Hari raya terakhir, agaknya merupakan hari tersibuk bagi keluarga penulis, lantaran mendapatkan giliran untuk mempersiapkan sarana hingga jalannya upacara yang sekaligus menjadi piodalan dirumah penulis.
Tiada yang lebih indah dari pada merayakannya bersama keluarga. Itu yang penulis rasakan dan nikmati. Mungkin dengan hadirnya putri kecil kami Mirah Gayatridewi, menjadikan kesibukan hari raya bertambah banyak, karena membuat kami sekeluarga bergilir menjaganya. Rasa senang yang ada rupanya mampu meredam segala penat saat upacara Galungan serta piodalan dilakukan pada rabu malam kemaren.
Tak hanya kami yang merayakan Galungan penuh suka cita, tapi juga Kota Denpasar yang tampaknya tak jauh beda dengan suasana Idul Fitri, sepi lengang disetiap ruas jalannya. Mungkin bisa mengartikan bahwa sebenarnya banyaknya penduduk asli Kota Denpasar ini tak seperti yang terlihat pada hari biasa. Cuman seuprit dari aktifitas keseharian Kota Denpasar. Seakan tak peduli dengan nyamannya berkendara dijalan raya Kota Denpasar, rabu siang lalu, upacara Galungan berjalan lancar sedari jam setengah enam sore hingga pukul sepuluh malam kurang lebih.
Yang paling menarik diantara semua itu tentu saja acara berebut buah dan jajan surudan banten yang ditempatkan dalam satu tempat Bale Piyasan, sehingga sanak saudara yang datang dipersilahkan mengambil sendiri apa yang ada untuk dinikmati. Penulis langsung saja mencomot beberapa kue bolu yang diiris tipis, plus jaje Uli dan Begina yang siangnya saat mengantarkan rombongan keluarga ke Pura keluarga, sudah sempat dicicipi dan ternyata uenak… J
Memang, tiada yang lebih indah dari pada merayakan Galungan bersama keluarga.
Comments
Post a Comment