Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2009

SIXSMA tentang PanDe Kodok

Teman-teman memanggil saya, PanDe Kodok . Nama yang saya sandang sejak SMP itu ternyata masih tetap dipakai begitu saya memasuki masa-masa SMA di SMAN 6 Denpasar atau SIXSMA . Saya menjatuhkan pilihan pada sekolah ini sebagai pilihan pertama, selain SMAN 7 Denpasar, atas dasar Nilai Ebtanas Murni tingkat SMP yang saya dapatkan sangat tidak layak untuk diajukan pada sekolah-sekolah yang berada di seputar Kota Denpasar. Biasanya jam setengah tujuh pagi, saya telah siap untuk berangkat sekolah. berhubung pada awal-awal masa sekolah saya berangkat dengan sepeda balap, teman setia sejak SMP. Hingga saya bersua dengan seorang anak yang tempat tinggalnya tak jauh dari rumah. Uco Isnaini . Uco inilah yang baik hati menolong saya (entah dalam hatinya ngerasa dongkol atau mangkel, he….), mengijinkan untuk ikutan nebeng sampe disekolahan nan jauh di daerah Sanur. Dalam perkembangannya, Uco bukanlah satu-satunya teman yang saya mintakan tolong dalam usaha nebeng dari/ke sekolahan. Baru pada tahu

SIXSMA Apa Kabar Sahabat ?

Seperti halnya ‘Laskar Pelangi’ , kompaknya teman dan juga sahabat, perlahan bisa saya temui pada masa bersekolah di SMAN 6 Denpasar . Kekompakan itu baru bisa saya rasakan semenjak dimulainya penjurusan ke bidang A1 (Fisika) sedari kelas II hingga kelulusan. Dari yang hobinya gak jelas yaitu menggosok-gosokkan tangan pada tembok sekolah, yang bahan obrolannya selalu berbau agama, yang sok playboy, yang punya julukan bisnismen karena ia mewarisi usaha ayahnya dan seperti halnya cerita novel, ada juga yang punya hobi mengikuti trend dan teknologi terkini. Tak banyak memang yang bisa bertahan. Satu persatu mereka menghilang pasca kelulusan kami. Hanya satu dua orang yang masih bisa kontak dengan baik, sisanya kabur entah kemana. Lewat Facebook , saya bisa menemukan mereka kembali satu persatu. So, Thanks to Facebook . Memang…. belum semua bisa saya temukan. Agus Suadnyana , orang yang dahulunya selalu mengikuti trend anak muda, yang mengenalkan saya pada beberapa musisi cadas jaman itu,

SIXSMA Apa Kabarnya ?

Nama yang Aneh. Begitu kira-kira bathin saya saat mengetahui nama pendek sekolah yang saya pilih pada tahun 1992 lalu. Sekolah yang musti saya capai susah payah dengan bersepeda balap dari rumah jalan Nangka ke jalan Hang Tuah Sanur, setiap harinya. Hampir 14 tahun saya meninggalkan sekolah tersebut dengan sejuta kenangan. Rasanya hari-hari saya dipenuhi senyum dan semangat yang tak pernah pupus hingga hari ini. Ya, masa SMA adalah masa awal yang paling menggembirakan bagi saya. Masa dimana saya bisa berekspresi dengan bebas…. Masa dimana untuk pertama kalinya saya berkenalan dengan cikal bakal hobi saya kini. Menulis. Bersama sobat terbaik saya Eko Hariyanto, saya belajar terjun ke dunia Jurnalistik, dipandu oleh IGP Artha yang belakangan saya ketahui bekerja di Bali Post dan kini menjadi anggota KPU Bali. Melanjutkan kiprah majalah sekolah ‘Candra Lekha’ untuk bisa bersaing dengan majalah sekolah lainnya. Satu kenangan manis saya waktu itu adalah, bisa bergabung sebagai wartawan seko

