Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2017

Keranjingan Local Guide

Lama nda muncul di halaman Blog ini, jadi kangen buat nulis serius lagi. Hanya karena kesibukan kerja menggantikan sementara pak Kepala Bidang yang musti ikutan Diklat, plus tugas pokok dan pendampingan pemeriksaan BPK, bikin semuanya berantakan. Utamanya sih persoalan mood. Hehehe… Tapi di balik itu, sebenarnya saya lagi keranjingan untuk menjadi seorang Local Guide yang baik disela hobi motret hal yang nda penting sejak awal kenal lensa kamera versi digital, dan juga kesempatan jalan-jalan baik seputaran Kota Denpasar dan wilayah kerja di Kabupaten Badung, pula luar daerah saat menjalankan tugas dinas. Ketimbang mubazir pas mengambil gambar dan menyimpannya pada ponsel, mending ya dibagikan pada orang lain. Local Guide yang saya maksud diatas adalah Pemandu Lokal yang bernaung dibawah nama besar Google, yang memiliki kegemaran (semacam tugas yang berawal dari hobi atau keisengan) untuk melengkapi berbagai macam venue yang terdaftar dalam peta milik Google atau Maps dalam perangkat po

Catatan Pagi Ini, 24 Februari 2017

Hari yang cerah… Tapi aku lebih memilih untuk bangun agak siang dari biasanya. Capek… Selama empat hari terakhir, ditugaskan mendampingi BPK untuk turun ke lapangan memeriksa apakah paket kegiatan yang dilaksanakan dengan menggunakan uang rakyat Badung anggaran tahun lalu, tergolong fiktif atau tidak. Secara visual, tentu ini bisa dijawab. Namun belum mencapai persoalan kualitas atau lainnya. Tinggal tunggu waktu. Sekurangnya ada 18 paket yang diambil secara acak oleh Pak Agung Kusuma, anggota tim BPK Perwakilan Bali, dari enam kecamatan yang ada. Sungguh melelahkan, tapi jauh lebih melelahkan jika melihat dari sudut pandang BPK. Kami hanya mengantarkan Beliaunya saja. Ada beberapa catatan yang diinfo selama perjalanan kemarin. Dari kerusakan minor yang terpantau oleh mata hingga kemungkinan adanya teguran atas perencanaan lantaran satu dua objek dikerjakan masuk ke ranah pribadi. Satu hal yang sudah kerap diingatkan, namun rasanya belum ada perubahan. Tapi syukur, semua itu telah dile

Absen nge-Blog

Lama juga ya saya absen nge-Blog di halaman ini. Keknya dua minggu terakhir rasa malas itu muncul disela kesibukan kerja dan rutinitas anak-anak. Capek dan lelah sebenarnya. Eh iya, seminggu belakangan saya lagi nyoba satu domain baru. Tujuannya sih bisa nebengin google adsense disitu. Cuma kesulitannya ya nulis postingan yang ‘mudah mengundang pembaca’ baik dari segi topik ataupun judul cemnya tulisan pak Dokter yang terkait perawan itu. He… Alamatnya di www.tipstekno.com Sementara siy masih kopipaste halaman Android yang beberapa isinya musti disesuaikan dengan kekinian. Cuma kok ya saya keknya lagi kurang kerjaan aja ngurusi beginian. Tentang pekerjaan, jujur aja saya lagi berada di titik jenuh. Pengen diem aja bawaannya. Penat dengan rutinitas yang kian hari kok rasanya makin sibuk ? Padahal di awal kemarin pengen istirahat total. Lha ini sama aja keknya. Pusyiiing… dan Anak-anak ? si Sulung dan Tengah, tambah bandel dan cerewet, berantem mulu. Sedang si Bungsu, nda nyangka aja ya

