Rasa-rasanya kalo isi blog udah beralih pada topik Pegawai Negeri Sipil, banyakan ngungkap hal-hal yang negatif dari keseharian dan tingkah laku sang pengabdi bangsa ini. Tapi sekarang, penulis pengen cerita dikit tentang situasi kerja seorang pegawai negeri sipil, satu profesi yang sering menjadi dambaan banyak insan di negeri ini, lantaran bisa jadi satu parameter kesuksesan hidup, gak peduli masih berstatus harian ataupun gaji pokok yang dibawah angka sejuta.
Banyak yang beranggapan kalo sudah jadi pegawai negeri itu kerjanya gampang. Tinggal ngantor, neken absen trus terima gaji. Kalo menurut gambaran penulis secara umum diseantero negeri ini ya memang begitu, plus amplop terselubung setiap proyek berjalan tentunya.
Tapi seperti judul yang penulis tampilkan diatas, gak semua kok kayak gitu. Ya tergantung orangnya, tergantung dimana ia ditempatkan dan tugas kewajibannya, juga tergantung tujuan akhir yang ingin dicapai oleh pegawai tersebut. Namun ya tetap saja tak banyak kok yang seperti itu. Diangkat menjadi pegawai negeri sipil dengan kemampuan dibidang Teknis serta ditempatkan pada urusan yang berkaitan dengan jalan raya, menjadi salah satu faktor tergantung diatas tadi.
Dengan tugas dan kewajiban yang bersentuhan langsung dengan kondisi lapangan tentu berbeda dengan mereka yang bekerja dibalik meja. Harus siap dengan segala resiko yang terjadi di lapangan serta persiapan stamina itu sangat penting, tentu tak akan baik bagi mereka yang terbiasa bekerja dalam ruang ber-AC dan mengerjakan sesuatu sesuai urutan kerja dan perintah.
Salah satu contoh konkritnya ya seperti kegiatan survey ruas jalan terakhir, dimana penulis dan salah satu rekan kantor harus siap dengan cuaca yang akhir-akhir ini berubah mendung dan hujan gerimis padahal saat berangkat dari kantor menuju lokasi, suasana masih terang benderang. Syukur kalo dapet mobil dinas buat jalan, tapi kalo gak ? ya artinya motor pribadipun harus siap sedia berangkat demi tugas terselesaikan.
Masih blom cukup, untuk satu kegiatan survey jalan raya, gak cukup hanya melihat secara visual trus dicatat dan beres. Tapi harus turun langsung berjalan kaki, mengukur pada titik mana terdapat kerusakan, parameter dan tindakan apa yang harus diambil untuk memperbaiki kerusakan itu. Apabila panjang jalan cuman satu kiloan sih masih mending, tapi kalo empat sampe lima kiloan ? bisa dibayangkan betapa terik matahari, tugas tetap dijalankan, tentu harus disupport dengan minum yang banyak.
Masalahnya, gak selamanya kegiatan survey itu mampu dibekali dengan cukup uang untuk transportasi plus uang makan. Jadi bersyukurlah bagi mereka yang keluar survey selalu mendapatkan motor/mobil dinas, kupon bensin plus uang makan untuk tim. Kalo enggak, maka uang yang dipake untuk semua itu ya asalnya dari dompet masing-masing. Terbayang kan kalo seumpama dalam sebulan ntu kegiatan harus dilakukan lima sampe sepuluh kali ? Duit gaji bisa tekor tuh.
Akan sangat berbeda bagi mereka yang bekerja dibelakang meja, dalam ruangan ber-AC pula. Nyaman dan bisa santai kapanpun mereka mau. Apalagi kalo kerjaannya cuman kunker dan studi banding.
Comments
Post a Comment