BLackBerry ? iPhone ? Coba dulu… Baru beLi…

Gak cuman sekali saya membaca komentar para pengguna ponsel ditanah air terkait kebiasaan gonta ganti ha pe ponsel, baik di media cetak maupun di dunia maya. Tampaknya kebiasaan pengguna ponsel di Indonesia ini terbaca jelas oleh sekian banyak produsen ponsel atau ha pe hingga ada juga beberapa malahan memprioritaskan Indonesia sebagai tempat peluncuran produk pertama mereka. Katakanlah seperti Nokia E90. Ponsel communicator kelas bisnis nan mahal ini kabarnya dirilis pertama kali di Indonesia dan dibeli oleh seseorang yang kelebihan duit denan harga 45 juta. Kini harga baru ponsel lipat itu masih saja nangkring di atas angka 5 juta rupiah. Ngomongin ponsel dengan harga diatas 5 juta rupiah, belakangan negara kita ini lagi booming dengan ponsel cerdas (smartphone) yang bernama Blackberry. Saking meledaknya, hingga anak sekolahanpun kini sudah mulai terlihat menenteng ponsel ini. Entah apakah penggunaannya hanya sebatas sms dan telepon saja ataukah memang berdaya guna seperti fungsinya.

Demam FaceBook nyaris menumbangkan BLoG

‘hare gene gak kenal FaceBook ? kemana aja ?’ Ungkap seorang teman kerja, sesaat setelah ditanyakan ‘apa siy FaceBook ituh ?’ Padahal sumpah mati, si rekan sendiri hingga kini masih blom punya account di FaceBook . Alasannya simpel, ‘ga ada waktu…’ . Minimal ia tahu kalo Facebook itu isinya apa saja. Wong rata-rata para keponakannya pada keranjingan Facebook katanya. He… Terlepas dari berbagai alasan setiap orang yang mencoba menjajal Facebook, sepertinya aktifitas kali ini mampu membuat orang yang terlanjur berkenalan menjadi ketagihan bahkan nyaris melupakan aktifitas yang ia lakukan sebelumnya. Entah kapan saya pernah membaca bahwa ada satu dua perusahaan swasta yang melarang karyawannya untuk mengakses Facebook saat jam kerja berlangsung hingga memblokir akses menuju Facebook dari pc masing-masing pekerjanya. Ini karena keranjingan ber- Facebook ternyata membuat rata-rata penggunanya lupa akan tugas dan pekerjaan utama mereka. Waaahh… Kalau sekedar Facebook-an saat jam kerja sih

Gaji PNS Naik 15%

Kira-kira begitu ‘Headline News’ yang saya dengar awal April ini. Satu berita yang menggembirakan bagi saya pribadi. Menggembirakan karena dari sisa gaji yang saya terima selama hampir dua tahun ini, bisa dikatakan sangat-sangat tipis kemungkinannya untuk bisa meningkatkan taraf hidup keluarga. Maklum, dari sejumlah gaji yang seharusnya saya terima untuk setiap bulannya, harus dipotong sepertiganya untuk membayar cicilan tiap bulan atas pinjaman uang sebesar 20 Juta di Bank Pembangunan Daerah. Uang ini saya pinjam sekitar pertengahan tahun 2007 lalu, untuk membiayai kuliah lanjutan saya di tingkat Pasca Sarjana… Dalam perjalanannya ternyata harus dibagi pula dengan biaya persalinan, upacara untuk putri kami dan biaya Rumah Sakit saat Istri terkena Demam Berdarah setahun lalu. Bisa ditebak, uang pinjaman ini tak cukup lagi untuk membayar SPP perkuliahan saya… Bila boleh dibagi ceritanya, sisa dua pertiga gaji yang saya terima, musti dibagi lagi untuk biaya air, listrik dan telepon, b

Listening to AVA

Terhitung sejak masa pacaran yang kedua, saya secara perlahan mulai meninggalkan dunia penuh hingar bingar musik segala aliran dan perkembangannya. Maklum, waktu itu saya mulai diracuni dengan musik dan karya sang penyanyi solo yang dahulunya merupakan vokalis band papan atas Dewa 19. Ya, Ari Lasso. Bersyukur, hingga hubungan kami berakhir pada awal tahun 2005 lalu, yang namanya racun guna menghilangkan selera saya pada musik metal gak berpengaruh sama sekali. Mungkin karena sedari awal, jiwa saya memang cenderung menolak sebuah aliran atau karya musik seseorang atau sebuah grup, jika hati kecil memang mengatakan ‘Tidak’. Termasuk pada karya Ari Lasso. Maka kembalilah saya menyukai dan menggemari selera asal saya. Memasuki masa pacaran ketiga hingga menikah, boleh jadi selera saya akan suatu karya musik, lebih banyak mengarah pada tembang Cinta. Boleh jadi karena memang masa pacaran yang ketiga, begitu enjoy saya rasakan dan jalani. Tak heran kedekatan kami membuahkan pernikahan dan me