4 Hal Wajib Baca dari Polis Asuransi

Sebagian besar dari kita, ya kalian dan juga saya, pasti pernah merasa enggan untuk membaca Polis Asuransi , dengan alasan tebalnya dokumen, sulitnya memahami alur klaim atau penggunaan istilah asing yang membingungkan. Cenderung menyerahkan semua hal pada agent yang biasanya masih menjadi saudara, teman dekat ataupun relasi kantor. Atas dasar tidak mau repot. Padahal jelas itu salah. Permasalahan biasanya hadir saat klaim tiba. Banyak nasabah Asuransi, apapun itu bentuknya, merasa tertipu lantaran klaim cenderung menyulitkan. Tidak semudah saat pengajuan atau permohonan agent. Setelah ditelisik, rupanya ada hal-hal yang luput dari pengamatan hanya karena malas membaca lebih lanjut isi dan ketentuan yang tertera dalam sebuah Polis Asuransi. Maka itu ya sudah sewajarnya kita, ya kalian juga saya termasuk didalamnya, agar mengupayakan waktu luang untuk membaca draft Polis yang disampaikan agent sebelum menandatangan lembar persetujuan, ataupun setelah Polis Asuransi diserahterimakan. Jan

Samsung A5 dan A7 series, Apa Bedanya?

Kalian tentu sudah tidak asing lagi dengan ponsel pintar besutan Samsung. Sejak kehadirannya pada tahun 2009 silam, produsen telepon seluler asal Korea ini mengalami peningkatan penjualan yang sangat signifikan. Bahkan kini kabarnya Samsung berhasil membuktikan kemampuannya bersaing dengan berbagai vendor ternama lainnya dalam perebutan pasar smartphone di Tanah air. Pasca meluncurkan Android pertamanya Samsung i7500 atau yang dikenal dengan nama Spica, mengadopsi layar sentuh AMOLED 3,2 inci, dan sistem operasi berbasis Android, pamor Samsung semakin menjulang. Hingga akhirnya Samsung meluncurkan Samsung Galaxy series pada tahun 2010. Seri Samsung Galaxy mendapatkan perhatian begitu besar da?i masyarakat baik di Indonesia maupun secara global, dan berhasil membuat Samsung meraih penjualan tinggi hingga 10 juta unit. Dengan keberhasilan tersebut, Samsung akhirnya lebih percaya diri merilis berbagai seri lainnya, seperti yang terkini lewat Samsung A Series . Meskipun kehadiran seri in

Liburan Kekinian didukung SmartFren 4G, apps Traveloka, Go-Jek dan Google Maps

Gak perlu keluar banyak modal kalo hanya untuk liburan di kekinian. Setidaknya itu yang saya yakini dua tahun belakangan. Banyak informasi bisa didapatkan lewat ponsel smartphone yang kita punya. Apapun merek dan sistem operasinya. Yang terpenting dari semua itu adalah akses internetnya. Percuma punya akses internet mahal-mahal jika jaringannya lelet saat kita butuhkan. Saya sendiri masih mengandalkan SmartFren 4G yang sepanjang pengujian terdahulu punya akses kenceng utamanya kalo lagi main ke desa-desa. Entah kenapa… Untuk kebutuhan hunting lokasi tempat menginap, makan malam dan siang juga objek wisata plus informasi seputaran Ubud, ndak lebih dari 200 MB yang dihabiskan selama dua hari perjalanan. Jadi kalo cuma punya paket dengan kuota 1 GB ya masih cukuplah kalo mau liburan kekinian kek gini. Terlepas dari apapun merek ponsel dan sistem operasinya sebagaimana kalimat pembuka diatas, saya banyak terbantu dengan adanya aplikasi tambahan cemnya Traveloka. Ini biasanya digunakan saat

