Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2008

Tim Pengendalian Intern ; Tantangan dan Penyimpangan

Tiga bulan terakhir, aku kembali menjadi bagian dari satu tim yang bertugas untuk melakukan pemeriksaan pada kegiatan-kegiatan fisik baik sedang berjalan hingga akhir penyelesaiannya. Istilah kerennya, jadi anggota dari Tim Monitoring atau Pengendalian Intern. Tugasnya dari melakukan monitoring pada sisi administrasi, kelengkapan dokumen, Tetek bengek yang berkaitan dengan pelaksanaan fisik proyek seperti gambar rencana, as built (setelah dilaksanakan), struktur organisasi di lapangan, foto, laporan-laporan maupun buku direksi dan lain sebagainya. Jauh lebih penting daripada itu, tugas dari Tim, tentu menilai dan memantau kemajuan pekerjaan sesuai dengan prosentase yang diajukan, apakah sudah sesuai spesifikasi perencanaan dan pelaksanaan atau tidak. Untuk memantau kemajuan pekerjaanpun tak hanya dari volume pekerjaan atau prosentase dari pekerjaan keseluruhan, tapi juga mutu pekerjaan terutama pada item penting dalam sebuah proyek konstruksi, meliputi kualitas beton, mortar hingga

Mulai dari Awal (lagi) PanDeBaik.com - PanDeividuALity.net

Cukup lama saya terpekur didepan laptop akhir-akhir ini. Entah kemana larinya semangat untuk melahirkan tulisan-tulisan kecil yang biasanya hadir guna meramaikan isi blog yang sudah dua tahun setengah dikelola tanpa ada bau-bau iklan komersial. Yah, usai sakit saya terakhir kemarin itu, mengakibatkan mood saya hilang secara mendadak, baik untuk sekedar ngeblog, jalan-jalan ke blog teman, hingga mengikuti perkembangan Facebook yang baru saya coba beberapa hari terakhirpun tiada mampu mewarnai hari yang saya miliki. Selain dipicu oleh Pingsan yang salah posisi tadi itu, barangkali hal yang paling besar berperan adalah rasa kehilangan pada blog yang saya kelola ini. Bukan apa-apa, hanya kesalahan terletak pada pemilik hosting dimana kepercayaan dan toleransi yang begitu besar saya berikan hingga detik-detik terakhir, akhirnya menghadapkan saya pada satu keputusan untuk ‘pindah kelain hati’. Mengikuti rekan-rekan lainnya…. Kesulitan mengakses dan meng-update menjadi salah dua kekecewaa

Akhirnya, Rumah Baru....

yah, saya blom bisa bilang apa-apa sehubungan dengan tampilnya rumah baru saya di dunia maya, setelah alamat saya kemaren di pandeividuality.net gak bisa diakses dalam waktu yang cukup lama, lantaran ada trouble (lagi dan lagi) pada hosting terdahulu Rakhahost . Lumayan bikin mangkel karena gak ada pemberitahuan, permakluman baik lewat telpon, sms apalagi email. So, here we are. PanDe Baik dengan rumah barunya , sebuah nama yang mudah diingat tentu. Semoga hari-hari baru saya disini bisa mengembalikan spirit saya buat ngelanjutin BLoG dengan segudang cerita yang barangkali bisa sedikit berkesan di hari rekan. Mohon Maaf atas ketidaknyamanan yang hadir dirumah baru saya, berhubung masih banyak yang harus dibenahi dan dikemas lagi. Jadi, nikmati saja dulu, semoga dalam waktu dekat rumah saya bisa menjadi jauh lebih baik lagi. Salam dari Pusat Kota Denpasar

Senangnya bisa Kembali dari kematian

Kalo judul diatas diterjemahkan kedalam bahasa Inggris, bisa jadi mirip dengan album cadas milik grup Thrash ‘Obituary-Back From The Dead’. Tapi posting ini bukanlah bercerita tentang album yang menjadi favorit saya sepanjang masa itu dari genre Thrash, tapi satu pengalaman saya yang dapat dipercaya atau tidak, sempat saya alami 13 November 2008 kemarin. Berawal dari suhu tubuh 37,5 derajat Celcius, membuat badan saya agak meriang dan lemas 12 November, malam sebelumnya sepulang dari Melukad (pembersihan diri) di Griya Pohmanis (tempat saya berobat dahulu). Merembet pada mencret yang saya alami tengah malam berlangsung 4 kali hingga pagi tiba. Nafsu makanpun turun… Pulang dari dokter umum dekat rumah, saya hanya mampu menelan bubur 5 suap sendok makan, plus sedikit telur mata sapi. Ini lantaran mencret saya kumat lagi. Waktu hingga siangpun saya lewati dengan tidur beristirahat tanpa sedikitpun tersadar untuk minum air (karena menurut dokter, saya harus banyak minum). Ohya, tekanan

