Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2015

Mimpi itu...

‘Bos, ada yang gak beres terjadi pada tim kita Bos…’ ‘Bos, ada yang gak beres terjadi pada tim kita Bos…’ Kalimat itu berulang-ulang terdengar pada telinga disela ingatan yang makin berkurang… Padahal rasanya baru saja kupejamkan mata untuk meninggalkan gelapnya dunia masuk ke dunia lain yang kuharapkan sejak tadi. Suasana yang terekam tak jauh berbeda dengan gentingnya pertempuran ala spionase 007 yang kutonton sebelum tidur tadi. Penuh intrik yang membutuhkan tindakan dan tanggapan secepatnya. Tapi rupanya… ‘pak, pak… pak…’ Suara istri terdengar sayup tapi pasti… ‘Intan ngompol pak… tadi lupa dipakein Pampers…’ *aduh !!!

Aku dan Pikiranku

Terbangun dari tidur tanpa semangat mungkin sudah biasa dilakoni. Apalagi ditambah dengan beban pikiran yang mendera bathin rasanya memang gak ingin melanjutkan hari sementara waktu. Penat. Galau. Ada rasa prihatin pada kondisi beberapa kawan yang mencoba curhat padaku kemarin. Kasihan juga mereka. Sementara aku masih bisa bersyukur atas semua anugerah yang diberikan-Nya hingga hari ini. Pula atas dukungan keluarga yang masih hangat tanpa cela. Ada juga rasa iri pada beberapa kawan yang sudah mapan dan menghabiskan waktu luang mereka dengan menyalurkan hobi, jalan jalan bersama keluarga hingga berkumpul dengan saudara lain bahkan menjalani kesehariannya dengan pandangan yang berbeda dan tak pernah terpikirkan. Aku dan pikiranku. Seakan masih mencekik semua rencana yang ada didepanku. Puja Trisandhya sudah selesai berkumandang dari corong bale banjar nun jauh disana. Dan aku masih malas untuk segera bangun dari kesendirianku selama ini. Ada banyak hal yang ingin kuselesaikan dalam waktu

Ruang Tamu, 7.47 PM

…Satu satu daun berguguran …Jatuh ke bumi dimakan usia …Tak terdengar tangis tak terdengar tawa …Redalah reda …Satu satu tunas muda bersemi …Mengisi hidup gantikan yang tua …Tak terdengar tangis tak terdengar tawa …Redalah reda …denting piano kala -jemari menari …nada merambat pelan di kesunyian malam …saat datang rintik hujan bersama setiap bayang …yang pernah terlupakan …Karena lapar kucing hutan menerkam tikus salju …Tikus salju malah mendapatkan teman …Kucing hutan yang gagal gagal lagi …Tikus salju biasa saja sudah nasibnya selamat …Dari balik bukit dikaki cemara …Aku melihat mulut harimau berlumuran darah …Kucing hutan yang gagal ia terkapar Akhirnya mati

Satu Penerbangan lagi

Pesawat dengan nomor penerbangan GA 221 mendarat mulus di landasan bandara Cengkareng saat jarum panjang jam tangan menunjukkan angka enam. Masih ada waktu setengah jam artinya sebelum berpindah pesawat dan kembali pulang. Cukup wakti untuk membeli roti dan sebotol air mineral, bekal menanti jadwal di ruang tunggu keberangkatan. Ah, sudah gak sabar untuk bersua empat gadisku. Jadwal penerbangan berikut, tampaknya mundur dua puluh menit dari waktu yang ditunjukkan pada tiket, artinya tentu masih cukup waktu untuk membersihkan diri dari keringat. Agar bisa sedikit lebih segar saat tiba di Ngurah Rai nanti. Intan marah kelihatannya saat kutelpon sesaat sebelum naik pesawat di bandara Adisumarmo. Jelas tampak ia kangen dan ingin tiduran ditemani Bapaknya. Entah apakah malam ini aku masih sempat meninabobokannya, atau malah baru sampai saat mereka terlelap. Tapi yang penting, aku pulang. Dan semua kangen ini akan terbayar lunas sebentar lagi…

Santai dulu sebelum Pulang

Akhirnya, sampai juga di bandara. Setelah menanti ketidakjelasan kontak dari Golden Bird, sayapun memesan taxi pada petugas front office dan mendapatkan informasi bahwa jika saya mau menunggu lima belas menit lagi, akan ada kendaraan hotel yang bisa mengantar hingga ke bandara, free, sebagai service atau pelayanan hotel bagi tamu mereka. Wah, siapa yang bisa nolak kalo begini ? Maka, gak sampai lima belas menit perjalanan, Hyundai milik hotel yang dikendarai oleh mas Sri Soeranto itupun mengantarkan saya tiba di bandara dengan selamat. Setelah membungkus dua tas dan kardus berisikan oleh oleh di penyediaan jasa dekat pintu masuk dan melakukan check in lebih awal, sayapun memilih untuk keluar lagi mencari makan siang. Perut sudah mulai protes sejak tadi. Memesan sepiring nasi goreng telor dan tahu bakso di gerai Lana Coffee rasanya memang wajar jika kita gak terlalu berharap akan rasa dan kualitas masakan yang ada di emperan ruang tunggu bandara ini. Jauh dari enak atau memuaskan. Tapi

