Wong kalo ndak salah. He…
Hobi makan burger sebetulnya berawal dari kiriman seorang famili ortu yang membuka Restoran Mini di Kuta sana. Beliau ini secara rutin ngirimin cemilan makanan yang biasa disantap turis-turis, tentu merupakan makanan yang aneh bagi ortu waktu itu. Kalo ndak salah ada Sandwich isi telor mata sapi, isi keju dan tentunya Burger. Makanan aneh ini rupanya membuat saya jatuh cinta (didukung pula oleh embel-embel makanan ala barat yang bagi seorang anak kecil seperti saya waktu itu, ngerasa top banget bisa makan makanannya Mac Gyver, he….)
Burger baru jadi familiar terdengar setelah Gerai Mc Donalds menjualnya dengan harga PaHe 5 ribu saja, namun seringkali yang didapat adalah Burger yang PaHe juga, tanpa sayur, tomat maupun mayonaisenya… kadang sangat mengecewakan bagi saya, tapi dimana lagi bisa ngedapetin Burger dengan harga segitu ? Apalagi kalo inget-inget paket Big Mac dibanderol 20 ribuan kalo ndak salah. Harga mahal bagi kantong saya tentunya.
Lebih familiar lagi saat Burger dijual keliling dengan brand Top Burger. Harganya murah dikit dibanding milik McD, dan penampilannya juga gak jauh beda. He…. Begitu pula dengan Burger kering kerontang plus Sambal sachet Kokita yang dijual di toko-toko roti. Lama-lama males juga dengan penampilan Burger hemat yang segitu-gitu aja.
Setelah bekerja dan menghasilkan uang sendiri, keinginan buat menikmati roti ini timbul gara-gara kepincut Klenger Burger yang memberikan kenikmatan sebuah Burger (lengkap dengan irisan daging yang uenak, sayur, tomat dan Mayonaise hangatnya). Harganya dua kali lipat dibanding PaHe tadi. Gak ketinggalan Gerai Kebab Turki pun menyediakan Burger dengan harga yang lebih bersaing, dan secara pribadi, belum bisa ngalahin enaknya si Kelenger tadi.
Nah, ceritanya sehari usai upacara Otonan putri kami Selasa lalu, aku diminta mengantar ortu ke rumah duka seorang famili di daerah Pagan (perempatan jalan WR Supratman-Ratna-Plawa). Dengan tujuan awalnya buat nyari info kursus mengemudi yang kata si pemilik via telpon sebelumnya berada di dekat Circle K (kebetulan disebelah timur lokasi rumah duka). Eh, mata ini gak sengaja menangkap sebuah warung mini yang menawarkan Burger Double seharga 6 ribu saja. Wah, hasrat buat nyobain Burger jadi muncul lagi.
alo dibandingkan dengan Kelenger Burger, ya jelas kalah jauh. Tapi kalo mau dibandingkan dengan BurGer PaHe milik McD ataupun Top Burger ? Jelas jauh lebih memuaskan. Ini lantaran selain dua iris daging, ada juga sayuran segar, tomat dan mayonaise hangatnya. Walopun berbeda jauh dengan gambar Double Burger dalam Menu yang mereka berikan. Beda tebal daging (tentu saja, wong seharga 6 ribu), juga gak ada irisan Keju Kraftnya.
Setidaknya cukuplah dibanding Burger darurat made in sendiri, yang kalo lagi bokek tapi pengen makan burger, akhirnya nekat ngebeli sekaleng Mayonaise dioles pada roti tawar diisi saos ABC plus pengganti irisan daging dipakelah SoZis. Huahahaha….
Comments
Post a Comment