Nokia "PonseL SeJuta Umat"

Ponsel sepertinya sudah merupakan suatu hal biasa bagi masyarakat Indonesia, cenderung wajib dimiliki malah. Ponsel tampaknya juga merupakan gadget yang paling pesat perkembangannya hanya dalam hitungan satu dasawarsa. Dalam kurun waktu itu pula, ponsel kian digemari oleh berbagai kalangan, tua muda abg sekalipun, yang memang berprofesi sebagai pebisnis, pegawai kantoran, hingga ibu rumah tangga, dijamin pasti menenteng atau terlihat menggenggam alat komunikasi yang belakangan makin multiguna. Salah satu vendor ponsel paling terkemuka di Indonesia, bahkan dunia barangkali, adalah Nokia . Menyandang motto ‘Teknologi yang Mengerti Anda’ membuat perkembangan ponsel yang pernah dirilis oleh Nokia semakin menyentuh penggunanya baik yang loyal hingga new user sekalipun. Tak cuma memperhitungkan fungsi dan kegunaan ponsel, dalam meringankan pekerjaan penggunanya, Nokia bahkan sudah mulai merambah segi fashion hingga hiburan yang memang makin memanjakan penggunanya. Maka tak heran pula jika

Nokia 'Teknologi yang tiada habisnya'

Nokia lagi. Sepertinya saya tak pernah bosan menulis tentan ponsel Nokia. Tapi bagaimana bisa bosan, jika Nokia sendiri tampaknya belum bosan berinovasi dalam menelurkan ponsel-ponsel gres mereka, tentu dengan segudang fitur dan kelebihan baru. Belum lama ini Nokia kembali merilis ponsel-ponsel N-series terbaru mereka, seperti N78, N79 maupun N96. Boleh dikatakan, hujaman ponsel seri terbaru ini bagaikan raksasa-raksasa baru yang siap melibas keberadaan vendor lainnya, apalagi vendor lokal maupun China. Walaupun kisaran harga yang ditawarkan masih diatas angka 4 jutaan, tampaknya para pecinta Nokia nan loyal tak begitu peduli. Karena terpenting bagi mereka tampaknya selain UI yang user friendly, penggunaan yang juga mudah, koneksi juga fitur melimpah, tak kalah gengsi pula jika ditenteng. Fitur paling unik untuk sementara ini disematkan pada Nokia seri N79, yaitu Themes yang dapat berganti sendirinya mengikuti warna chasing belakang yang dipakai oleh pengguna. Tak ketinggalan, kapasi

PanDeLisme

Kosa Kata baru diatas barangkali akan menjadi pertanyaan semua orang, apa lagi maksudnya nih ? Sebetulnya ini cuman bisa-bisanya saya aja memplesetkan kata ‘ VandaLisme’ yang kalo menurut Wikipedia , bisa diartikan sebagai penambahan, penghapusan, atau pengubahan isi yang secara sengaja dilakukan untuk mengurangi kualitas. Jenis vandalisme yang paling umum adalah mengganti tulisan yang ada dengan hal-hal yang menyebalkan, mengosongkan halaman, atau menyisipkan lelucon yang konyol dan hal-hal yang tak berguna lainnya. Aktivitas VandaLisme ini sebetulnya banyak bisa ditemui diseantero kota dimanapun itu. Termasuk Kota Denpasar. Pelakunya sejauh ini sih gak terdeteksi, karena dilakukan pada saat orang lain lengah atau malam hari. Namun diantara semua pelaku yang ada, barangkali bisa dikatakan hanya satu aja yang saya tau, dilakukan secara terang-terangan pula. Saya sendiri. Huahahaha…. Berikut dua jenis aktivitas VandaLisme yang sering saya lakukan dalam keseharian. Menambahkan graf