Menanti Waktu (Pulang)

Jadwal yang tercantum dalam lembaran tiket elektronik pergi pulang yang saya pesan lewat telepon selasa lalu adalah sekitar pukul 16.00 WIB. Artinya saya masih punya waktu tiga jam atau dua jam untuk leyeh leyeh menanti di lobi hotel ini, atau jalan jalan lagi mengelilingi Kota Solo atau malah menunggu waktu di seputaran bandara Adisumarmo. Jauhnya jadwal, sebenarnya saya pilih lantaran berpikir bahwa waktu keliling kota buat nyari oleh oleh ketiga putri saya, baru bisa terlaksana pasca check out dari hotel, atau jumat pagi dengan ancer-ancer waktu memuaskan. Apa daya yang terjadi malah sebaliknya. Waktu untuk menikmati Kota Solo malahan bisa saya lakukan kemarin malam, dan saya anggap tuntas toh bingung juga mau beli oleh oleh apa lagi. Tinggal yang untuk Staf kantor saja yang belum kesampean. Lagian mau dibawakan apa ya mereka ? Suasana lobi hotel ini cukup panas, tapi gak terlalu mengganggu lantaran ketinggian rangka atap dari lantai cukup tinggi, jadi hawa masih bisa masuk meski ga

Menikmati Kota Solo di Malam Hari

Oke, meski faktanya gak semua bisa kami lalui, tapi tetep aja yang namanya Kota Solo bisa dinikmati lewat jendela Angkasa Taxi nomor lambung 021, dengan pengemudinya seorang pemuda berusia 21 tahun, pengagum Naruto bernama Bayu. Ia lah tour guide kami malam ini, 7 Mei 2015, pasca desk RKTL di sesi terakhir tadi. Menikmati Kota Solo tentu belum afdol jika belum mampir untuk membeli oleh oleh batik buat keluarga, atau mencicipi Nasi Liwet khas Kota Solo. Untuk batik, saya lupa tadi diantar ke mana. Yang pasti, berhubung pasar Klewer sudah dinyatakan tutup maka si Naruto eh si Bayu itu mengantarkan kami ke gerai Oleh Oleh yang lokasinya gak jauh dari Hotel Lorin tempat kami menginap. Saya pun membeli beberapa baju kaos anak bergambar Kota Solo, dan tak lupa buat diri sendiri dengan ukuran besar. He… Sedang Nasi Liwet, kami diantar ke Bu Wongso 99 yang saat itu masih dalam situasi sepi. Maka santapan khas Kota Solo itupun ditandas tuntaskan dalam waktu singkat. Berhubung secara porsi juga

Lorin Hotel, 13.14 PM

Suasana Kota Solo tak ubahnya Batam, kota terakhir yang saya kunjungi tahun lalu. Lalu lintasnya tak begitu ramai. Kanan kiri pandangannya pun sepintas tampak sama. Yang membedakan hanya tanah merahnya saja. Pengemudi taksi Golden Bird yang kusewa sejak mendarat di Bandara Adi Sumarmo pun bercerita, bahwa lokasi hotel yang nanti dituju sebetulnya gak begitu jauh dari bandara. Sekitar 10 menitan saja dengan melalui dua daerah, Boyolali dan Karanganyar, lalu belok kiri, nyampe dah. Solo kota kecil. Kata si Bapak yang asli Solo itu, gak banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi kalo disandingkan dengan Bali. Saran Beliaunya, saya diminta mampir ke jalan Slamet Riyadi, tempat mangkalnya Bus berTingkat dan kereta api Uap yang bakalan mengajak kita keliling kota Solo. Bisa gak ya ambil waktu disela kesibukan nanti ? Peserta sudah banyak yang menanti di depan hotel. Ini karena jadwal check in belum bisa diakses mengingat panitia kegiatan masih jalan jalan keluar. Harus menunggu sekitar dua ja

