Skip to main content

ke Dokter Gigi (muda) ? Siapa Takut ?

Melanjutkan posting sebelumnya, perihal periksa gigi ke dr.Rudita, berawal dari cutinya pak dokter sekitar semingguan (mungkin untuk beristirahat), maka penanganan dialihkan pada seorang dokter gigi muda, dr. Nyoman Sudarnata yang akrab dipanggil dr.Komang, seorang dokter yang walopun pengalamannya tak sebanyak dokter seniornya, dr. Rudita, namun dari segi komunikasi pada pasiennya, tak kalah ramah bahkan selalu menyapa pasiennya dengan salam setiap kali sua pasien yang ia tangani.

Mungkin masih ingat iklan rokok putih yang ‘orang muda gak boleh bicara. Tanya Kenapa !’. Disitu (ini pendapat pribadi loh) ada satu kekhawatiran bahwa orang muda lantaran sedikit pengalaman lebih dikhawatirkan tak mampu menghasilkan karya yang lebih baik dibanding generasi tua. Mungkin Itu sebabnya pula dari sekian banyak pasien yang mengantre, rata-rata lebih memilih dr.Rudita untuk menangani keluhan mereka dibanding merujuk pada si dokter gigi muda ini. Paling gak setiap kali hendak diperiksa, pasien ditanya lebih dulu mau ditangani oleh dokter yang mana ? J

But Hey, bukankah setiap orang punya keinginan untuk berbuat yang terbaik bagi orang lain ? apalagi ini adalah profesi dokter pada pasiennya yang mempertaruhkan keberhasilan-kesehatan sang pasiennya ? Dokter mana sih yang mau bertindak asal-asalan memeriksa dan mendiagnosis pasiennya hingga penanganannya pun tak maksimal ?

dokter-gi3.jpg

Inilah yang menjadi alasan utama, mengapa sedari dr.Rudita cuti tempo hari, untuk penanganan masalah gigi ini diserahkan pada dr.Komang yang notabene baru dikenal ? Keyakinan akan tekad seorang dokter untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasiennya, dan ini tentu berlaku pula untuk dokter muda satu ini.

Jadilah usai gigi yang berlobang ditambal oleh pak dr.Komang, dengan senang hati pula meminta Beliau untuk melanjutkan memeriksa dan menangani keluhan yang lainnya.

Bersyukur, Beliau mau dan mampu memberikan penanganan terbaik bagi pasiennya, terbukti pada rasa sakit gigi yang sudah mulai berkurang (psst.. ada 4 lokasi yang sakit loh) dan keterangan Beliau yang walaupun kebanyakan memakai istilah medis (sulit dimengerti bagi seorang awam seperti saya), tetap diusahakan agar bisa dicerna dengan jelas oleh pasiennya. Tak lupa saran dan tips merawat gigi disertakan pula usai pemeriksaan.

So, kalopun harus datang dan periksa ke dokter Gigi dan ditangani oleh seorang dokter gigi muda, hayooo aja. Siapa takut ?

Comments

Popular posts from this blog

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.