Menanti Laskar PeLangi

Seperti biasa, saya gak terpengaruh sedikitpun memburu kursi paling apik untuk mantengin film paling asik tahun ini, ‘ Laskar Pelangi’ di bioskop manapun juga. Termasuk memburu tembang apiknya Nidji yang menjadi original song dari film tersebut. Ini terkait dengan prinsip saya dalam menikmati sebuah karya film, rasanya tak nyaman jika nonton beramai-ramai, juga tak nyaman hanya menonton sekali itu, lantas penasaran sepanjang hari. Makanya jauh lebih baik saya menantikan ‘Laskar Pelangi’ release on VCD or DVD. Baru diburu ke penyewaan dan ditonton sepuasnya. Aksi ini pula berlaku untuk film box office lainnya. Makanya, sembari menanti ‘Laskar Pelangi’ hadir di penyewaan vcd, huehehehe….. Saya bersiap-siap dahulu melakukan pemanasan dengan hunting film tema sejenis. Karena secara kebetulan juga, tempo hari di televisi gak sengaja nonton ‘Petualangan Sherina’ . He…. jadi ingat dengan Sherina yang waktu kecil begitu lucu dan menggemaskan. Akhirnya saya putuskan untuk meminjam ‘ Denias

Eksekusi Amrozy cs ? Ah, saya sudah bosan mendengarnya

Ya, rasa bosan itu timbul saat menyaksikan layar televisi yang dipenuhi tayangan pasca eksekusi trio Bomber Bali Oktober 2002, Amrozy, Imam Samudra dan Mukhlas, Minggu dini hari lalu, dari kilas balik Bom Bali hingga pemakaman jenasah mereka bertiga. Jika banyolan yang diceritakan dalam Wayang Cengblonk bahwa setiap cerita memerlukan waktu satu bulan tujuh hari ( a bulan pitung dina ) untuk dilupakan orang, nampaknya saya secara pribadi hanya membutuhkan waktu 3 hari saja. Sama halnya dengan pemberitaan Syeh Puji dengan kata-katanya yang mengundang kontroversi bahkan cenderung menantang hukum, demikian pula dengan kasus mutilasi oleh Ryan , tak membutuhkan waktu lama seakan tenggelam begitu berita eksekusi ini diluncurkan. Mengapa saya sudah begitu bosan dan enegh, karena masih saja mendengar cerita media televisi dengan segudang bahan ‘behind the scene’, versi ‘Extented’ maupun ‘Uncensored’, ditambah-tambahkan, diulang-ulang malah membuat para pembawa berita tak ubahnya presente

Menurut Amrozy 'itu adalah Takdir Mereka'

Menyaksikan tayangan di layar televisi terkait pasca eksekusi trio bomber Bali Oktober 2002 lalu, Amrory, Imam Samudra dan Mukhlas, ada rasa kasihan yang saya berikan pada mereka, para pendukung ketiga narapidana yang akhirnya ditembak mati Minggu dini hari. Kenapa ? Karena mereka begitu mudah meneriakkan takbir yang sepantasnya mereka hormati dengan hati-hati dan penuh pemahaman akan apa yang mereka yakini. Sepertinya takbir itu hanya ada dan pantas mereka teriakkan hanya untuk apa yang mereka yakini benar adanya. Menyaksikan tayangan lain perihal bentuk Djihad yang dibenarkan di Indonesia, yang kalau tidak salah dijelaskan oleh Ketua Fatwa MUI, Ma’Ruf Amien, sangat bertolak belakang dengan segala provokasi termasuk kata-kata dalam Surat Wasiat yang diwariskan oleh ketiga terpidana mati kepada para pendukungnya. Sungguh sangat disayangkan, pemahaman akan apa yang diyakini dan dijalankan setiap harinya diartikan begitu dangkal sehingga salah arah dan salah kaprah. Barangkali malah

Amrozy, Imam Samudra dan Mukhlas telah dieksekusi Mati. What Next ?

