Gak terasa negeri ini bentar lagi bakalan masuk ke bulan Ramadhan, bulan dimana umat Muslim bakal menjalankan ibadah puasa sebelum merayakan hari kemenangannya pada Idul Fitri nanti. Artinya, mata setiap insan yang setia berada didepan media televisi bakalan dimanjakan oleh sekian banyak tayangan islami maupun yang ikut meramaikan dengan tema beragam. Satu hal yang penulis bisa katakan, bahwa negeri ini bakalan disuguhkan hal yang sama dengan tahun lalu, mungkin bakalan begitu kedepannya pula.
Hal yang sama penulis katakan, karena tema yang disuguhkan oleh media televisi (termasuk para pelakunya di dunia nyata) setiap tahunnya hanya dibedakan oleh siapa yang melakukannya saja.
Katakanlah perubahan keseharian baik perilaku, cara berpakaian dan rutinitas para artis. Kesamaan disini yang bisa penulis tangkap adalah, perubahan keseharian para artis yang mengkhusus pada bulan Ramadhan ini. Yang biasanya bergoyang seronok, sekarang bakalan mengurangi aksinya lantaran bulan suci, bahkan pula tak jarang ada yang rela berubah memakai penutup aurat atau jilbab demi menghormati sesamanya.
Sangat jarang bahkan mungkin tak pernah, penulis dapati komentar para artis (kecuali ustad populer) yang mengatakan ‘ah rutinitas saya tak banyak berubah, karena toh apa yang saya lakukan tiap hari tak beda dengan hari-hari suci, hanya mencoba agar puasa yang gak bolong lagi kayak taun lalu’ …it’s simple.
Rata-rata jawabannya ya agak-agak munafik dan cenderung mengatakan ‘hey saya berubah lho, tapi cuman buat bulan Ramadhan aja. Cuman sebulan dalam setahun. Sisanya ya seronok lagi, pake pakaian minim lagi, mengundang syahwat lagi atau malah ya pesta lagi… Tapi karena ini bulan suci, ya di-stop dulu lah…’. Sungguh satu jawaban yang membuat penulis agak miris, walopun masih beda keyakinan. Sedangkal itukah makna Ramadhan bagi mereka ?
Masih belum cukup ceritanya. Penulis tambahkan satu lagi rutinitas atau kesamaan hal yang dialami tiap kali negeri ini menyambut bulan Ramadhan.
Pengerahan massa organisasi Muslim dalam usahanya meminta pemerintah untuk menutup tempat-tempat hiburan, bahkan tak jarang malah bertindak anarkis dan malah menghancurkan lokalisasi maupun arena permainan yang berpotensi menjadi sarang maksiat.
Bagi penulis hal ini tentu saja tindakan yang sangat berlebihan, bahkan cenderung tak ada gunanya. Apakah lantaran bulan ini adalah bulan suci Ramadhan, lantas semua tempat itu harus disembunyikan rapat-rapat agar tak mengganggu puasa umat Muslim yang lain ? Padahal bagi penulis, disinilah ketabahan para umat diuji benar oleh-Nya.
Bagaimana caranya umat mampu menjalankan ibadah puasanya ditengah kemaksiatan dan godaan hidup ? jika ia mampu melewatinya tanpa terpengaruh selama bulan Ramadhan ini, tentu orang ini jauh lebih layak diberikan dan berhak mendapatkan pahala, dibandingkan mereka yang berpuasa tanpa ada godaan sama sekali. Barangkali itulah tantangannya.
Sayangnya aksi pemaksaan itu tak dilanjutkan lagi saat bulan suci sudah lewat dan masuk kembali pada hari biasa, hari dimana kemaksiatan boleh dijalankan, hari dimana hiburan digelar semalam suntuk, hari dimana orang seakan melupakan segala perjuangan mereka untuk menjalankan ibadahnya di hari suci Ramadhan.
Fiuh, sangat berat rasanya untuk menulis posting yang menyerempet pada keyakinan masing-masing kayak gini, namun toh ini untuk kebaikan dimasa depan pula. Penulis yakin, banyak diantara rekan pembaca posting ini tak setuju dengan pendapat diatas, jadi mohon dimaafkan. Karena ini hanyalah satu kegelisahan penulis dalam menyambut bulan Ramadhan yang tinggal hitungan hari.
Jadi sekalian aja Penulis mengucapkan Selamat menjalankan Ibadah Puasa bagi rekan-rekan Muslim, semoga saja dapat memaknai Ramadhan lebih dalam dan tulus dalam setiap langkahnya, kapan saja. Tak hanya pada bulan suci ini tentunya.
Comments
Post a Comment