Menikmati Kemewahan Uber Black

“Ada Harga Tentu Ada Rupa…” Kurang lebih begitu yang saya rasakan ketika mencoba Uber Black semalam, pulang dari Kementrian PU PERA, menerapkan saran pimpinan yang tidak puas atas pelayanan salah satu Driver UberX sesaat kami tiba di Bandara Cengkareng Rabu malam lalu. Saran ini dilontarkan ketika usai membaca halaman web resmi Uber, dengan harapan semakin berkelas kendaraannya, biasanya sih baik pengemudi maupun kondisi kendaraannya bisa jauh lebih nyaman. Masuk Akal… Fortuner Putih hadir menjemput saya sesaat setelah keluar dari pintu masuk Kementrian PU PERA, pengemudinya bernama Erlangga. Kalo nda salah ingat. Interior kendaraan besutan Toyota ini tampak nyaman dan bersih, meski dipenuhi dengan Gadget dan perlengkapannya. Gaya Anak Muda. Pembawaannya tenang, dan ketika di sapa, obrolan kami mulai mengalir hangat. Saya sendiri enggan bertanya tentang hal pribadi yang bersangkutan. Hanya soal Uber, kenapa Uber dipilih, dan bagaimana Uber digunakan. Ini semacam membaca petunjuk pengg

Uber atau Grab ?

“Kalo Bapak pake Grab, masuk mobil, ponsel disimpen, trus Tidur… Nah kalo pake Uber, masuk mobil, ambil ponsel, trus Buka GPS…” Anekdot macam gitu disampaikan oleh mas Deddy, driver Grab yang saya coba di pengalaman pertama kemarin, meluncur ke Bandara Cengkareng dari Harris Hotel dimana menginap selama di Jakarta. Unik dan Lucu. Tapi apa iya ? Uber, menurut driver Fortuner yang ditumpangi semalam, ketika Rider mengajukan pemesanan, driver tidak dinfo lebih lanjut terkait rute tujuan dan tarif yang nantinya akan dibayarkan. Hal ini berbeda dengan Grab yang sejak awal pemesanan, si driver bisa melihat kedua informasi tersebut sebelum mengambil penumpang dan mengantarkannya. Tapi sebelum lanjut, diantara kalian ada yang belum tau Uber atau Grab ? Keduanya merupakan alternatif transportasi yang dapat dimanfaatkan melalui aplikasi online pada ponsel calon pengguna, dan belakangan (utamanya di Bali) masih menjadi perdebatan terkait boleh tidaknya mereka beroperasi karena dianggap mengancam

Catatan Hari Ini, Tugas Tambahan di Jakarta

Hari ini saya terbangun sekitar pukul empat pagi. Jam biologis di Bali. Masih belum tersadarkan berada jauh dari anak istri. Perlu mengingat sebentar untuk beringsut mengambil selimut. dan tertidur lagi. Harusnya kali ini saya bisa mengambil libur sejenak. Agenda rakor Dinas Perumahan kemarin berlangsung hingga malam. Seharian. Sesuai perkiraan. Meski demikian, nda berani ambil resiko juga, saya memilih memesan tiket pesawat lebih awal, hari ini pukul 17.50 setempat. Maka jadilah hari ini menunggu hingga jam check out hotel tiba. Akan tetapi mumpung lagi lowong, saya ditugaskan pimpinan untuk membawa Surat dari Bupati Badung ke Kementrian Keuangan dan juga Bappenas terkait permohonan pengalihan anggaran DAK Bidang Perumahan untuk menangani Rumah Tidak Layak Huni di Kabupaten Badung yang berada di wilayah Utara. So, keknya saya musti siap siap lebih awal agar perjalanan hari ini tak sampai siang. Saatnya mencoba UberX lagi…

Catatan Hari Ini, Rakor Dinas Perumahan Seluruh Indonesia

Nyaris tak ada hal penting yang saya catatkan di halaman ini berkaitan aktifitas selama berada di Jakarta, dari kemarin malam. Baik kenikmatan perjalanan, proses berlangsungnya acara, atau isi diskusi. Seakan terlupakan oleh pengalaman menjajal Uber. Namun bisa jadi semua tak terarsipkan sebagaimana biasanya, lantaran keberangkatan kali ini harus mendampingi pimpinan yang memiliki kedisiplinan tinggi dalam beraktifitas, utamanya soal waktu. Ini sedikit tidaknya mengakibatkan agenda yang ada jadi terasa serius meski harus diakui, sangat menyenangkan. Maka ya dimaklumilah apabila halaman ini jadi tak terUpdate untuk sementara waktu. Yang ada hanyalah kantuk luar binasa selama rapat koordinasi berjalan, atau saat jam istirahat begini. Mohon ijin untuk molor dulu ya kawan…