Walaupun saya bisa dikatakan sangat terlambat mengetahui berita terkini (bisa membaca kronologisnya disini ) perihal eksekusi mati Amrozy cs, trio bomber Bali Oktober 2002 lalu, namun jujur saja ada perasaan lega yang terbersit dihati kecil saya. Kenapa ? Karena mulai hari ini, takkan ada lagi kata-kata provokasi yang dikeluarkan oleh wajah-wajah penuh senyum tanpa dosa tersebut. Sebelum eksekusi, Amrozy sempat memberikan Surat Wasiat atau pesan terakhir yang kurang lebih mengatakan bahwa umat Muslim di Indonesia harus kembali ke ajaran Islam yang sepenuhnya dan tidak mengikuti Demokrasi (Jawapos 8 November 2008, halaman 1). Hal ini rupanya langsung mendapatkan tanggapan dari berbagai pihak, diantaranya ulama dan habib yang berkumpul di Jakarta plus komentar dari Ketua MUI Bali (kalo ndak salah sempat ditayangkan di televisi kemarin), bahwa Bom Bali bukan merupakan Djihad, dan itu Haram hukumnya. Nah lo. Perpecahan dalam satu pemahaman agama, memang kerap terjadi. Ada yang memilik

BeLajar pada Barack Obama

Kesuksesan salah seorang kader Partai Demokrat, Barack Obama pada PilPres Amerika Serikat mengalahkan rival-rivalnya baik dari satu partai, Hillary Clinton, begitu pula dari partai lawan, John McCain dengan telak pula. Kemenangan Barack Obama yang sudah mulai ditayangkan pada layar televisi 5 November lalu, menurut saya pribadi seharusnya mampu pula dengan telak menampar wajah-wajah para politikus yang saat ini menjabat di kepengurusan partai, dan bersiap mencalonkan dirinya menjadi Capres, Cawapres hingga tingkat kepala daerah dan tentunya Caleg. Mengapa ? Karena apa yang dilakukan Barack Obama saat kampanye baik menghadapi Hillary Clinton maupun John McCain, tak satupun yang sifatnya menyerang kelemahan maupun langkah lawan politiknya. Tak satupun Barack Obama mengecam, mencemooh, hingga menghina lawan politiknya. Didukung oleh penampilan dan gaya bicaranya yang lugas dan percaya diri, Barack Obamapun dinyatakan layak tampil didepan pendukungnya menduduki kursi nomor satu di negar

Aku Ingin Kita Bisa Bersuka Seperti Mereka

Sejak sore kemarin, layar Televisi mulai dipenuhi gegap gempita hasil PilPres Amerika, yang mengetengahkan Barack Obama unggul jauh diatas rivalnya John McCain. Mengantongi angka sekitar 337 diatas ketentuan 270 yang ditetapkan. Jujur saja, pemberitaan kemenangan Presiden Amerika pertama yang berkulit hitam ini, sangat jauh menyejukkan hati saya hingga hari ini. Ditengah kemarahan saya akan kondisi sekitar yang mulai tak baik, lantaran kepentingan pribadi yang diutamakan diatas kepentingan negara. Apalagi kalo bukan hanya karena uang, uang dan uang. Kemarahan saya bukan hanya itu saja. Pemberitaan media akan kontroversi Pemerintahan Bangsa ini yang mengulur-ngulur waktu Eksekusi Mati para Terpidana mati, Amrozy cs, semakin membuat mereka mengembangkan senyum kelicikannya, seakan memenangkan perang yang tak akan berakhir hingga kapanpun. Wong masih ada rencana PK Jilid 4 kok. Sungguh saya kecewa dengan media televisi Indonesia yang cenderung mengetengahkan sosok para pengebom dan ke

Saya juga pengen jadi CALEG

Jika memiliki waktu, cobalah untuk berjalan-jalan ke seantero Kota Denpasar maupun wilayah Badung. Anda akan menemui wajah-wajah Narzis yang dalam hati mereka tentu ingin sekali dikatakan fotogenik. Kalo mereka tidak merasakan hal itu, lantas mengapa begitu pedenya memasang wajah diri sendiri dengan pose yang tak biasa pula. He… karena keharusan barangkali. Yang unik dari pemasangan wajah-wajah fotogenik ini yaitu lokasi gak tanggung-tanggung. Di persimpangan jalan. Dimana setiap mata yang melintas, pasti dapat melihat dengan jelas. Ya, inilah mereka, perwajahan para Caleg Calon Legislatif, calon Anggota DPR yang terhormat, calon para wakil rakyat yang kabarnya berjuang keras hanya demi rakyat. Yang gak kalah uniknya dari iklan perwajahan mereka ya perihal gelar pendidikan yang disandang. Minimal Sarjana Muda atau Strata satu (Sarjana). Namun ada juga yang gak mau kalah awal, memasang segala macam gelar yang mereka dapatkan, entah dengan menempuh pendidikan dengan mempertahankan i