GA 222 Final Call

Hampir Aja… Hampir nasib saya jadi mirip anggota DPRD Jembrana yang tempo hari dikabarkan ketinggalan pesawat hanya gara-gara membeli tahu goreng. Untungnya gak jadi separah itu. Hanya karena… Salah baca Jam. Duh !!! Ceritanya setiba di Bandara Soekarno Hatta sekitar pukul 9.30 pagi, usai melapor pada petugas transit, sayapun memilih leyeh leyeh di depan outlet Roti’O sambil menikmati segelas kopi di tempat duduk pinggiran. Ini karena saya memperkirakan waktu yang tersedia sambil menunggu jadwal penerbangan berikutnya masih cukup lama. Satu setengah jam. Padahal waktu Check In yang tertera pada tiket adalah 9.10 WIB yang arti sebenarnya adalah sekitar setengah jam lagi. Damn it. Kenapa saya jadi bodoh begini ? Saya pikir jam di Jakarta adalah mundur sejam dari Denpasar. Duh ! Usai leyeh leyeh sayapun menunggu di pintu gate luar sambil membaca pengumuman di layar bahwa penerbangan ke Solo yang saya tunggu sudah berstatus Gate Open. Hingga waktu pada jam tangan menunjukkan pukul 10.20, s

Intermezo diatas Awan

Pesawat masih berada di ketinggian menuju Jakarta, tapi rasa kangen ini sudah mulai menyerang jiwa. Kangen pada ketiga putri kecilku. Kangen pada keluh kesah istriku. Sementara satu dua film yang kutonton pada layar sandaran kursi pesawat, tak mampu lupakan semua senyum manis yang ada. Ah, aku kangen rumah… Secara pribadi, aku memang tak menginginkan perjalanan ini… Saat saat seperti ini, jadi mengingatkanku pada persoalan keluarga yang ada. Dari rencana perceraian seorang kawan, atau konflik rumah tangga kerabat yang kini berujung pada pisah ranjang bahkan pisah rumah. Sementara anak anak mereka jadi terlupakan. Masih syukur, istriku hanya bisa melampiaskan kemarahannya akibat kelakuanku yang belum juga mampu menampakkan kedewasaan seorang Kepala Keluarga. Aku amini kali ini. Aku hanya pintar di dunia kerjaku. Tapi di rumah ? Aku belum mampu memberikan kenyamanan berpikir dan bersikap bagi semua anggota keluarga yang ada dalam hidupku. Aku Egois. dan Malas. Barisan awan tampak jauh ad

Sendirian (lagi)

GA 401 tujuan Jakarta… transit sebentar, lalu berpindah ke GA 222 tujuan Surakarta. Solo. Untuk yang kesekian kalinya, saya berangkat sendirian (lagi). Melewati pagi yang dingin, serta kursi duduk tanpa teman bicara. Semua asyik menatap layar ponsel termasuk saya. Menanti keberangkatan di Gate 3 pada pukul 6.45 AM, membuat pening kepala akibat mabuk perjalanan menumpangi taksi dari rumah menuju bandara tadi. Benar benar gak nyaman. Setelah menitipkan tas ransel Navy yang saya beli di Lazada tahun lalu di area bagasi, sayapun berusaha menikmati semua perjalanan yang akan dilakukan hari ini. Menuju kota Solo. Kota dimana pak Presiden kita dahulu berasal. Dibandingkan perjalanan sebelumnya, bekal perjalanan kali ini bisa dikatakan lebih ringan. Pengalaman yang didapat pada kisah sebelumnya menjadi data awal. Hanya berharap bahwa lawatan pertama saya ke luar kota tahun ini alan memberikan hasil yang baik bagi semua. Ohya, keberangkatan saya ada kaitannya dengan penugasan sebagai PPK atau P

Android Ponsel Android

Lima tahun lalu, saat masih setia mendampingi mentor pengadaan Pak Made Sudarsana bersama Kabag Pembangunan yang kini menjadi Kepala Dinas Cipta Karya ke event event LPSE, untuk pertama kalinya saya berkenalan dengan Android dan ponsel Android. Kalo gak salah, perangkat satu ini masih tergolong rilis awal, pionir yang memulai peruntungan dengan menjual sistem operasi besutan Google. Samsung Galaxy Spica I5700 dengan versi Androidnya, Eclair. Dibandingkan dengan perangkat yang sedang ngeTrend saat itu, godaan Android jauh lebih menarik hati. Sehingga hanya berselang enam bulan kemudian, saya berkenalan dengan perangkat Android pertama yang dimiliki, Samsung Galaxy Ace S5830. Lewat perangkat inilah, satu persatu tulisan yang ada di halaman Android blog ini lahir dan berkembang lebih jauh. Empat tahun kemudian, rasa cinta saya pada Android dan ponsel Android ternyata masih utuh, sementara beberapa kawan sudah mulai berpindah ke lain sistem, merasa lebih nyaman dengan iOS besutan Apple. Me