Uber Harusnya Bisa Lebih Selektif Pilih Driver

Baru kemarin share cerita ‘Berkendara dengan Uber’ eh kok ya malam pas tiba di bandara Cengkareng malah kena batunya. Agak kaget juga sebenarnya pas ambil Uber begitu tiba di Terminal Kedatangan. Kami diminta meluncur ke Terminal Keberangkatan yang jaraknya cukup jauh dari lokasi. Sudah begitu jadi makin was was pas baca peringatan yang dijaga dua aparat bahwa ‘tidak boleh menaikkan penumpang atau barang di terminal keberangkatan’, aduh… ini bagaimana ceritanya ? Jadi lebih kaget pas masuk kendaraan, menemukan pengemudi rupanya nda sama dengan profil driver yang tampak pada aplikasi. Yang ini penampakannya sudah tua, ubanan semua, batuk kronis dengan sendawa secara berkala pasca batuk atau meludah sembarangan. Keknya secara personal lebih pantas jadi kakek yang sudah sewajarnya beristirahat disela tawa cucu-cucunya. Tapi mungkin karena ini Jakarta, dimana kejamnya melebihi Ibu Tiri ya bisa jadi wajar, bathin saya. Terbiasa dengan pelayanan Uber di Bali yang tertuang dalam postingan s

GA415 tujuan Jakarta

Perjalanan kali ini bisa dikatakan saya lakoni tanpa beban. Tapi meskipun ada, ya ndak sebesar perjalanan terakhir. Atau segalau kisah kemarin. Ada hanya lantaran saya berangkat mendampingi Pimpinan yang merasa penting untuk bisa ikut serta lantaran pertemuan kali ini di Kementrian PU dan Perumahan Rakyat, ada kaitannya dengan opd baru yang dibentuk akhir tahun 2016 lalu. Selebihnya ya biasa saja. Mengambil perjalanan sehari sebelum jadwal acara, bertujuan agar kami tak perlu berkejaran dengan waktu untuk bisa menghadiri pembukaan rapat koordinasi terkait penyediaan perumahan di auditorium kementrian jalan Pattimura, sebagai hal sebelumnya. Saya sendiri akan mengambil trip hingga selesai acara dan langsung balik malam harinya, sementara pimpinan mengambil pesawat pagi mengingat ada agenda khusus yang dilakukan terkait pemeriksaan BPKP. Maka dilakonilah perjalanan ini kembali. Lebih Santai Seperti yang dikatakan diatas, perjalanan ini nyaris tanpa beban. Mengingat secara penugasan, kini

Berkendara dengan Uber

Ini bukan kali pertama saya mencoba peruntungan berkendara dengan Uber. Kalo nda salah sekitar empat kali. Pertama dari Bandara, pulang kerumah. Pengalamannya agak terburu karena si Driver agak khawatir mengambil penumpang di Bandara lantaran isu pemukulan masih santer saat itu. Saya sendiri iseng mencoba eh la ya dapet. He… Pengalaman Kedua, masih sama. Dari Bandara, pulang kerumah. Kena biaya kurang lebih sama. Cuma driver satu ini lebih berani ngetem di bandara. Entah karena yang bersangkutan masih anggota ormas lokal dilihat dari cincin yang tersemat di jemarinya, atau apa. He… Pengalaman Ketiga, pas kerja lembur sampe sore di kantor, masih sama tujuannya. Pulang kerumah. Perjalanan santai mengingat lokasi pengambilan tergolong aman. dan Pengalaman terakhir ya baru aja. Dari Rumah menuju Bandara. Kebetulan dapat drivernya masih orang Bali dari Sanur. Umurnya sepantaran pula. Jadi masih bisa nyambung obrolannya. Ada banyak pengetahuan baru yang bisa saya dapatkan dari aksi Berkendar