Skip to main content

Menjadi PNS yang tak berotak saja deh...

Huuh… dua minggu ini helaan nafas berat rasa-rasanya seringkali aku rasakan, lantaran efek dari tulisan guoblokku tentang pemberitaan di media Radar Bali, Februari lalu, ternyata direspon dengan amarah oleh Wartawan-wartawan Radar Bali, per awal September kemaren.

Tulisan itu lahir dengan segera setelah artikel yang naik di media cetak Radar Bali perihal Drainase Kuta jalan Dewi Sri dikatakan mangkrak dan terbengkalai, karena tidak tampak ada aktifitas pekerja dilokasi yang tampak pada gambar.

Efek pertama yang aku rasakan waktu itu adalah teguran atasan berkaitan dengan ‘tidak tampaknya aktifitas pekerja dilokasi proyek’, ‘Memangnya kamu kemana saja selaku pengawas pelaksana dilapangan, Nde ?’. Sempat pula memunculkan ketidakpercayaan atasan pada kinerja stafnya ini…

Namun seiring waktu berjalan, toh dibuktikan juga kalau ternyata pekerjaan selesai tepat waktu dan sesuai rencana. ‘Sesuai rencana’disini ya seperti yang terlihat dilapangan per hari ini, lantaran alokasi dana yang didapat untuk pekerjaan ini sangat minim, ya mampunya hanya segitu.

Yang paling membuat para Wartawan itu tidak terima ya, perihal kata-kata dalam tulisan yang mengatakan bahwa ‘ada wartawan Radar Bali yang minta uang pada atasan dengan ancaman bakalan menaikkan berita negatif ke media cetaknya. Ada tiga orang yang ngasi komen keberatan di BLoG, Bli Gupta, Bli Sudarsana Putu dan Bli Feri selaku penulis berita di koran tersebut.

Tapi itu benar adanya kok. Hanya saja aku gak punya bukti lebih mendetail tentang siapa yang datang, karena satu-satunya bukti ya ID Card Radar Bali aja. Mungkin kalo waktu itu bisa didetail lagi dengan nama dan ciri-cirinya barangkali saja posting yang dahulu itu bakalan dianggap berkualitas sama dengan media cetak koran. Yah, namanya juga PNS. Gak tau banyak etika penulisan. He…

Hanya saja belakangan ini baru terpikirkan, bagaimana kalo ternyata itu bukan Wartawan Radar Bali asli, dalam arti ya Gadungan dengan membawa ID palsu. Seperti sindikat yang mengaku anggota KPK yang ditangkap beberapa waktu lalu ? alur ceritanya sama kan ? pejabat diancam untuk mendapatkan sejumlah uang. Yah, barangkali aja PNS-nya gak berotak’. He…

Kalo itu benar, berarti tulisan yang aku posting bisa dianggap memfitnah orang, dan itu berarti hukum yang bakalan berjalan. So, daripada masalahnya jadi panjang ya, kuhapus saja posting tersebut.

Rupanya masalah gak berhenti disitu. Untunglah Om Anton berinisiatif menjadi mediator dan langsung ngobrol via YM hari Senin siang lalu, mengkonfirmasi pertanyaan Bapak Hari Puspita tentang siapa sih Bli Pande itu ? PNS Guoblok yang nekat nulis dan memfitnah wartawan Radar Bali. He… Barangkali karena melihat saya ikut serta jadi kontribusi Bale Bengong, makanya Om Anton lah yang paling pertama ditanyakan.

Agak gak enak juga dengan Om Anton, berhubung Beliau itu kan mantan Ketua AJI, tempat ngumpulnya Jurnalis ? apalagi yang ngajak gabung di BBC kan Beliau juga. Khawatir kalo Beliau dikait-kaitkan. Padahal kalo mau dirunut kebelakang, Februari itu aku blom masuk secara resmi di BBC. Dan media nulisnya waktu itu juga blom pake Domain sendiri. Masih iseng-iseng, toh gak ada yang baca.

Menuliskan unek-unek akan ketidakpuasan media dan Wartawan agaknya menjadi pelajaran bagiku pribadi. Seperti bom waktu, tinggal nunggu meledak aja. Sebaliknya dengan media sebegitu bebasnya mereka menulis perihal kebobrokan Pemerintah yang sayangnya merupakan mimpi terburuk negeri ini. Kebebasan berbicara dan berpendapat kata mereka. Jadi sah-sah aja kalo ngritik Pemerintah yang memang beneran bobrok.

Memang, satu-satunya harapan pada media cetak dan para Wartawannya hari ini adalah, mereka mau menuliskan sesuatu hal/berita di media setelah mengkonfirmasi terlebih dahulu ke Narasumber. Misalkan saja dalam konteks Drainase diatas ya Pelaksana dilapangan. Bener gak sih gak ada aktifitas ? tapi berhubung waktu dari para wartawan itu serba cepat seperti kata si Richard Gere dalam film Runaway Bride, mungkin menganggap mubazir kalo sampe membuang waktu menanyakan hal tersebut. Toh apa yang ditulis jauh lebih menjual.

Jangan sampe kebablasan kayak berita entah tanggal berapa, saya juga lupa, bahwa si Wartawan udah mengkonfirm perihal proyek ke Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan, Ir. I Ketut Suwandi dan mengeluarkan statemen bla bla bla… Tapi kalo dicermati, Kepala Dinas Bina Marga waktu itu kan sudah diganti oleh Ir. IB Soerya sejak setahun sebelumnya ? sedang Ir. Ketut Suwandi malah memimpin Cipta Karya. Apa ini tidak menggelikan ? Tentu yang jauh lebih menggelikan lagi, ternyata si atasan tidak pernah mengeluarkan kata-kata tersebut pada siapapun. Nah, kalo sudah begini bagemana dong ?

Mungkin penulis memang baiknya banting setir aja.Percuma berusaha bersikap jujur dan disiplin dalam bekerja, toh image PNS takkan berubah dimata media. Tetap negatif. Jadi apapun yang dilakukan ya gak pernah dapet tempat dihati mereka. Tapi itulah resikonya. Ngapain juga mau jadi PNS yang imagenya udah sangat bobrok dimasyarakat ?

Banting setir jadi PNS yang tidak berotak.

Yang ngantor siang, yang kerjanya ngobrol dan maen gim Poke juga Bola-bola atau Bounce, hahahaha… Yang ngitungin Togel pas jam kerja, yang suka mbolos usai jam makan, atau yang malah sering absen tapi rajin ngambil gaji pas tanggal satu.

Isi postingpun barangkali ya kisaran hobi dan keseharian saja, hal-hal yang gak penting. Barangkali bersenda gurau dengan malaikat kecilku, yang begitu lucu dan menggemaskan, daripada pusing mikirin orang lain. Toh amplop proyek jauh lebih nikmat…

Barangkali itu pilihan terbaik yang saya bisa lakukan. Semoga Radar Bali dan para Wartawannya gak bosan mengkritik PNS-PNS yang tak berotak seperti saya ini. Salam Damai. Piss…

Comments

Popular posts from this blog

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.